"Yasudah kalau begitu, saya harus pergi nak" orang itu menepuk pundak Nara yang kini masih menatap nya

Setelah mengatakan itu, orang yang Nara tubruk tadi hendak melangkah, namun dengan cepat Nara menghentikannya

"Pak"

Orang itu berbalik sambil menatap ke arah Nara "Iya nak ada apa?"

"Bapak masih ingat saya?"

Orang itu terlihat bingung, apakah mereka pernah saling bertemu?

"Kamu pernah melihat saya?"

Nara mengangguk "Om—-om Dirga kan?"

Orang yang baru saja Nara sebut Dirga itu mengangguk "Iya benar, kamu tahu saya? apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

Nara mengangguk "Saya Naraya"

"Naraya?—sepertinya saya pern——"

"Saya sahabat dari putri Om" potong Nara

Orang di depannya ini terlihat semakin kebingungan "Maksud ka—-"

"Desya Anyelir"

Deg

Dirga langsung terdiam, apakah ini mimpi? apakah ini hanya bayangannya saja karena terlalu merindukan anak gadis nya yang sudah tidak pernah lagi ia temui?

"De—-desya?"

"Iya, apa Om masih ingat dengan putri kandung Om yang sudah Om tinggalkan sejak dia kecil?"

Dirga memegang bahu Nara, ia sungguh terharu karena bisa bertemu dengan sahabat kecil anaknya, anak gadis nya yang selalu ia cari keberadaannya "Kamu Naraya? teman anak saya Desya?"

"Apa kabar dia? apa baik-baik saja?" tanya Dirga dengan mata yang berkaca-kaca

"Desya baik—dia selalu baik" jawab Nara dengan tatapan datar nya, sebenarnya ia sedang menahan emosi nya

"Apa kamu bisa antarkan saya untuk bertemu dengan Desya anak saya?" Dirga sangat senang karena akhirnya ia bisa mengetahui jika anak dan mantan istrinya masih tinggal di Jakarta

"Apa Om tidak malu? setelah meninggalkan mereka, Om kembali dengan rasa tidak bersalah?"

Dirga membeku mendengar pertanyaan Nara, ini memang salah nya

"Saya ingin meminta maaf kepada mereka berdua, saya tau saya sudah meninggalkan mereka sangat lama sekali, tetapi saya minta tolong untuk memberitahu dimana keberadaan mereka sekarang? bertahun tahun saya mencari alamat mereka, tetapi tidak ada yang tahu. Mereka berdua seolah-olah menghilang" ucap Dirga panjang lebar

Nara mengangguk, ia menjelaskan dimana keberadaan Desya, walau dengan berat hati karena ia yakin pasti gadis itu tak suka dengan hal yang di lakukannya. Tetapi ini semua demi kebaikan gadis itu juga

***

Pagi hari nya Nara menunggu Desya di depan kelasnya. Ia masih memikirkan perkataan Dirga semalam. Apa yang ia harus katakan? apa ia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Desya?

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now