XXVII. Kita? Mustahil!

122 14 2
                                    

Mendapatkan tugas dari Alaric, membuat Emlyn membawa laptop kemana pun ia bepergian, agar dapat menulis di sela-sela kegiatan. Emlyn tidak memiliki waktu dan tempat khusus untuk menulis. Ia bisa menulis di mana saja tanpa terbebani dengan keramaian atau kebisingan. Mungkin bisa disebut itulah kelebihannya, karena sebagian penulis butuh tempat yang sepi atau hanya bisa menulis di malam hari saat tidak terdengar suara apa pun, bahkan jangkrik.

Seperti sekarang, ia telah berada di sebuah kafe yang pernah disebut oleh Nita. Nita yang sempat mengucapkan janji akan mentraktirnya makan kepiting pedas-manis sebagai permintaan maaf, tadi menghubunginya untuk memenuhi janji tersebut.

Sembari menunggu pesanannya datang, mata Emlyn fokus ke layar laptop dengan jemari yang terus menari di keyboard. Nita dan Ettan yang duduk di depannya hanya melihat keseriusan tersebut tanpa berani mengganggu. Namun, ada yang menarik perhatian Nita saat ia berselancar di sosial media. Hal tersebut membuatnya tidak tahan untuk sekadar diam.

"Em, ini benar? Kamu pasti udah lihat berita ini, kan? Aku yakin kamu nggak baik-baik aja sekarang," tanya Nita sambil menunjukkan sebuah berita di laman akun instagramnya. Ettan pun ikut bercelinguk melihat berita tersebut.

Emlyn yang mengalihkan atensinya hanya bisa menulan ludah dengan tatapan dingin. Apa yang harus ia jawab? Toh, mereka sudah memiliki jawabannya. Ia tidak baik-baik saja. Tanpa menanggapi, Emlyn melanjutkan tulisannya walau konsentrasinya sudah terpecah.

"Nit, jangan ganggu dia dengan pertanyaan yang kamu udah tahu pasti jawabannya. Kamu ingat saat dulu lelaki itu digosipkan dengan salah satu artis perempuan dari grup lain? Dia gila seperti siap untuk masuk rumah sakit jiwa. Padahal, akhirnya terbongkar bahwa itu hanya berita hoax dan mereka sebenarnya hanya sempat berada di sebuah program yang sama. So, Em, kamu nggak perlu memikirkan hal yang sama sekali nggak benar. Lagian, ngapain coba lelaki Korea dengan perempuan muslim? Mustahil!" Ettan turut mengeluarkan pendapatnya, yang pada dasarnya ingin menghentikan cerocosan Nita.

Kalimat terakhir Ettan berhasil menghentikan ketikan Emlyn. Mustahil! Mustahil! Mustahil! Kata-kata itu terngiang di telinganya. Seringaian disertai dengkusan muncul di wajahnya. Apa aku hanya memikirkan sesuatu yang mustahil selama ini?Ya, tentu. Aku menghabiskan hari tanpa tidur saat malam untuk mengkhawatirkan keadaannya di sana. Padahal, mungkin aja dia udah menyiapkan strategi yang tentunya nggak mungkin menyebut tentangku di sana. Sebagai artis, dia pasti udah tahu gimana harus menghadapi situasi ini. Agensinya pun pasti akan turun tangan demi artisnya. Ah, bodoh. Semestinya aku cukup percayakan aja bahwa dia akan baik-baik di sana. Emlyn mengutuk diri dalam hati sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

Nita dan Ettan yang melihat tingkah laku Emlyn saling melempar pandang. "Em, kamu baik-baik aja? Ini belum tentu benar, lho. Kamu nggak perlu sefrustasi ini," tanya Ettan khawatir.

"Maaf ya, aku nggak seharusnya bahas ini, padahal kitanya mau makan enak," tambah Nita yang merasa bersalah karena tidak bisa menahan diri untuk bertanya perihal skandal Chanyeol.

"Apa terlalu tidak mungkin orang yang berbeda keyakinan untuk bersatu?" Pertanyaan tersebut diajukan Emlyn bertepatan dengan piring-piring yang berdatangan, menyajikan kepiting pedas-manis di meja mereka.

Ettan menelengkan kepalanya dan berpikir sembari mengelus dagunya yang licin tanpa jenggot. "Mungkin-mungkin aja sebenarnya. Di Indonesia sendiri, banyak artis yang menikah beda agama."

"Terus, kenapa kamu bilang tadi mustahil?" todongnya lagi seakan memaksa Ettan menjilat ludahnya sendiri.

Ettan tetap menjawab dengan tenang, tanpa rasa curiga. "Sebab di sana mayoritas non muslim. Kehidupan di sana tentu berbeda dengan di Indonesia. Kita nggak bisa menyamaratakan negara begitu aja. Terlebih—"

"Kita juga nggak bisa menyamaratakan semua manusia hanya karena beda negara dan budaya," potong Emlyn dengan tegas.

Nita yang melihat ekspresi Emlyn saat memotong kalimat Ettan mengulum bibirnya ke dalam. "Kamu serius banget, Em. Berita ini belum ada klarifikasi dari pihak agensi atau pun Chanyeol nya langsung. Masih ada kemungkinan ini hoax kayak kasus lama." Nita sangat berhati-hati saat mengungkapkan pendapatnya.

"Aku serius karena aku sedang menulis tentang perbedaan. Jadi, aku harus tau dari segala sudut pandang, kan?" kilahnya sambil menetralisir emosi.

Pikirannya masih saja kacau. Ia melihat pesan yang dikirimkan dua hari lalu pada Chanyeol, tapi masa saja belum ada balasan. Apakah khawatirnya sungguh berlebihan? Sekali pun ia ingin menepis rasa khawatir itu, tapi kenapa terlalu sulit? Kekhawatiran itu menghantuinya seakan ia diharuskan untuk khawatir.

Nita mulai memotret makanan yang terhidang dan mengajak kedua temannya untuk foto bersama guna dipamerkan di story sosial media. Usai memposting foto merkea, ia melanjutkan scroll ke bawa sembari makan. Tepat saat guliran ke tiga, ia terbatuk-batuk saat melihat sebuah postingan. Emlyn dengan sigap menyerahkan sebotol air mineral dan menepuk-nepuk punggung Nita.

"Kenapa, sih, Nit?" tanya Ettan khawatir.

"Chanyeol klarifikasi!"

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now