24. We? Grey.

21.4K 2.2K 42
                                    

HARI ini hari Selasa, dan Kiana sedang mencatati materi pelajaran PKN yang entah mengapa selalu menghabiskan lebih kurang 5 lembar kertasnya.

Aish, bukannya pelit akan kertas. Namun, jari unyunya ini serasa akan patah sekarang. Argh! Kalau saja ada robot pembantu atau kalau saja ada Doraemon untuk meminjamkan Kiana kantong ajaib.

"Banyak banget gilaaa!" celetuk Nadine di belakang sana.

"TANGAN GUHEKK!!!"

"Awas lah, Idung! Ini kan udah gue buat batas meja pake kotak pensil, sihh!! Tangan lo jangan lewat batas sini!!" Kini Nera yang bersuara di ujung sana. "Sekali lagi lewat batas, denda goceng, argh!"

Yaampun, nama si Idul di kelas XI IPS 2 ini ternistakan, entah siapa dahulu yang mengubah namanya di kelas menjadi Idung.

"BUUUK, KOK ADA MOSQUITO, SIH!! Oh my Gosh! Semalam gak ada yang piket apaa?Semua yang jadwal piket hari Senin, denda kalian, ya!"

Bu Cimoyi memukul meja. "Heh, jangan ribut-ribut itu. Saya yang keluar atau kalian yang keluar?"

"Ibu lah, siapa lagi?" Entah suara tidak berakhlak siapa yang terdengar di kelas XI IPS 2 ini.

Bu Cimoyi yang sedang melihat-lihat layar ponsel, sekarang malah berdiri. "HEHHH!!! Suara siapa itu?!!"

Kiana tak ikut menimpali pembicaraan. Cewek itu tetap mencatati deretan paragraf yang berada di buku cetak PKN dengan tekun. Bukan karna otaknya korslet maka mendadak rajin, tapi menurutnya jika dalam hal catat-mencatat ini semakin banyak mengeluh, maka semakin tidak siap.

Kiana paling anti membawa tugas yang seharusnya dikerjakan di sekolah, jadi dikerjakan lagi di rumah. Bukannya sok rajin, namun di rumah dia punya banyak anak, huh!

Cipo, Cippy, Reju, Boo, dan beberapa lagi yang Kiana sudah rencanakan untuk adopsi lagi. Kiana itu sangat sibuk, tau!

"Yang udah siap, boleh keluar istirahat. Yang belum, gak boleh! Kerjain sampai selesai, oks." Bu Cimoyi keluar dengan penggaris besi di lengannya.

Sontak seluruh murid kelas XI IPS 2 diam. Seperti ada jin rajin yang merasuki jiwa mereka, bahkan cowok-cowok nakal yang tadi bermalas-malasan saat ini malah serius mencatati di buku mereka.

Bingung karena mereka yang mau mengerjakan itu semua walau Bu Cimoy--maksudnya, Bu Cimoyi sudah keluar?

Tak ada yang perlu dibingungkan. Ada 4 CCTV di setiap sisi atap kelas mereka. Yaampun, siapa yang berani melakukan hal malas-malasan dalam mencatat saat ini, apalagi hukumannya tidak dapat istirahat?

Apalagi pasti kantin sekolah di bawah yang lebih banyak menyiapkan makanan akan sangat ramai antrian. Argh!

Memang, ya, makanan itu bisa membuat makhluk-makhluk hidup di kelas ini jadi rajin.

Kiana dengan cepat menutup buku tulisnya dan keluar dari kelas. Ia selesai dan meletakkan buku itu di meja guru.

Kiana refleks tersenyum melihat Sagara di anakan tangga sepi. "Sagaaa!" Kiana mengejar langkah Sagara yang tengah turun tangga. "Laperrr."

Sepasang sahabat sejak umur 3 tahun itu tidak pernah punya alasan yang logis tentang mengapa jika mereka bertemu sengaja maupun tidak sengaja, ujung bibir Kiana dan Sagara akan melebar refleks.

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now