Chapter 52 | Malam Yang Hangat

Mulai dari awal
                                    

'Baik sir. Ini tidak akan lama.'

"Hancurkan saja. Penerbit artikel itu tidak ada sangkut pautnya denganku!" elak Athena.

"Kau yakin?"

"Athena, dengan kau melakukan semua ini, kau hanya akan dapat malu. Kau menjatuhkan dirimu sendiri," ucap Auristela penuh kelembutan, berharap Athen mengerti maksud ucapannya. Namun Auristela malah mendapatkan tatapan ketidaksukaan dari Athena. "Oh ya? Kau takut artikel itu benar ya? Ikhlaskan saja," ledek Athena.

"Aku masih memberimu kesempatan," tegas Sean.

"Baiklah, baiklah! Aku akan apus artikel itu," ucap Athena, lalu bangkit dari duduknya. Tangannya masih memegang segelas wine. Bibirnya tersenyum sinis menatap Sean dan Auristela. "Setelah aku menyiram jalang ini!" Tepat setelah Athena menyelesaikan ucapannya, cairan wine berwarna ungu kemerahan langsung mengotori dress yang Auristela gunakan. Dengan santai, Athena berjalan meninggalkan Sean dan Auristela berserta Albert.

"Athena!" bentak Sean. Albert menatap Sean tidak terima. "No le grites a mi mujer!" tegas Albert dengan menggunakan bahasa Spanyol. Auristela yang tidak mengerti pun hanya bisa memandangi dua pria itu bergantian. "Dile a tu mujer que nunca lastime a mi mujer!" Albert mengbaikan ucapan Sean. Pria itu lebih memilih untuk mengejar Athena.

"Pirang sialan!" umpat Auristela setelah kepergian Albert. "Memang dari awal kita sudah tidak akur!" keluh Auristela. Tangannya mengelap ngelap dressnya, berharap noda yang ada di dress—nya menghilang. "Barbie pirang itu sudah tidak menyukaiku sejak awal dia bertemu denganku."

"Lupakan saja. Mari aku antar kau pulang, atau kau ingin membeli pakaian ganti?" tawar Sean. Auristela menggeleng gelengkan kepalanya. "Aku ingin pulang saja," jawab Auristela.

Sean mengulurkan tangannya menggenggam jari jemari Auristela. Keduanya berjalan beriringan dengan santai. Mata hijau Sean menatap tajam saat melihat salah satu pria yang menatap Auristela—nya penuh nafsu. Sean melepaskan genggaman tangannya. Auristela menatap Sean bingung. Cepat, Sean melepaskan jasnya, lalu ia pakaikan ke tubuh Auristela. "Udaranya dingin," alibi Sean.

Auristela tersenyum malu. Pipinya mengeluarkan rona merah. "Pipimu kenapa?" goda Sean. Auristela memukul punggung Sean kencang. Rasa malunya semakin menjadi jadi.

"Pipimu semakin memerah!"

Tidak tahan dengan godaan Sean, Auristela langsung membenamkan wajahnya di dada bidang milik Sean. "Aku malu," keluh Auristela. Sudut bibir Sean berkedut. Sebuah senyuman tulus terukir di bibir pria itu. "Kau malu kenapa?" Sean terus menerus menggoda Auristela. Auristela yang tak tahanpun langsung berlari menghindari Sean, namun Sean langsung mengejar Auristela cepat.

Tangan Sean berhasil menangkap tangan Auristela. Sean langsung menggendong tubuh Auristela ala bridal . Berputar putar dengan cepat hingga merasa pusing. Auristela tertawa lepas atas kelakuan Sean. Sean membawa tubuh Auristela ke dalam mobilnya. Auristela mencium bibir Sean. Mencium bibir Sean begitu pelan dan begitu lembut.

Seketika udara menjadi terasa panas. Tubuh Sean seperti terbakar. Ciuman langsung diambil alih oleh Sean. Ciuman yang lambat berubah menjadi cepat. Ciuman yang tadinya lembut berubah menjadi kasar. Sean mengigit pelan bibir Auristela. Melahap bibir Auristela rakus. Ciumannya turun ke leher Auristela. Menghisap kulit leher Auristela kencang sehingga meninggalkan tanda kemerah pada leher Auristela.

Auristela mendesah pelan. Auristela menikmati sentuhan yang diberikan oleh Sean. Kedua tangannya meraba dan mengelus lembut puggung Sean. Bibir Sean beralih ke telinga Auristela. Menggigit pelan pada ujung telinga Auristela. Kedua tangan Sean memegang pundak Auristela. Siap melanjutkan hal yang lebih intim.

Arco Iris | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang