Nara terus memikirkan mimpinya yang terasa nyata dan u

Tok...tok..tok

"Ga di kunci" teriak Nara

Sosok mama nya tersenyum di ambang pintu dengan Papa nya yang ada disisi Mama nya—-"Nara" panggil Papa nya

Nara langsung menghampiri kedua nya dan menyalimi lengan Papa nya

"Anak muda jaman sekarang kelakuan nya begini amat" ucap Gio sambil menatap putra kandung nya yang tak terasa sudah beranjak dewasa

Nara terdiam saja sambil sesekali menatap Abyan yang mengejek dirinya di dalam kamar

"Papa tunggu kamu dibawah"

"Kamu mandi dulu ya, terus turun kebawah"

Nara mengangguk, namun sebelum Mama nya melangkah, Nara menahan pergelangan tangan Mama nya

"Kenapa sayang?" tanya Dinar lembut

"Ma di luar hujan ga?"

Dinar menganggukan kepala nya—"Hujan dari tadi, kenapa?"

"Mama ada denger suara Eca dateng kesini ga?"

Dinar mengerutkan keningnya, heran dengan pertanyaan putra nya yang satu ini "Desya di rumah nya lah, Mama daritadi di bawah ga denger tamu dateng. Memang nya kenapa?"

Nara menggelengkan kepala nya—"Engga, yaudah Nara mandi"

Dinar mengangguk lalu mengecup kening Nara lembut membuat Nara memejamkan matanya, sudah lama dirinya tidak mendapatkan perlakuan seperti ini

"Mandi gih, jangan lama. Papa kamu nunggu dibawah"

"Iya"

Nara kembali masuk ke dalam kamarnya dan segera memulai ritual mandinya

***

Nara sudah selesai mandi dengan pakaian santai nya, ia langsung menghampiri Papa nya yang sedang membaca koran di ruang keluarga, bersama Abyan yang duduk sambil mengerjakan tugas sekolah nya.

Nara duduk di samping Papa nya—-"Pa"

"Hmm" balas Gio—-ia memang memiliki sifat yang sama dengan Nara, dingin. Maka dari itu sifat dingin Nara menurun dari Papa nya

Tidak ada sahutan lagi dari Nara, laki-laki itu tidak mau memulai perdebatan, saat ini dirinya hanya ingin merasakan ketenangan, walau masih banyak pertanyaan yang tidak ia lontarkan kepada Papa nya.

Drrttt...Drttttt

"Dek, ponsel kamu getar" ucap Gio saat melihat ponsel Abyan yang tak jauh dari dirinya bergerar

Abyan menatap nama si penelpon itu, beralih menatap Nara—-"Bang, ini Kak Eca telpon"

"Angkat aja" jawab Nara acuh

"Hallo"

"I..iya tante"

"APAA?" teriak Abyan reflek, membuat Papa nya dan juga Nara menatap ke arah nya, meminta penjelasan

"I..iya tante, nanti Bang Nara langsung kesana"

"Iya, tante share lokasi nya aja"

"Waalaikumsalam"

Abyan menatap kearah Papa nya dengan wajah panik—-"Pah, Kak Desya ketabrak mobil"

Baik Nara maupun Gio nampak terkejut—-"Kapan Dek?"

"Tadi katanya, sekarang udah di bawa ke Rumah Sakit. Nelponin Bang Nara tapi ga di angkat"

Nara baru ingat, ponsel nya ia simpan di atas nakas kamarnya—-"Pah, aku harus kesana sekarang"

"Kita pergi sama-sama, tunggu hujan reda"

"Ga bisa Pa, Nara harus liat keadaan Eca"

Pantes aja gue mimpiin dia, Caa kenapa sih lo paling bisa bikin gue serangan jantung mendadak kek gini!

Dengan raut wajah yang sangat amat panik, Nara langsung mengambil kunci motor nya beserta jas hujan. Ia berlari ke luar rumahnya

"RUMAH SAKIT HARAPAN BANGG" teriak Abyan saat Ibu Desya barusaja mengirim lokasi dimana Desya di rawat

Nara yang mendengar itupun langsung menjalankan motor besarnya ke RS Harapan, tak peduli dengan hujan lebat malam ini, yang terpenting sekarang hanyalah Desya.

Ia menjalankan motor nya dengan kecepatan penuh, menyalip setiap kendaraan yang ada di depanya, sampai-sampai hampir saja Nara menabrak gerobak yang menyebrang di depannya. Setelah mengetahui tidak terjadi apa-apa, Nara kembali menjalankan motor nya hingga sampai di Rumah Sakit dimana Desya di rawat

Nara membuka jas hujannya dan segera masuk kedalam—-"Permisi" ucap Nara kepada salah satu perawat yang barusaja lewat di depannya

"I..iya mas" tanya perawat itu dengan tatapan berbinar saat melihat Nara

"Pasien atas nama Desya dirawat dimana ya?"

Perawat itu masih menatap Nara kagum, membuat Nara berdecak kesal—-"Mba"

"E..eh, atas nama Desya?"

"Iya, pasien kecelakaan"

"Oh, pasien atas nama Desya Anyelir? korban tabrak lari?"

Nara menganggukan kepala nya, menunggu jawaban Perawat di depannya

"Pa..pasien atas nama Desya.."

Nara masih menunggu jawaban dengan tatapan yang sudah sangat panik

"Pasien sudah.,"

"Sudah apa?" potong Nara

"Ga mungkin, Desya masih ada. Ga mungkin kan?" teriak Nara yang membuat orang-orang sekitar menatap ke arah nya

"CA LO GA MUNGKIN TINGGALIN GUE" teriak Nara frustasi, ia tak siap kehilangan Desya, ia ingin membahagian Desya, ia belum sempat memberitahu soal rasa nya kepada gadis itu, ia belum membantu Desya mencari ayah nya.

Nara menitihkan air mata nya, tidak siap jika harus kehilangan Desya secepat ini.

Bersambung

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now