Seruni

181 14 33
                                    

🎵Play Song: Broken - Isak Danielson

Apa gue harus mundur Ca? kalo gue tahan lo artinya gue egois dong. Lebih baik gue biarin lo milih antara dia atau gue yang udah lo kenal lebih dulu
-Naraya Adelard

_____________________________

Nara duduk di taman belakang rumah nya, menikmati secangkir kopi hitam yang sengaja Nara buat. Kopi hitam yang seperti hidup nya sekarang, pahit. Ia tak tahu jika Rasya juga Desya dekat, yang ia tahu jika Desya hanya menganggap Rasya teman, ternyata yang di maksud teman oleh Desya adalah teman hidup

"Baru aja gue tau tentang cerita lo Caa, gue kira lo anggap gue satu-satu nya orang buat tempat berkeluh kesah lo"

"Hahaha, ternyata. Lo udah terima si bajingan itu ya Caa?" gumam Nara sambil sesekali menertawakan dirinya.

Tingggg

Nara membuka ponsel nya yang berbunyi, seketika ia terdiam saat melihat nomor tak di kenal mengirimkan sebuah foto kepada nya. Foto Rasya dan Desya yang sedang bertemu di taman, seperti nya foto ini di ambil hari ini setelah dirinya pulang dari rumah Desya.

Ia juga bingung dengan nomor ponsel ini, ia tak mengenali siapa pengirimnya, ia juga tak pernah sembarangan memberi nomor dirinya kepada orang lain.

Nara menghembuskan nafas nya pelan, menatap ke atas langit yang nampak nya mendung, sama seperti hati nya sekarang.

Ah! mengapa Nara menjadi seseorang yang lemah seperti ini? apa karna penyemangatnya yang mempunyai laki-laki lain? seharusnya Nara tidak seperti ini, toh memang ini salah nya yang tidak mengungkapkan perasaannya kepada Desya.

"Bang, ada telpon dari Kak Eca nih" ujar Abyan sambil menyodorkan ponsel nya. Namun, Nara hanya melirik nya sekilas dan kembali menatap lurus, memang sedaritadi gadis itu menelpon Nara, namun dengan sengaja Nara tak mengangkat panggilan Desya

"Bang, nih Kak Eca telpon, malah di anggurin" ucap Abyan lagi

Nara menoleh ke arah Abyan sebentar, kemudian memencet tombol merah di ponsel adik tiri nya itu, membuat Abyan mengerutkan kedua alis nya, tak biasa nya melihat Kakaknya seperti ini—-"Lho, ko di matiin Bang?"

"Masuk sana" perintah Nara, Abyan mengedikan bahu nya, ia meninggalkan Nara yang kini kembali menatap lurus kedepan. Pikirannya butuh ketenangan sekarang.

***

Hari Senin, merupakan hari yang membuat Nara selalu merasa malas. Apalagi jika bukan upacara bendera, dimana ia harus berdiri di lapangan sambil mendengarkan amanat panjang kali lebar dari pembina nya.

Nara menatap sekitar, mencari seseorang yang membuat Nara uring-uringan semalaman. Nah! dia ada, sedang menatap lurus ke arah pembina, di sisi nya juga ada kedua temannya yang senantiasa selalu mengikuti gadis itu kemana pun!

"Kalian ngapa? ko diem-dieman?" tanya Reno sambil berbisik ke arah Nara

"Ga. Perasaan lo aja" jawab Nara acuh. Ia kembali menatap ke arah pembina yang sepertinya menyudahi amanatnya.

Lagi-lagi ia menatap gadis cantik itu, mata nya tak bisa lepas memandang gadis itu. Ah! ia merindukan omelan gadis itu.

Beberapa menit kemudian, Upacara selesai. Semua murid membubarkan dirinya masing-masing, Nara melihat Desya, Hida, dan Arumi berjalan di depannya, namun dengan langkah cepat Nara mendahului ketiganya, membuat Reno yang sedari tadi disisi Nara menatap laki-laki itu bingung.

"Tuh, dia marah beneran sama gue Hid, Rum" ucap Desya saat melihat Nara yang melewati dirinya begitu saja, ya memang Desya sudah menceritakan semua nya kepada Hida dan Arumi, respon mereka tak jauh dari Desya, kedua nya terkejut sekaligus bingung dengan apa motif sang pengirim?

NARAYA (SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang