Hadiah kecil dari Nara

230 13 9
                                    

Happy Reading💫

Nara melipat baju tanding nya, ia di bantu Dinar—Mamanya untuk persiapan keberangkatannya siang nanti. Ia lebih memilih naik motor dibandingkan menunggu malam nanti menggunakan mobil, selain malas berdempetan dengan peserta lomba yang lain, ia juga paling anti duduk berdekatan dengan orang-orang yang bahkan tidak terlalu di kenalnya.

Ia sebenarnya malas mewakili sekolah, tetapi karena permintaan pelatihnya, ia mengiyakan saja. Padahal jika di pikir-pikir, akan lebih baik jika Nara mewakili tempat latihannya, daripada harus mewakili sekolah. Toh, selama ini ia berlatih di tempat lain.

"Nar, Desya ngga jadi ikut sama kamu?" tanya Dinar di sela-sela melipat baju anaknya. Walaupun Nara anak tiri nya, tetapi ia tidak pernah menganggap hal itu, Naraya sudah menjadi anak nya, anak kandung nya. Sedari kecil, Nara di besarkan dengan tangan Dinar, bahkan sedari dulu, Nara tidak pernah bertanya perihal dimana ibunya, atau mengapa ibu tidak kembali, Nara tidak pernah bertanya akan hal itu.

"Desya malah donorin darah nya buat Tania, padahal Nara udah larang"

"Tania yang kamu ceritain itu?"

Nara mengangguk "Bener Ma, anaknya Om Dirga. Mama tau ngga, kalo perusahaan Papa kerja sama, sama perusahaan Mama nya Tania?"

Dinar menggeleng "Papa ngga bilang apa-apa, emang kenapa? Mama ko ngga tau kalo Papa kamu kerja sama dengan perusahaan mereka?"

"Ngga tau, Mama tanya sendiri sama Papa. Masa istri ngga tau apa yang suaminya lakuin"

Pletakkkk

Mampus!

"Aish, sakit" Nara mengusap keningnya yang terkena geplakan sang Mama "Kejam banget"

"Mama bukannya ngga perhatian, tapi Mama sibuk juga ngurusin butik, belum lagi Mama punya bayik gede kaya kamu, ya gimana Mama ngga merhatiin Papa. Yang penting kan urusan rumah lancar"

"Susah sih kalo debat sama ibu-ibu, tetep aja laki yang kalah"

"Itu kamu tau. Masih mau ajakin Mama debat?"

Nara menggeleng

"Oh iya Nar, gimana kamu sama Desya. Ada kemajuan ngga? ko Mama perhatiin, malah banyak masalah. Ini kamu nya yang salah atau emang masalahnya yang dateng sama kamu?"

"Mama kalo nanya satu-satu, mau Nara jawab yang mana dulu?"

"Kamu deh sama Desya, gimana?"

"Gimana apanya?" tanya Nara bingung

"Kamu suka kan sama Desya?"

Uhukkk...uhukkk

Nara terbatuk saat mendengar pertanyaan Mama nya, ia padahal tidak mengatakan apapun, bahkan akhir-akhir ini keduanya jarang berkomunikasi

"Mama tau darimana? so tau banget Mama" elak nya

"Ngaku aja deh, kalo kamu bohong sama ibu-ibu, akhirnya juga kamu kalah"

"Nara ngga suka Desya! Desya kan sahabat Nara, mana mungkin Nara suka dia, Mama kalo ngomong suka ngelantur"

Dinar menatap anaknya ini dengan tatapan mengintimidasi, ia melihat mata Nara yang melirik kesana kemari, tampak sekali kebohongan di balik kornea mata nya

"Ngaku aja, Mama tau dari dulu ko. Kamu ngga anggap Desya sahabat kamu, tapi kamu anggap Desya sebagai perempuan. Mama tau dari dulu, kamu ngga pernah suka sama cewek lain selain Desya kan? bahkan Mama liat, kamu lebih manja sama dia dibanding sama Mama atau Papa kamu"

NARAYA (SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang