XII. Malam Denganmu

177 26 31
                                    

Chanyeol membawa Emlyn ke taman bermain di dekat rumahnya. Ia juga membawa bola basket untuk berolahraga. Ini merupakan salah satu permainan kesukaannya. Ia biasanya bermain dengan teman-teman, tapi malam ini ia akan mengajak perempuan yang bersedih ini bermain. Saat kita dilanda kesedihan, berolahraga bisa menjadi salah satu cara melepas rasa sedih, kecewa, atau amarah.

Chanyeol terlebih dahulu bermain seorang diri, sementara Emlyn hanya duduk di ayunan sambil mengamati cara Chanyeol men-dribbling bola dan membawanya masuk ring. Terlihat sangat lihai dan profesional. Tepuk tangan terus dilakukan Emlyn saat Chanyeol berhasil men-shoot bolanya.

"Kamu tidak ingin mencobanya?" tanya Chanyeol.

"Aku?" ulang Emlyn dengan menunjuk dirinya.

Chanyeol mengangguk dan menarik lengan baju Emlyn. Ia membawa perempuan kecil itu ke tengah lapangan dan menyerahkan bola berwarna oren tersebut pada Emlyn yang berdiri kaku.

"Aku tidak pernah melakukannya."

"Cobalah, maka kamu melakukannya."

Emlyn menatap ragu pada bola yang dipegangnya. Bolanya berat, ia semakin ragu bisa melemparnya masuk pada ring yang tinggi itu. Ditambah lagi jaraknya yang jauh. 0,1 persen kemungkinan ini akan berhasil.

Emlyn menarik napas lalu kemudian memejamkan matanya. Tanpa mengetahui teknik bermain, ia melempar bola begitu asal. Bukannya masuk ring, bola itu hanya bergulir sekitar satu meter. Chanyeol tertawa tapi tetap dikondisikan, ia tidak ingin membuat perempuan di depannya menyerah.

"Itu lemparan yang bagus, tapi bukan begitu cara melemparnya."

Chanyeol mengambil bola dan memperlihatkan pada Emlyn bagaimana tekniknya. "Lihatlah caraku memegang bola dan melemparnya. Jangan pikirkan jarak. Fokuskan pada tujuanmu, maka sejauh apa pun itu pasti bisa kamu gapai."

Lagi-lagi Chanyeol bisa memasukkan bola ke dalam ring tanpa melesat.

"Daebak! Biarkan aku mencobanya," ucap Emlyn semangat dengan tangan terulur meminta bola.

Satu kali. Dua kali. Tiga kali Emlyn mencoba tetap gagal. Namun, caranya melempar bola sudah tidak seperti awal mula mencoba. Kali ke delapan ia berhasil memasukkan bola itu ke ring.

"Yeay...." Emlyn bersorak gembira dengan rona bahagia. Ia memukul Chanyeol berkali-kali karena rasa bangganya.

Perempuan ini memiliki cara yang sama denganku saat tertawa-memukul yang ada di dekatnya. Chanyeol menahan pukulan Emlyn tanpa menepisnya.

"Aku melakukannya dengan benar, kan? Aku berhasil!" ulang Emlyn masih dengan pancaran bahagia dari matanya.

"Kamu melakukannya dengan sangat baik. Kamu wajib mendapatkan hadiah," puji Chanyeol.

"Hadiah? Apa?"

"Apa saja yang kamu inginkan. Akan aku kabulkan."

"Tidak perlu. Aku sudah terlalu banyak menerima darimu. Aku tidak butuh hadiah apa pun. Tetap saja berlaku baik padaku," tolak Emlyn. Ia merasa tidak enak karena lelaki itu tidak enggan menyalurkan kebaikan padanya. Meski baru mengenal dua hari, tapi Chanyeol sudah sangat baik seolah sudah mengenal dalam jangka waktu yang lama. Bagi Emlyn, ini adalah hal yang merepotkan. Ia tidak boleh seperti ini.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Aku hanya berniat mengapresiasimu karena telah melakukan hal baik malam ini. Kalau begitu, boleh aku saja yang meminta dan kamu mengabulkannya?"

Emlyn mendongak. Ia mengikuti langkah Chanyeol yang berjalan menuju ayunan. Mereka duduk di sana sambil menatap langit yang sedang bertabur bintang. Udara malam di sini juga sangat segar, mungkin karena lingkungan yang bersih. Emlyn membiarkan hidungnya menghirup banyak-banyak angin malam di sini untuk dibawa pulang ke Indonesia sebagai kenang-kenangan, meski tidak akan ada yang bisa melihat atau merasakannya.

"Bisakah kamu jangan menahan tangis saat suatu hal menyakitimu?" Chanyeol mulai berbicara dengan nada serius. Tatapannya masih fokus ke arah langit. Sementara Emlyn beralih pandang melihat lelaki di sampingnya dengan seksama. "Entah kenapa, aku tidak ingin melihatmu menahan sesuatu yang seperti itu. Aku tahu kamu menahan diri untuk tidak menangis sejak kita masih di Hanok. Aku yakin, hal itu sangat menyesakkan. Itu justru akan menyakitimu. Kamu malu karena ada aku di sana? Lupakan saja. Anggap saja aku tidak ada. Menangislah saat kamu merasa sakit tanpa perlu menahannya. Itu lebih baik untuk kesehatan dan pikiranmu.

"Kamu tahu, semakin kamu menahan diri semakin pikiranmu bermain dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pasti. Sebaliknya, saat kamu langsung menangis saat hal buruk itu terjadi, kamu sudah melepaskan satu penderitaan tersakit dan kemudian kamu bisa menetralkan diri untuk berpikir jernih," papar Chanyeol yang kemudian memalingkan diri menatap Emlyn hingga pandangan mereka beradu.

Emlyn lekas mencari hal lain yang bisa dilihatnya. Ia tidak ingin berbicara hal serius dengan lelaki yang bukan siapa-siapanya dalam kondisi beradu pandang. Tidak baik.

"Apa sikapku membebanimu? Maaf. Aku tidak nyaman."

"Karena itu aku memintamu hal tersebut, agar ke depan, jika kamu menangis di depanku tidak perlu merasa canggung. Aku juga manusia yang bisa menangis, lalu kenapa harus malu karena menangis."

Emlyn meresapi kalimat Chanyeol baik-baik. Tidak ada yang salah, hanya saja dirinya memang merasa tak pantas menangis di depan orang yang baru dikenal. Bukan karena tidak ingin menampakkan kondisi terlemahnya, tapi ia tidak ingin membuat orang lain terbebani dengan situasi yang dihadapinya.

"Aku baik-baik saja sekarang," ujar Emlyn sambil angguk-angguk.

"Aku berkata untuk nanti, bukan untuk sekarang," ulang Chanyeol.

Emlyn hanya diam. Ia tidak tahu bagaimana harus merespons. Pikirannya sekarang sedang menjelajah pada hal lain. Ia butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang. Ia tidak mungkin terus-menerus makan dan tidur gratis di rumah Chanyeol sampai Harry datang menjemputnya. Sungguh ia tidak bertata krama jika melakukan hal itu. Setidaknya ia memiliki uang untuk menghidupi dirinya sendiri selama menunggu papanya.

"Apa hadiah yang tadi kamu bicarakan masih berlaku?" tanya Emlyn dengan pandangan serius.

"Apa yang ingin kamu minta?" tanya Chanyeol tanpa basa-basi.

"Pekerjakan aku di cafemu."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang