LXIX. Yang Terbaik?

36 9 0
                                    

Chanyeol kini merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk milik Aqmar. Meski Danita tidak suka dengan kedatangan Chanyeol ke rumah ini, berkat bisikan Harry, ia mengizinkan idola anaknya tersebut menginap untuk malam ini.

Aqmar pun sama sekali tidak keberatan ada penghuni lain di kamarnya. Ia menjadikan ini kesempatan untuk mengorek informasi lebih lanjut terkait idolanya sendiri, Wendy Red Velvet.

"Apa itu panggilan dari Wendy?" tanya Aqmar saat mendengar ponsel Chanyeol berdering.

Di tengah gentingnya situasi, Aqmar sempat-sempatnya membuat Chanyeol tertawa. "Kami tidak berada dalam hubungan yang mengharuskan saling menghubungi tengah malam. Ini dari salah satu member kami," jawabnya sembari menunjukkan layar ponsel tersebut pada Aqmar.

Aqmar tidak tahu itu benar atau bohong. Ia tidak dapat membaca tulisan hangeul di layar tersebut. Satu yang pasti, ada emoticon anak ayam di ujung nama itu. Entah siapa, Aqmar pun tidak tahu. Ia memutuskan untuk segera memejamkan mata karena besok pagi harus berangkat sekolah.

Agar tidak mengganggu waktu istirahat Aqmar, Chanyeol menuju balkon untuk mengangkat panggilan dari Sehun.

Suasananya di sini benar-benar berbeda. Rumah Emlyn tidaklah besar, tapi memiliki halaman belakang yang cukup untuk menikmati alamnya. Malam seperti ini, dengan embusan angin tipis, benar-benar membantu pikiran menjadi lebih tenang.

"Kamu tidak akan pulang, hyung?" tanya Sehun dari seberang to the point.

Chanyeol terdiam. Ia meminta waktu dua sampai tiga hari untuk melakukan perjalanan, nyatanya ia terjebak dalam kekalutan hubungannya dengan Emlyn terkait restu dari orang tua.

Harus diakui, ia salah memprediksi waktu. Padahal ia tahu perjuangan ini tidak akan mudah, tapi bisa-bisanya hanya meminta izin dalam hitungan hari dengan harapan akan selesai di saat itu juga.

"Hyung, kamu mendengarku?" ulang Sehun karena tidak ada tanggapan apa pun dari Chanyeol.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" rintih Chanyeol tiba-tiba. Ia menelungkupkan wajah dalam telapak tangan. Mengusap mukanya dengan resah.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Kamu kenapa?"

"Yaa wae wae wae?"

Terdengar jelas serbuan pertanyaan dari para member. Ternyata Sehun tidak sendiri. Mereka sedang berkumpul dan ingin berbicara dengan Chanyeol.

"Ada pencopet? Haters? Kamu tersesat seperti Emlyn dulu?" terang saja pertanyaan ini dilontarkan oleh Baekhyun.

Sehun segera mengaktifkan panggilan video agar bisa melihat kondisi Chanyeol saat ini. Kacau. Ia tidak terlihat seperti Kim Chanyeol yang ceria seperti biasanya. Kusut. Matanya memancarkan kesedihan, menahan tangis.

Tidak ada seorang pun dari mereka yang bersuara. Membiarkan Chanyeol larut sementara dalam kesedihannya, memikirkan bagaimana kalimat yang tepat mengungkapkan keluh kesahnya. Memberi waktu pada Chanyeol untuk bernapas dengan baik.

Merasa siap bersuara, Chanyeol menatap teman-temannya di balik layar yang sedari tadi sudah siap mendengar permasalahannya. Wajahnya mereka menegang menanti ceritanya.

"Aku ragu bisa bersatu dengan Emlyn," lirihnya.

Seketika para member melemas. Kai bahkan menutup wajahnya sendiri, seolah ialah yang kehilangan harapan.

Walau tidak mengalami sendiri kenyataan pahit ini, para member tahu betapa terlukanya Chanyeol saat ini sampai menyampaikan keraguan tersebut. Mereka tahu betapa berartinya Emlyn bagi Chanyeol. Mugnkin Emlyn tak tahu banyak, tapi para member tahu semua. Pun, mereka tahu sendiri Emlyn orang yang seperti apa. Tidak ada yang salah bagi Emlyn, bagi Chanyeol, bagi keduanya.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang