XLIV. Tanpa Bukti

68 6 0
                                    

Pesan yang diterima Emlyn dari Ettan dua malam lalu membayang-bayanginya. Karena pesan itu pula ia menjadi ragu menerima ajakan Anka untuk bertunangan. Emlyn meminta waktu untuk berpikir sebagai dalih guna menemui Ettan terlebih dahulu dan membicarakan apa yang sebenarnya terjadi.

Danita yang sangat menyukai Anka dengan melihat kepribadian lelaki tersebut, tidak menolak permintaan Emlyn untuk memikirkan terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan ke jenjang yang lebih serius.

"Kamu apa-apaan, sih, ngirim pesan begitu? Aku telepon malah nggak bisa dihubungi," serbu Emlyn begitu melihat Ettan dari jauh.

Emlyn sekarang sedang berada di rumah produksi. Ia memiliki janji temu dengan seorang asisten penulis dan tentu saja untuk bertemu Ettan yang baru diketahuinya dua hari ini harus pergi ke luar daerah untuk syuting.

Ettan yang menyadari telah berbuat salah karena setelah mengirim pesan itu lalu menghilang, melebarkan cengirannya seraya menyodorkan sebotol minuman. "Maaf, Em, nggak sengaja. Aku juga ngirim pesan itu lagi di jalan. Sebelumnya aku ragu kasih tahu kamu atau nggak, dan akhirnya aku mutusin untuk kirim pesan singkat sebagai pengingat."

Emlyn mengerutkan dahi sambil melanjutkan langkah yang diikuti oleh Ettan. Ia memililih ke luar gedung untuk menikmati udara segar sore hari, di mana cuaca sudah tidak terlalu terik lagi, hanya ada embusan angin yang menenangkan. "Sebenarnya maksud dari pesan itu apa?"

Ettan mengetuk-ngetuk botol yang digenggamnya. "Kejadiannya tepat ketika kita ketemuan di mana saat itu kamu baru selesai ketemu dengan Anka juga. aku nggak yakin kamu akan percaya dengan aku atau nggak, karena aku nggak ada bukti. Aku cuma mau ngasih tahu kamu apa yang aku lihat."

Emlyn jengah mendengar intro yang disampaikan oleh Ettan. Emlyn membutuhkan inti dari tujuannya, bukan pengantar seperti ini. Ekspresi yang diperlihatkan Emlyn saat ini membuat Ettan buru-buru memperbaiki sikap. "Aku melihat Ettan dengan laki-laki."

Emlyn menelengkan kepalanya. "Masalahnya di mana, Et??" tanya Emlyn geram sambil membuka tutup botol minuman.

Ettan memelankan suaranya hingga terdengar seperti bisikan, wanti-wanti didengar oleh staf lain yang lewat. "Mereka ciuman."

Emlyn yang baru meneguk minumannya langsung tersedak dengan rasa sakit yang sangat di lehernya. Ia berdeham paksa beberapa kali untuk mengurangi rasa sakit akibat tersedak. Dengan lantang, Emlyn menepuk pundak Ettan yang menurutnya telah berbicara keterlaluan. "Kamu kalau ngomong jangan ngasal. Kasihan anak orang baik-baik dilecehkan. Kamu tahu, kan, tuduhan nggak berdasar jatuhnya pelecehan, lho. Kalau dia tahu bisa-bisa kamu dituntut."

Ettan memperbaiki duduknya dan menatap manik Emlyn untuk menceritakan apa yang terjadi beberapa hari lalu.

Selepas Ettan bertemu Emlyn guna mengeluarkan pendapatnya untuk membuka hati pada Anka, Ettan ada janji temu dengan salah seorang artis di restoran hotel. Ettan yang sangat bersemangat bertemu dengan artis tersebut, teralihkan perhatiannya karena melihat Anka di sana bersama seorang lelaki. Tidak ada yang mencurigakan sebenarnya dari mereka berdua, hanya saja insting Ettan memaksanya untuk mengikuti Anka.

Ettan menghubungi artis—yang sebenarnya adalah gebetannya—untuk menunggu sebentar saja. Walau bagaimana pun, Ettan tidak mungkin membiarkan orang menunggu lebih lama, tapi ini juga mendesak.

Ettan mengikutinya yang ternyata menuju lantai sembilan. Di sanalah instingnya ternyata tidak dapat disalahkan. Lelaki yang berjalan di samping Anka, melingkarkan tangannya di pinggang Anka yang disambut Anka dengan senyum bahagia. Lelaki itu pula memberi kecupan di pipinya hingga akhirnya lenyap saat masuk sebuah kamar.

Ettan yang kaget melihat kejadian tersebut, tidak tahu bagaimana cara memberitahu Emlyn yang pasti akan menganggapnya gila. Emlyn sangat sulit percaya pada sesuatu yang tidak berbukti.

"Kamu lagi banyak banget beban ya? Gimana kalau ternyata yang kamu lihat hari itu bukan Anka? Seseorang yang mirip?" Emlyn masih mencoba untuk tidak langsung percaya pada cerita Ettan. Memang, Ettan bukan tipikal pembohong, tapi bisa saja lelaki itu keliru.

"Aku tahu kamu nggak akan percaya gitu aja dengan aku, makanya aku terus mikir gimana caranya nunda kamu untuk jalan lebih lanjut dengan dia. Aku mau ngajak kamu untuk telusuri dulu dia sebenarnya orang yang seperti apa. Kamu selama ini hanya bertemu dia dan melihat tingkah yang dia tunjukkan terhadap kamu. Kamu nggak melihat lingkungannya seperti apa, gimana dia saat jauh dari kamu. Kamu nggak tahu akan hal itu, Em. Kamu nggak bisa asal membuka hati hanya karena kamu belum bisa melupakan seseorang yang amat kamu cintai. Awalnya, aku mikir biar dia nggak jadi pelampiasan. Tapi, untuk saat ini alasan aku berbeda, aku nggak mau kamu buka hati terhadap orang yang salah," jelas Ettan yang diserap baik oleh Emlyn.

Pendapat Ettan tidak salah. Ia memang tidak mengenal Anka seperti ia mengenal Ettan atau bahkan Chanyeol. Ia hanya bertemu saat Anka ingin bertemu dan itu juga sebatas ke toko buku atau makan dengan segala kecanggungannya. Mereka tidak mengenal lingkungan satu sama lain hingga tiba-tiba Anka ingin mengajak ke jenjang yang lebih lanjut. Iya, tiba-tiba. Tidak ada pembicaraan sebelumnya.

Mungkin saja niat Anka memang baik, ia tidak ingin mereka larut tanpa kepastian. Namun demikian, setelah mendengar cerita Ettan yang belum dapat dikonfirmasi kebenarannya, ada baiknya ia mencari lebih jauh dulu tentang lingkungan Anka sebelum ia menerima pengajuan Anka malam itu.

"Kamu yakin, kan, nggak salah lihat orang?" konfirmasi ulang Emlyn. Ia butuh alasan untuk melakukan ini.

Ettan mengangguk mantap. Ia sangat ingat seperti apa wajah yang diikutinya. Jelas itu wajah Anka, lelaki yang berusaha dekat dengan Emlyn.

"Aku akan coba mencari tahu seperti apa dia sebenarnya. Sebelumnya, terima kasih udah mengingatkanku," ucap Emlyn dengan senyum simpul yang diangguki oleh Ettan.

Kini, tugas Emlyn semakin bertambah. Untuk membuka hati saja ia diharuskan menyelidiki kehidupan lelaki itu terlebih dahulu. Seingatnya, saat ia menjatuhkan hati pada Chanyeol tidak seribet ini. Ia terjatuh begitu saja hingga tidak sadar telah terbawa sejauh ini.

Let Me Love YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin