Chapter 39 | Melihat Langit Malam

Start from the beginning
                                    

Kakinya melangkah kembali masuk ke dalam markas DSG. Dover hanya cukup menunggu. Auristela adalah senjatanya sekaligus mutiaranya. Sean tidak akan hancur hanya dengan satu atau dua peluru. Bahkan jutaan peluru tidak akan menghancurkan pria itu. Sean akan hancur jika memang jiwa dan hatinya ikut hancur.

Dover memiliki maksud tersembunyi atas membiarkan Auristela pergi berlibur. Dover tahu kalau Auristela agak dekat dengan Sean. Penembakan yang kemarin dilakukan Xavion itu sengaja. Dover tahu kalau Sean akan pergi menuju bandara, jadi ia memerintahkan Xavion untuk bisa membuat Sean pergi bersama Auristela, namun dengan konteks tiba-tiba atau ketidaksengajaan.

Dover berencana membuat Sean jatuh pada Auristela. Dover mau Auristela bisa membuat Sean jatuh pada wanita itu. Jika Sean sudah benar-benar jatuh pada Auristela, maka kebenaranlah yang akan menghancurkan Sean.

Sean pasti hancur dengan fakta yang nanti terungkap. Dover akan membuat ini dramatis!

Jauh di lain tempat, Sean sedang terbaring di atas kasur. Mata hazelnya menatap langit-langit kamarnya. Tatapan mata biru milik Auristela masih membekas dibenaknya. Tatapan hangat dan lembut itu bisa Sean rasakan saat menatap lekat mata biru milik Auristela. Entah kenapa, Sean tidak bisa menunjukan sifat dirinya yang sebenarnya di depan Auristela. Seperti ada gumpalan ego yang menahannya. Sean seperti tidak ingin Auristela pergi hanya karena sifatnya. Tapi jika dipikir itu konyol!

Sean mau Auristela menetap.

Tapi Sean terus menyangkal hal tersebut.

Sean tidak mau Auristela menjauh darinya jika nanti wanita itu mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

Kehadiran Auristela terus membuat Sean lemah. Sean tidak mengerti apa yang ia rasakan. Namun sering kali dirinya bersikap hangat jika bertemu Auristela. Sean benar-benar tidak mengerti. Auristela seperti memiliki magnet yang terus menarik narik dirinya agar menempel pada wanita itu.

Wajarkah ini?

Sudah hampir dua hari Sean bersama Auristela, dan semakin lama semakin membuat Sean jatuh. Auristela berbeda. Wanita itu berbeda seperti apa yang pernah Albert katakan. Sebelumnya Sean tidak pernah merasa sedekat ini dengan wanita setelah belasan tahun lalu. Memikirkannya membuat Sean gila.

Sean memilih untuk keluar kamar, dan mencari udara segar dimalam hari. Ia mengambil jaket kulit berwarna hitam miliknya, lalu keluar dari kamar. Saat Sean keluar dari kamar, matanya melihat Auristela sedang berjalan masuk ke dalam kamar yang ia berikan. Mata hijaunya terus memerhatikan sekaligus mengawasi Auristela. Kaki Auristela sudah mulai membaik. Auristela juga sudah bisa berjalan walaupun perlahan.

Dan benar saja wanita itu hampir terjatuh kalau saja Sean tidak cepat berlari dan menahan tubuh Auristela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan benar saja wanita itu hampir terjatuh kalau saja Sean tidak cepat berlari dan menahan tubuh Auristela. "Terima kasih Sean. aku tidak tahu bagaimana jadinya jika kau tidak menolongku. Mungkin kakiku akan nyeri kembali," ucap Auristela.

Detak jantung Sean berpcu cepat. Sean tidak tahu kenapa. Apa mungkin karena terkejut melihat Auristela hampir terjatuh atau karena hal yang lainnya? Sean tidak mengerti. "Kau habis pergi ke mana?" tanya Sean.

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now