Chapter 50 | Everything You Want

Comenzar desde el principio
                                    

"Bukankah para wanita suka diperlakukan seperti itu?" bingung Sean. Mobil hitam mewahnya sudah melaju dengan kecepatan sedang. "Aku pikir juga seperti itu. Tapi aku tidak terlalu seperti itu," balas Auristerla tidak peduli.

Sesampainya di mall, Auristela menatap Sean bingung. "Kita ingin ke mana dulu?" tanya Auristela kepada Sean

"Itu terserah kau. Aku ikut saja."

"Tapi aku bingung."

"Bagaimana jika membeli pakaian atau aksesoris yang kau suka?" saran Sean. Auristela tersenyum manis, kepalanya mengangguk menyetujui saran yang diberikan Sean.

Sean dan Auristela masuk ke dalam salah satu toko brand fashion ternama yang berasal dari negara Italia, atau sering juga disebut Gucci. Salah satu pelayan wanita menghampiri Sean dan Auristela. Auristela melihat lihat satu persatu barang yang ada di toko itu. Sean sendiri hanya terdiam mengikuti Auristela.

Beberapa menit melihat lihat, akhirnya Auristela memilih tas bercorak ular berwarna coklat. Sebelum yakin ingin membelinya, Auristela melihat hargas tas itu terlebih dahulu. Senyum kecut muncul di bibirnya saat melihat lebel harga. Di lebelnya tertulis $5100 atau kalau dirupiahkan sekitar Rp. 74.725.455. Ayahnya bisa memarahinya hanya karena harga satu tas. Dover selalu mengajarinya tentang gaya hidup. Dari kecil Auristela harus berusaha terlebih dahulu baru bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Walaupun Dover memiliki harta yang melimpah, tidak membuat Auristela bisa menikmatinya. Dover selalu mengajarinya tentang berusaha dan kerja keras.

"Kau suka itu?" Ucapan Sean menyadarkan Auristela dari lamunannya. "Ya, aku suka ini, tapi sepertinya har—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Sean langsung memotong dengan cepat. "Saya mau tas itu," ucap Sean pada pelayan yang sedari tadi siap melayani Auristela. "Ada lagi yang kau inginkan? Sepatu? Pakaian? Kacamata? Pilih saja apa pun yang kau inginkan. Tidak usah berpikir tentang harga."

Auristela melongo tidak percaya dengan ucapan yang tadi terlontar dari mulut Sean. "Ini salah satu caraku untuk memulai, Auristela. Apa yang kau mau, pasti akan aku beri. Motoku hanya membahagiakan dirimu," bisik Sean lembut. Tangan Sean merangkul pinggang Auristela erat. Sejauh ini keadaannya masih baik-baik saja. Ingatan masa lalu juga tidak lagi menghantuinya. Auristela sukses mengalihkan segalanya yang Sean takuti.

"Apa ingin berpindah toko?" tawar Sean. Auristela menggelengkan kepalanya. "Aku tertarik dengan kacamata lensa berwarna merah itu." Auristela menunjuk kacamata yang dimaksudnya "Biar yang ini aku yang bayar." Sean menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Tidak usah. Aku yang mengajakmu jadi aku yang akan bayar semua apa pun yang kau beli dan yang kau inginkan."

"Baiklah terserahmu! Kau yang bangkerut ini!" ledek Auristela. Sean tersenyum simpul melihat tingkah menggemaskan Auristela. "Yang benar saja! Aku? Bangkerut? Mana mungkin! Ayolah jangan bercanda," kekeh Sean. Auristela memutarkan kedua bola matanya malas. Menyebalkan sekali Sean ini! Tapi kenapa sering membuat Auristela merindukannya?

"Aku hanya ingin itu saja." Sean menganguk mengerti dengan perkataan Auristela.

"Ayok kita ke toko yang lain. Kau belum beli pakaian, dan juga sepatu, bukan?" ujar Sean.

"Apa?! Tidak! Aku tidak mau. Ini sudah cukup!" tolak Auristela.

"Kenapa memangnya?"

"Aku tidak enak padamu saja!" Jujur, Auristela memang suka diberikan barang oleh orang lain, namun terkadang jika berlebihan itu akan membuat Auristela merasa tidak enak.

Sean mengangkat alisnya aneh. "Tidak enak? Oh ayolah! Mulai sekarang kita harus saling terbuka. Kau dan aku harus merasa bebas. Mari kita cari pakaian dan sepatu untukmu," ajak Sean.

Arco Iris | TAMATDonde viven las historias. Descúbrelo ahora