60. Hai, Rain Girl

Start from the beginning
                                    

Sagara yang tak akan mengulangi hal yang tak disukai Kiana, seperti larangan ikut-ikut temannya tawuran, atau mengebut. Asal Kiana melarangnya, pasti hal-hal itu tidak lagi terdapat dalam diri Sagara. Sagara yang tiap harinya tidak bisa diam bermalasan. Sagara yang suka menanam pohon. Sagara yang suka membaca buku di kamar apartemennya, terlebih buku-buku self development dan self improvement seperti; The Magic of Thinking Big, tulisan-tulisan David Schwartz, Dale Carnegie, Think and Grow Rich, tulisan-tulisan Napoleon Hill, dan banyak lagi. 

Sagara yang selalu ingin memelihara anjing dan kucing. Sagara yang ingin menjadi pengusaha sukses seperti semua keluarganya. Sagara yang tidak suka bermain handphone, apalagi sosial media. Sagara yang suka menggeraikan rambut Kiana jika Kiana ikat, entah apa maksudnya, sampai sekarang Kiana tidak mengerti. Sagara yang tidak pernah sedikitpun berkata, apalagi berlaku kasar untuk Kiana.

Sagara yang di kali pertama datang ke Indonesia langsung suka makan nasi goreng, Sagara yang selalu menghargai dan menghormati semua orang, Sagara yang setiap jam 12 siang akan berdoa sendirian khusus untuk Tuhan. Sagara yang rutin olahraga dan sangat bisa mengontrol makanannya dan makanan Kiana yang akan masuk ke mulut  mereka.

Kiana benar-benar tidak pantas untuk dan menjadi teman bagi Sagara. Sangat jauh perbedaan mereka di mata dunia. Kiana tidak pernah bisa di mata pelajaran, dia juga payah dalam melakukan hal-hal bermanfaat seperti membaca buku, ataupun belajar hal baru. Sagara seharusnya tidak boleh menjadi teman Kiana.

Sagara itu penuh semangat, anak olimpiade wajib sekolah, tidak sekalipun pernah menyusahkan orang, sangat suka bereksporasi dalam hal baru, berani berbicara di depan banyak orang, dan banyak hal positif lainnya, yang membuat sahabat masa kecilnya itu nyaris sempurna.

Sagara tidak boleh berakhir seperti ini. 

Sahabat masa kecil Kiana harus mendapat bahagianya. 

Namun ternyata, dunia sudah berkata tidak.






яєωяιтє му нєαят




07.15 WIB.

Ini hari pertama Kiana memasuki gerbang SMA Tunas Bangsa, beberapa minggu usai jatuhnya pesawat Sagara.

Sejak Kiana menginjakkan kaki di sekolah, banyak sekali yang berbeda. Dulu tak pernah ada perhatian untuk Kiana, semuanya tertuju pada Sagara yang memang sangat pantas untuk itu. Namun sekarang, ramai sekali siswa-siswi dan guru yang mengajak bicara Kiana dengan kelemahlembutan. Semua memperhatikan tingkah dan langkahnya, hingga Kiana duduk sendirian di kursi kelasnya.

Pandangan banyak orang tak pernah lepas dari Kiana.

Pembelajaran belum dimulai. Kiana meletakkan kepalanya di meja yang terdapat tasnya untuk menjadi bantal. Kiana tak ada bicara, juga ia tak melihat mata siapapun. Kiana hanya menatap dinding di samping mejanya, dan tak sedikitpun terdistraksi oleh pembicaraan prihatin teman-teman sekelasnya.

Kiana tidak butuh perhatian orang-orang. Tanpa berpikir lebih dari satu detik, Kiana pasti akan memilih untuk sering dihina karena tak punya prestasi, dibandingkan dengan Zayara, dicibir karena menjadi teman kecil Sagara, tak mendapat bagian apa pun dalam drama sekolah, atau direndahkan para anak kelas sepuluh karena nilai-nilainya yang tak pernah tinggi seperti Sagara,... asal Sagara pulang ke sampingnya.

Kembalikan hal-hal buruk yang selalu Kiana alami dari dulu, asal Sagara kembali. Kembali menjadi sahabat masa kecilnya yang akan terus melindungi Kiana.

Hidup Kiana tak lagi ada gairah dan semangat. 

Setiap hari seperti kutuk bagi Kiana. 

Setiap hari menjadi terasa sangat lama tanpa adanya Sagara.

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now