LXXIX. Menyusun Harapan

57 6 2
                                    

Tidak mudah mengurus pernikahan beda negara. Mulai dari administrasi hingga penyatuan budaya. Chanyeol yang seringnya datang ke Indonesia hanya untuk tampil menghibur para penggemar, harus memahami lebih banyak terkait Indonesia. Beruntung selama empat bulan ia sempat tinggal di Indonesia, meski hanya untuk hibernasi. Setidaknya itu membantunya mengetahui sedikit tentang warga negaranya.

Keduanya bersepakat untuk melangsungkan pernikahan di Indonesia secara privat. Hanya beberapa kerabat dekat yang masuk dalam daftar undangan. Emlyn yang sejatinya tidak banyak bergaul pun berpikir tidak ada yang perlu diundang selain Ettan dan Nita, serta tentu saja beberapa kru tim produksi.

"Kamu tahu hal apa yang paling diinginkan penggemar terjadi dalam hidup mereka?"

"Melihat kami di konser? Fansign?" tebak Chanyeol yang sedang menyendok es krim tapi langsung mengalihkan fokus pada Emlyn saat berbicara.

Emlyn menggeleng sembari menggoyangkan telunjuknya ke kanan-kiri secara berulang. "Itu mungkin bisa dikatakan sebagai keinginan umum. Tapi ada satu keinginan khusus, yang kurasa setiap penggemar akan setuju. Kami, para penggemar, walau tidak sempat bertemu di konser atau pun fansign, tapi ingin sekali di hari paling bersejarah dalam hidup, di pernikahan kami ada para member yang melantunkan sebuah lagu untuk persembahan." Emlyn langsung menangkupkan tangan di dagu serta mata yang berbinar-binar. "Sungguh, itu akan menjadi sebuah momen yang tidak akan terganti oleh apa pun."

Chanyeol menelengkan kepala, memikirkan ucapan Emlyn baik-baik. "Kami harus mendatangi satu per satu pernikahan para penggemar? Begitu maksudmu? Berapa banyak penggemar di dunia ini yang menikah dalam sehari? Seperti apa kami harus membagi waktu? Bagaimana jika pernikahannya dari satu benua ke benua yang lain? Kamu tidak memikirkannya?"

Emlyn menepuk jidat saat mendengar rentetan pertanyaan Chanyeol yang tidak masuk akal. "Haruskah kamu memikirkan sedetail itu. Aku juga tahu itu tidak mungkin. Aku hanya mengatakan itu adalah sebuah keinginan dari para penggemar sepertiku. Kamu tidak harus mengatur jadwal untuk datang ke pernikahan mereka, Tuan Chanyeol."

"Aku baru tahu bahwa penggemar punya keinginan seperti itu. Aku pikir tingkat paling tinggi dari keinginan penggemar adalah menikah dengan idolanya." Chanyeol turut mengungkapkan isi pikirannya terkait keinginan penggemar. "Aku sering melihat komentar-komentar mereka yang memanggil, suamiku, masa depanku dan sebagainya."

Giliran Emlyn yang memasang tampang malas, "Lalu apa kamu akan menikahi mereka satu per satu karena keinginan tingkat tinggi itu? Kamu akan mengucap janji sehidup semati dengan semua penggemarmu di dunia ini? Berapa kali dalam sehari kamu harus mengucap janji suci itu?"

Chanyeol terbahak-bahak mendengar respons Emlyn. Tentu ia sudah menduga reaksi ini sebelumnya. Emlyn memang paling mudah dipancing emosinya. Mudah sekali, cukup lontarkan sesuatu yang bersifat bertentangan dengan jalan pikirannya, maka semua emosi itu akan meluap. Dan entah mengapa, Chanyeol tidak membencinya sama sekali. Itu terlihat alami dan lebih apa adanya. Tidak munafik.

"Kamu harus bersyukur, karena dari banyaknya perempuan yang memiliki keinginan tingkat tinggi itu, kamulah yang beruntung. Kamu tidak perlu bersedih karena di hari pernikahanmu nanti secara otomatis para member akan hadir, tanpa perlu bersusah payah mengundang melalui agensi. Kamu akan menikahi salah satu member itu sendiri. Bersyukurlah untuk hal-hal yang kamu dapatkan sampai saat ini. Kamu telah melalui luka batin yang dalam sampai wajar mendapatkan hadiah baik ini," hibur Chanyeol sembari memperingati Emlyn tentang apa yang terjadi. Tak selalu kita harus berkaca pada keinginan orang lain, tapi lihatlah hasil perjuangan kita yang berbuah manis, yang kerap kali sering kita abaikan.

Emlyn berdeham malu dan mengangguk pelan. "Alhamdulillah, aku beruntung."

"Ah, tidak sabar rasanya memperistrikanmu," ungkap Chanyeol malu-malu. Pipinya bersemu merah.

"Kenapa?" Tidak dibuat-buat, Emlyn memang tidak tahu alasannya.

"Aku ingin sekali mencubit pipimu yang gemas itu. Kamu selalu terlihat lucu setiap emosi, seperti bayi saat merajuk. Karena tidak adanya ikatan sah antar kita, tentu aku tidak dapat melakukannya sekarang. Aku harus ekstra sabar untuk itu," papar Chanyeol.

"Karena itu?" tanya Emlyn masih tidak yakin.

"Iya, karena apa lagi. Tahukah kamu, di antara kami semua, Kai paling gemas padamu saat pipimu bersemu bagai tomat. Dulu dia ingin segera mencubitmu tapi ia pun sama denganku, menahan diri karena sadar diri agamamu tidak membolehkan lawan jenis saling bersentuhan."

Emlyn menutup mulut dengan ujung jari-jarinya, tersipu malu. "Ternyata aku juga diidolakan oleh idolaku."

"Wah wah wah, kamu narsis juga. Satu per satu aku sifat aslimu keluar," tanggap Chanyeol kaget.

"Kamu tidak suka?" tuding Emlyn melotot.

"Unik. Itu saja."

"Apa ada hal yang ingin kamu lakukan bersamaku di masa depan nanti?" lanjut Chanyeol saat Emlyn tidak membalas lagi ucapannya.

Emlyn mengambil buku catatannya dari dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Ia menyingkirkan gelas es krim dan menyodorkan buku itu ke hadapan Chanyeol. "Mungkin aku penggemar paling tidak tahu diri karena berani menuliskan hal itu."

Chanyeol membuka lembar yang telah ditandai oleh Emlyn.

InsyaAllah, kalau jadi, andai hari itu benar-benar datang, jika Allah merestui, maka aku ingin melakukan ini dengan My the One and Only, Mr. Kim Chanyeol:

1. Candle light dinner setahun sekali tanpa ada gangguan kerjaan.

2. Bermain salju bersama.

3. Melihat kembang api di akhir tahun.

4. Membawa jalan-jalan dua keluarga setahun sekali.

5. Bertemu member XO lebih sering tentu akan sangat menyenangkan. Xixixi

Chanyeol tersenyum sumringah setelah membaca buku catatan Emlyn. "Aku suka rencana ini. Kita akan mewujudkannya. Bersama. Berdua," ucap Chanyeol mantap.

Kemantapan yang dilontarkan Chanyeol disambut bahagia oleh Emlyn, tentu saja. "Aku tidak akan menagihnya, tapi aku akan membantu untuk mewujudkannya."

"Em, terima kasih telah menjadi penggemarku selama ini. Aku bersyukur, di antara jutaan penggemar ada kamu di dalamnya."

Lagi. Pipi itu bersemu merah hanya dengan mendengar pujian dari idolnya. Andai jarak mereka tidak dipisahkan oleh meja bundar ini, pastilah Chanyeol bisa mendengar degup jantung Emlyn yang bertabuh keras.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang