"Ga nanya" celetuk Raffi sambil keluar dari ruang musik kemudian di susul oleh Nara yang banjir keringat.

"Edun lo Nar! baru aja hari Senin baju lo udah bau keringat"

"Iya, gila sih itungannya satu huruf-satu huruf. Mana gue ga bawa baju ganti lagi!" gerutu Nara

"Udah lah ayo ke mading"

Mereka berdua berjalan ke arah mading, suasana nya sepi karena semua kelas pasti nya sedang belajar.

Mereka berdua langsung menempelkan kertas yang tertulis nama-nama beserta kelas dan nomor kursi bus.

Nara mencari nama nya di bus satu ternyata tidak ada, di bus dua masih tidak ada, sampai akhirnya Nara berhenti di deretan nama bus delapan. Ah ternyata dia satu bus dengan Agus, karena namanya yang paling pertama

"Gue se bus sama Agus Fi"

"Sama Desya dong"

Nara memelototkan mata nya, benar juga ya? Agus satu kelas dengan Desya, ia harus bagaimana? senang? atau sedih? atau kecewa?

"Tukerang tempat duduk bisa ga?"

"Ga bisa lah, orang ini udah di atur sama Pak Hendra"

Nara menghela nafas nya, ia melihat bersama siapa dirinya duduk—-Oh bersama Vano dan Desya duduk bersama Hida

"Si Airin sama siapa duduk?" tanya Raffi sambil melihat nama Airin, niatnya hanya akan menjaili Gattan

"Wah, pas si Airin duduk sama si Restu. Gue panas-panasin si Gattan lah"

"Gaada kerjaan lo! gue kelas ya, matpel Bu Dewi sekarang"

Raffi mengangguk kemudian ia juga berlalu menuju ke koridor kelas nya. Sedangkan Nara bukannya ke kelas tapi malah ke kantin, percuma juga pasti kena hukum—-fikirnya.

Dengan santai nya Nara berjalan ke arah kantin sambil sesekali melihat ponsel nya. Disana masih terpampang walpaper foto Desya yang sedang memakan gullali bersama nya—-ah ia jadi rindu kepada gadis yang sudah beberapa hari ini tak bertegur sama dengan dirinya! namun, ah tidak

Nara menarik kursi kantin yang sangat amat sepi, mata nya menangkap sosok Somad yang sedang membeli air mineral dengan memakai baju olahraga nya—-Ah! sekarang pelajaran olahraga kelas nya, artinya Desya juga?!

"Somad" teriak Nara

Somad menoleh dan langsung menghampiri Nara yang sedang duduk sendiri.

"Or lo?"

"Iya Nar. Beli minum dulu ausss"

"Yang lain kemana?" tanya Nara basa-basi, padahal tujuannya bertanya 'dimana Desya'

"Ada di lapangan lagi pemanasan. Lo ko disini? Bu Dewi masuk kelas lo"

"Iya. Gue kan sengaja. Males belajar gue"

"Lah elo. Tobat woy! ketahuan sama si Desya kena omel lo"

Desya? Nara sedang berusaha untuk tidak mempedulikan gadis itu!

"Lawak lo. Sana ke barisan lo"

Somad berdiri sambil melempar Nara dengan tutup botol minumnya membuat Nara mengumpat kesal.

Ah ga ada salah nya gue liat Olagraga si Somad!

Nara segera menyusul Somad, ia akan memperhatikan kelas Somad yang berolahraga dari bawah pohon besar yang ada di sekolah nya, tentu nya tidak boleh sampai ketahuan guru. Bisa dihukum dia

Nara menatap ke arah seorang gadis yang sedang melakukan pemanasan di sisi Hida. Gadis berkucir kuda dengan bando berwarna warm yang terpampang di kepala nya—-Ah itu kan bando dari gue? masih dia pake?

Gadis itu memukul kepala Agus yang sedari tadi menjahilinya, wajah nya tampak kesal mulut nya juga komat kamit tidak jelas, membuat Nara gemas sendiri melihat nya, eh apasih gue lagi liatin yang lain ya, bukan dia!

"GUE YANG JADI PEMIMPIN" teriak Desya yang masuk kedalam gendang telinga Nara

"Lo cewek, gue cowok! gue dong yang mimpin" ucap Agus santai membuat Desya tambah kesal, Nara terkekeh di tempat nya ketika melihat Desya menghentak-hentakan kaki nya, lain di mulut lain di hati Nar..Nar ckckck

"GA! harus gue yang jadi pemimpin pokonya!!!" keukeuh Desya sambil mendorong bahu Agus

Jangan sampai Agus membalas dorongan Desya, Nara tak bisa biarkan itu terjadi. Ckckck Nar..Nar gue jadi bingung sama sikap elu

"Pak, nih Agus ga mau ngalah!" teriak Desya mengadu

"Agus kamu ini ya, sana balik ke barisan kamu!"

"Pak saya pengen jadi pemimpin cewek Pak, boleh?"

"Iya boleh Gus"

Agus tersenyum senang sambil mengejek Desya yang tampak kesal

"Asal kamu ganti gender aja" lanjut Pak Gunawan membuat Desya tertawa terbahak-bahak

"Rasain lo! Sana, gue mau mimpin dulu"

Desya kembali kebarisannya. Nara terus memperhatikan Desya yang sedang melempar bola basket nya

"AYO AYO SIAPA YANG MAU MASUKIN PERTAMA?" teriak Desya sambil mengelap keringat nya, ingin rasanya Nara memberikan tissue kepada gadis itu

"GUE GUE" Airin segera menghampiri Desya dan melempar bola nya

"Sedang apa kamu disini Naraya?" tanya seseorang di belakang Nara

"Liatin yang olahraga" jawab nya santai tanpa menoleh ke arah orang yang bertanya

"Oh begitu. Seru?"

"Iya dong"

"Baiklah. Saya temani kamu"

Nara terdiam, seperti mengenali suara itu. Suara horor yang membuat semua murid SMA NI merinding. Nara menolehkan kepala nya lalu tersenyum tanpa dosa ke arah Pak Anto guru BK favorite Nara.

"Hehe, Bapak. Ngapain Pak?" tanya Nara basa basi sambil berdiri dan menepuk-nepuk celana nya

"Liatin Desya" jawab Pak Anto

"O..oh gitu ya pak, yaudah lanjut. Saya mau ke kelas" ujar Nara sambil mundur beberapa langkah karena sekarang Pak Anto menatap Nara tajam.

"NARAYA! berdiri di tengah lapang sampai jam istirahat! SEKARANG!" teriak Pak Anto tajam

Nara menutup kedua telinganya dan segera ngacir untuk berdiri di tengah lapang, sudah biasa bagi Nara kena hukuman. Lagipula kapan lagi Nara di hukum saat Desya ada disana. Eh

"Bisa migrain saya kalo ketemu Naraya" ujar Pak Anto sambil mengusap usap kepala nya

Bersambung

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now