LXVIII. Penolakan Langsung

40 10 6
                                    

Kerjaan telah selesai pertanda bonus liburan juga berakhir. Para kru dan artis kembali ke daerah masing-masing, kembali dengan aktivitas masing-masing. Sebelum lanjut ke bagian promosi atau periklanan, tim penyunting akan sibuk memilah bagian-bagian yang harus masuk secara apik dalam pemutaran film nantinya. Selaku bagian dari tim tersebut, Ettan akan sibuk dan tidak bisa diganggu sementara waktu.

Emlyn dan Nita sudah bebas tugas, mereka bisa beralih pada kerjaan lain atau memilih istirahat sejenak. Nita tidak bisa bebas begitu saja, ia harus terus bekerja karena beberapa artis membutuhkannya dalam penyesuaian busana. Ia memang sangat diandalkan dalam dunia entertainment ini. Meski hanya bekerja di balik layar, banyak artis mengenalnya dan memuji seleranya dalam memilih pakaian untuk dikenakan mereka saat syuting. Ada beberapa artis memintanya untuk menjadi fashion stylist pribadi, tapi ia menolak dengan alasan lebih senang bekerja dengan banyak orang daripada terikat pada satu pihak saja. Tentu saja beban kerjanya akan berbeda.

Emlyn memutuskan untuk tidak lanjut menulis terlebih dahulu. Ia harus melepaskan diri dari naskah ini sebelum bisa berpaling pada naskah yang baru. Tidak mudah baginya untuk menulis terus menerus dengan berbagai macam karakter yang diciptakan. Ia tidak mau jika ada karakter yang tertukar atau malah sama dengan karakter sebelumnya. Setiap tulisan yang diciptakan, ia menginginkan suatu hal yang berbeda, karena itulah ia memilih hiatus sebelum kembali dengan karya baru.

"Kamu yakin dengan langkah ini?" Emlyn bertanya pada Chanyeol yang duduk di sampingnya.

Saat ini ia sedang dalam penerbangan menuju kota asalnya, Jakarta, tepatnya di bagian utara. Lelaki yang duduk di sampingnya dengan bantal yang melingkar di leher tersenyum hangat ke arahnya. "Aku akan melangkah sampai akhir."

"Tidakkah ini terlalu cepat?"

"Lalu kamu mau aku melambat?"

Emlyn bingung. "Maksudku—"

"Mengawali langkah itu mungkin akan sulit, tapi kalau tidak bergerak kita hanya akan diam di tempat dan tidak mendapat hasil apapun. Setelah langkah pertama, langkah selanjutnya kurasa akan lebih mudah. Percayalah pada setiap langkah. Baik buruknya hasil tidak harus diprasangkakan sejak sekarang." Chanyeol tidak hanya menghibur Emlyn yang sedang galau entah untuk apa, tapi ia juga menghibur dirinya sendiri. Walau bagaimana pun ini adalah kali pertamanya bertamu ke rumah orang tua perempuan yang dicintainya. Segala perbedaan di antara mereka sedikit mengganggu isi kepalanya. Namun, ia pernah bertemu Harry, lelaki itu sangat bersahabat.

"Mamaku tidak seperti Papa. Dia keras kepala dan sulit menerima orang yang menolak pendapatnya," peringat Emlyn guna wanti-wanti nasib Chanyeol setelah bertemu danita nantinya.

"Ah, kini aku tahu darimana asal keras kepalamu itu. Kamu sama sekali tidak mirip Papamu yang easy going," canda Chanyeol untuk mencairkan ketegangan di antara mereka. Emlyn hanya mengeluarkan decakan kecil karena Chanyeol tidak serius menanggapinya.

***

Tepat seperti yang disampaikan oleh Emlyn dalam pesawat, Danita tidak bersuara sejak satu jam yang lalu ketika mereka duduk di ruang tamu. Chanyeol duduk tertunduk tanpa berani menatap Danita. Auranya memang berbeda jauh dengan Harry.

Meski tidak berbicara, Danita tetap menghormati tamu dengan menyajikan minuman dan beberapa makanan ringan untuk disantap.

"Ma, tamu kok didiemin," tegur Harry. "Chanyeol, jangan sungkan."

Chanyeol dengan sopan mengambil cangkir di atas meja hendak meminumnya, tapi dehaman tiba-tiba dari Danita mengagetkannya. "Bukannya grup kalian sedang tidak tour ya? Kenapa kamu bisa ada di sini, datang dengan anak saya?"

Chanyeol memperbaiki duduknya yang sebenarnya sudah sopan. Menghadapi orang yang lebih tua dengan karakter keras agak meresahkan bagi Chanyeol. "Kami bertemu di Bali kemarin, Tante."

"Sengaja? Janjian?"

"Ma, kami nggak janjian." Emlyn segera membantah tuduhan tersebut. Itu benar adanya. Ia tidak berbohong.

"Kalau nggak janjian, semestinya kalian balik masing-masing aja. Kenapa dia harus ikut ke rumah kita? Dia artis besar, kan? Sewa kamar hotel lebih aman daripada di sini? Kalau tiba-tiba penggemarnya datang dan buat ricuh di sini gimana?" balas Danita tidak mau kalah dari anaknya.

Chanyeol merasa ini waktu yang tepat untuknya mengambil alih pembicaraan. "Maaf, Tante, kalau kedatangan saya mengusik ketenangan rumah ini. Saya hanya ingin bertemu langsung dengan keluarga Emlyn. Dia telah bertemu keluarga saya secara tidak langsung dan mereka semua menyukainya. Maka alangkah lebih indahnya kalau saya juga bisa mengenal keluarganya.

"Pun saya punya datang bukan karena asal ingin mengenal. Saya ingin memperjelas semuanya. Kami tidak memiliki hubungan seperti apa yang disangkakan orang-orang. Tapi, ada satu yang benar di balik itu semua. Saya memiliki perasaan terhadap Emlyn. Perasaan layaknya laki-laki untuk perempuan. Saya rasa itu perasaan yang normal.

"Tentu saya juga mempertimbangkan kecemasan Tante selaku orang tua dari pihak perempuan, terkait perbedaan. Karena itulah saya datang agar kita bisa mencari solusi bersama." Chanyeol bertutur dengan sangat sopan, seperti saat pertama kali Emlyn bertemu dengannya.

Harry dan Aqmar terkejut bukan main saat mendengar Chanyeol menyampaikan niatnya. Siapa yang bisa menyangka idol ternama tersebut sedang mengajukan proposal lamaran untuk si sulung keluarga ini; penggemar fanatik grup idola tersebut.

"Chanyeol, sepertinya kamu keliru," ucap Harry ragu dengan apa yang disampaikan Chanyeol.

"Tidak, Om. Saya serius," sahut Chanyeol meluruskan.

"Apa kamu berpikir semua itu akan mungkin terjadi?" tanya Danita sarkas dengan mata yang disipitkan.

"Saya rasa jika diberi peluang, segala sesuatu yang tidak mungkin bisa berubah menjadi mungkin, walau persennya masih kecil," jawab Chanyeol tenang.

"Berbicara tidak semudah bertindak, anak muda. Kamu sekarang bisa saja sedang dimabuk asmara sehingga menganggap dirimu dapat melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Ingatlah, pembatas kalian terlalu tinggi. Agama!" tekan Danita pada kata terakhirnya.

Chanyeol terdiam. Ia tidak punya jawaban apa pun untuk menyanggah. Sebelum berangkat, ia tidak mencari tahu terlebih dahulu tentang watak mamanya Emlyn. Hanya berpegangan pada Harry yang hangat, langsung menyimpulkan jika Danita juga memiliki sifat serupa. Nyatanya, tidak semudah bayangan. Ia tidak menemukan solusi dengan mamanya Emlyn.

Emlyn sendiri hanya bisa menarik napas berat dengan kesimpulan singkat mamanya. Hal tak terbantahkan yang diucapkan. Mereka bisa apa jika pembatas antar keduanya bisa menjadi jurang yang paling berbahaya untuk diterobos. Mereka terlalu sembrono memilih jalan ini.

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now