LXVII. Keputusan Tetap

42 9 4
                                    

Emlyn sangat tidak nyaman dengan situasi sekarang. Ia harus turut mengenakan masker karena sedang jalan berdampingan dengan idola besar. Hal yang membuatnya lebih risih adalah Ettan dan Nita yang berbisik-bisik usil di belakang.

Mengenai keterlanjutan hubungan keduanya, mereka sepakat sampai saat ini tidak ada status antara mereka. Kesepakatan ini mematahkan hati Chanyeol sebentar saja. Sejak awal ia sudah tahu tentang mereka tidak akan mudah. Jadi, ia menerima keputusan Emlyn yang memilih mereka tidak boleh berstatus sampai ada sesuatu yang pasti.

Chanyeol pun sudah menguatkan diri akan menuntaskan ini sampai ke akar. Tidak akan ia melepaskan sesuatu yang selama ini dikejar dengan gigih. Walau hasil akhir ia tidak pernah tahu akan seperti apa.

Karena tidak ingin terbeban dengan hal itu sementara waktu, Chanyeol mengajak Emlyn dan kedua temannya jalan-jalan keliling Bali. "Kapan lagi kalian punya kesempatan privasi dengan idola seperti ini," sombongnya sewaktu mengajak Ettan dan Nita. Mereka malah menanggapi hal itu dengan tawa dan setuju. Hal ini memang tidak bisa terjadi jika tidak ada keajaiban. Nita bahkan menyebut Emlyn-lah simbol keajaiban tersebut.

Mereka memutuskan untuk ke Pura Tanah Lot untuk menikmati sunset. Tidak terlalu ramai pengunjung pada hari ini, berefek baik pada mereka yang bisa dengan bebas menikmati alam. Chanyeol pun dengan santai melepas masker, mengabaikan beberapa ponsel yang merekam dirinya sedang menghabiskan waktu dengan Emlyn.

Emlyn menepuk jidat, jika Mamanya tahu ia sedang bersama Chanyeol di sini dan tersebar lewat media sosial, sepertinya pemanggang roti akan mampu menampung tubuhnya.

"Kamu tidak risih dengan sikap mereka?" tanya Emlyn dengan ujung mata yang melirik pada orang-orang di sekitar.

"Risih?" Chanyeol menimang sejenak, "Awalnya seperti itu. Tapi, setelah kupikir lagi, kenapa aku harus risih? Aku tidak melakukan hal yang merugikan siapa pun. Aku tidak berbuat kesalahan, apalagi kejahatan. Aku hanya menjadi diriku sendiri. Sesekali bisa bertindak sesuai kemauan hati, tanpa harus terbeban dengan komentar orang lain, seru juga. Aku akan menikmatinya."

Nita mengelukan jawaban Chanyeol. Sikunya turut menyenggol Ettan yang mengacungi jempol ke hadapan Chanyeol.

"Kami tahu kamu mengkhawatirkan reputasi idola kesayanganmu ini. Dia sendiri mencoba untuk menyingkirkan hal-hal negatif dalam pikirannya demi kamu, semestinya kamu mendukung," ucap Nita mencoba menepis kegelisahan Emlyn.

"Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan, Nit. Dunia pekerjaannya beda dengan kita. Terlalu banyak tuntutan yang ditumpukan pada mereka, dan mau nggak mau mereka harus bisa menanggungnya. Itu sangat menyulitkan." Emlyn benar-benar resah dengan situasi sekarang. Matanya sedari tadi beredar memperhatikan tatapan-tatapan yang tidak lekang mengawasi mereka.

Chanyeol tersipu. Jawaban Emlyn bukanlah sesuatu yang romantis, tapi bernilai bagi Chanyeol. "Tidak mudah memang berada di posisi sekarang. Banyak hal yang harus aku tinggalkan, aku hindari, aku tepis demi mencapai titik ini. Puas? Tentu saja belum. Manusia tidak akan pernah puas. Semakin banyak yang didapat maka akan semakin besar harapan yang membentang. Rasa haus itu akan selalu ada. Mungkin kalian beranggapan ini berarti tidak bersyukur. Sementara aku melihat adanya peluang lebih besar yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa berhenti hanya karena telah menjadi seorang idol. Masih banyak mimpi-mimpi yang belum aku wujudkan. Artinya, masih ada hal-hal lain pula yang harus aku abaikan.

"Terus terang saja, jika kamu salah satu mimpiku, bukankah aku harus bisa melawan pedasnya komentar orang yang tidak senang jika idola mereka memiliki kekasih? Sampai kapan aku harus membiarkan keputusan masa depanku di tangan mereka? Aku punya tujuan hidup, punya angan masa depan, punya berjuta keinginan. Aku tidak akan mengabaikan penggemar hanya karena satu perempuan. Aku hanya ingin meminta pengertian dari mereka yang mencintaiku."

Emlyn yang mengidolakan, Nita yang klepek-klepek. Tidak dapat dibohongi, wajah Emlyn juga memerah seperti tomat matang saat mendengar dirinya telah menjadi bagian dari mimpi Chanyeol. Selama ini aku yang memimpikannya, dan kini aku juga menjadi mimpinya. Ini benar-benar di luar jangkauan. Apa Tuhan benar-benar merestui? Atau ini hanyalah ujian untukku yang terlalu menginginkannya?

Ettan memaklumi Emlyn yang tidak bisa memberi tanggapan apapun. Ia tahu perempuan itu sedang berdebat dengan isi kepalanya sendiri. Antara hati dan kepala yang tidak selalu sependapat.

"Lelaki sejati memanglah ia yang mampu memperjuangkan apa yang diinginkannya tanpa menyakiti banyak pihak," ujar Ettan menepuk pundak Chanyeol. "Apa kamu bisa melakukannya tanpa harus melukai penggemarmu? Kabar dating tidak selalu disambut sorakan oleh para penggemar. Bahkan haters akan bermunculan di sosial media pasanganya dengan ribuan hujatan. Bukan aku tak mempercayaimu, tapi Emlyn orang yang paling berharga untukku. Dia memiliki status sama dengan yang lain; penggemar. Jangan sampai hujatan antar penggemar memperburuk fandom kalian."

Benar. Ini bukan kisah Chanyeol-Emlyn saja, tapi ini antar idola dan para penggemarnya. Antara sesama penggemar juga. Semakin dipikir, semakin pelik nyatanya situasi hubungan mereka. Hal satu belum habis dipikirkan, masalah baru terus bermunculan.

Chanyeol tersenyum tipis mendengar pernyataan Ettan. "Aku tidak pernah berpikir untuk menyakiti siapapun dengan pilihanku. Justru aku memikirkan, bisakah mereka tetap bersamaku ketika aku menetapkan pilihanku? Bisakah mereka menerima aku yang sejatinya bukan milik mereka seutuhnya? Setiap keputusan, dalam hal apapun, pasti ada penolakan dari sebagian pihak. Kita harus mencari jalan tengah, bukan berarti tidak menghargai, tapi ditilik kembali alasan penolakan itu.

"Aku rasa, pilihanku sudah tepat. Aku percaya pada penggemar yang akan terus mendukungku."

Sorot mata Chanyeol menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi. Ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia sudah memikirkan hal ini jauh-jauh hari, jauh sebelum ia memutuskan membuat pengakuan pada Emlyn, jauh sebelum ia tahu Emlyn memiliki perasaan juga untuknya, jauh sebelum ia sadar bahwa akan sangat banyak rintangan yang harus mereka lewati.

"Aku percaya pada pilihanku, dan aku percaya pada Emlyn. Itu keputusanku."

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now