problem

534 37 2
                                    

🎵Play Song : Only One - Pamungkas

Lo itu unik Ca, terlalu unik sampai-sampai gue ga bisa nemu diri lo di dalam diri orang lain
-Naraya Adelard
-
-

Disinilah Nara sekarang, diatas rooftop Sekolah nya. Menikmati semilir angin juga menatap langit kota Jakarta yang saat ini sedang cerah-cerah nya.

Seketika bayangan Desya muncul di depannya, senyum gadis itu, tawa gadis itu, tertawa nya gadis itu, semuanya Nara bayangkan.

Bodoh sekali ia, hanya karna hal sepele Desya jadi kesal kepada nya—-"Harusnya gue bujuk dia, hibur dia bukan malah desak dia"

"Bego lo Nar!"

"Bego!!" umpat Nara pada dirinya sendiri.

Ia membuka ponsel nya dan melihat apakah ada pesan masuk kepada dirinya—-ah ternyata tidak ada, dari Papa nya pun tidak ada. Sesibuk itu ya sama kerjaan di Luar Negeri?

Kadang Nara berfikir, orang tua nya lebih sayang pekerjaannya daripada Nara dan Abyan. Dari bayi sampai usia Nara berumur dua tahun, ia di urus oleh Nenek nya yang sekarang tinggal di Semarang. Saat Papa nya menikah lagi dengan Dinar—-mama tiri nya, Nara juga di urus oleh Dinar.

Mama tiri nya mempunyai seorang putra dari Ayahnya, bernama Abyan Fahreza. Namun nama lengkap nya di ganti menjadi—-Adelard. Sama seperti nama lengkap Nara.

Saat usia Nara berumur tujuh tahun dan masuk sekolah dasar, dirinya bertemu dengan sosok gadis periang yang pertama kali Nara kenal. Gadis bergigi ompong di bagian depan, manik mata berwarna coklat terang, juga bulu mata yang lentik menambah kesan cantik di wajah lucu nya. Sejak saat itu Nara bisa berteman dengan orang lain, karna dari kecil hanya Abyan teman main Nara.

"NARAYA!!"

Nara membalikan wajahnya kebelakang "Ck, masalah" gumamnya pelan

"Sedang apa kamu disini?!" teriak Pak Anto, guru BK yang sepertinya punya dendam tersendiri kepada Nara

"Seperti yang Bapak lihat" jawab Nara santai

"Kamu itu bukannya berubah, malah semakin jadi!"

"Cepat ikut bapak sekarang!!!"

Nara berdiri lalu menepuk-nepuk celananya yang kotor—-"Kemana Pak?"

"Karna kamu tidak masuk saat jam pelajaran sekarang, Bapak hukum kamu berdiri di tengah lapang!"

"Kapan?"

"Tahun depan!"

"Oke"

Pak Anto memelototkan mata nya, kesal dengan anak modelan Nara—-"NARAYA! SEKARANG!!"

"Oke Pak"

Nara berjalan melewati Pak Anto, sudah biasa menjalankan hukuman bagi Nara. Toh pasti nanti dapat amplop coklat berisi kertas putih, santunan anak soleh.

Ia juga tidak sadar jika sudah bel masuk, padahal serasa barusan dirinya masuk ke dalam UKS eh sudah masuk lagi, memang ya waktu istirahat itu lebih sebentar

Ia berjalan ke arah lapangan untuk menjalakan hukumannya, keadaan sangat sepi. Nara berdiri di tengah lapang dan segera memberi hormat kepada Bendera Merah Putih.

***

Kelas Desya sedang Free Class, dan Desya lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan, mencari ketenangan disana. Siapatau mood nya ada di dalam perpustakaan.

Desya menghampiri Restu—-Ketua Murid di kelas nya "Tu, gue ke perpus. Kalo ada guru masuk, chat gue"

Restu tersenyum ke arah Desya yang barusan berbicara kepada nya—-"I..iya Sya. Mau gue temenin?"

NARAYA (SEHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang