11. Perkemahan SMA Tunas Bangsa

28.5K 2.7K 158
                                    

"Kejar apa yang pantas dikejar, tinggalkan apa yang pantas ditinggalkan

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Kejar apa yang pantas dikejar, tinggalkan apa yang pantas ditinggalkan. Selalu berpikir tentang kemungkinan terburuk, agar tidak terlanjur dalam keadaan terpuruk."




яєωяιтє му нєαят






MATAHARI perlahan mulai menampakkan diri. Sinarnya yang berwarna jingga, selalu manis tergantung di awan.

Sepersekian menit kemudian, sang surya benar-benar berada di atas. Walau begitu, tak cukup mengurangi rasa dingin pada tubuh Kiana. Mungkin saat ini orang-orang yang berada di Jakarta sudah kepanasan di jalan.

Hawa begitu sejuk menusuk kulit cewek berjaket CHANEL, warna putih tebal, dan di tangannya terdapat sekaleng susu bear brand itu.

Kiana tak menyangka Sagara dapat memilih tempat indah seperti ini. Ya, Sagara dan teman-temannya, juga para kakak kelas cowok, dan beberapa guru, selalu disuruh untuk mengsurvey tempat yang akan dijadikan lokasi perkemahan murid dan guru SMA Tunas Bangsa, sebelum dilaksanakannya perkemahan.

Rambut Kiana ia biarkan tergerai. Kiana sendirian memperhatikan orang-orang yang tengah berfoto ria di seberang.

Kiana tak pernah mempunyai teman yang cukup dekat, layaknya Sagara. Walau itu perempuan sekalipun, Kiana tidak terlalu bisa mengobrol banyak dengan orang lain. Jika di kelas paling hanya bertanya tugas, menjadi moderator hadiah untuk Sagara, dan berbincang sedikit tentang hal yang sedang panas pada tim gosip kelas.

Dari pintu tendanya ini, Kiana jelas melihat Sagara yang tengah bergelantungan di pohon layak monyet Dora. Ah, julukan Dora Monkey cocok juga untuk sahabat masa kecilnya itu.

Sebenarnya, Kiana masih kesal pada Sagara. Tadi pagi, sahabatnya itu dengan teman-temannya datang beramai-ramai di depan tenda Kiana hanya untuk memberi jaket tebal milik si Dora Monkey itu.

Aish, padahal Kiana tidak merasa kedinginan karena Sagara yang tadi malam memberinya tiga selimut dan dua jaket tebal.

Kiana kemudian kembali masuk ke dalam tenda solonya tanpa menutup resleting pintu tenda. Di dalam, Kiana mengangkat tangan, lalu menggambar lukisan abstrak di udara.

Kiana memilih untuk tidur sendiri tanpa bergabung pada perkumpulan perempuan sekelasnya. Rasanya lebih nyaman saja. Kiana tak perlu takut akan hal-hal seperti penjahat atau binatang buas, sebab dari ujung sana terdapat kemah Sagara yang nampak jelas. Para laki-laki juga banyak yang berjaga malam.

Kemudian Kiana mengambil ponsel di tasnya untuk melihat postingan foto yang ia publikasi tadi malam. Jaringan tak terlalu kencang, namun tetap bisa, sebab sang papa sudah mengisi ponsel Kiana dan Sagara dengan paket internet cukup kuat jaringannya walau di hutan-hutan.

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt