"Mama juga tau apa yang kalian berdua rasa, tapi mau bagaimana lagi, mama juga harus membantu Papa kamu dalam berbisnis"

Nara menghentikan acara makannya, ia menatap ke arah Dinar—-"Ma"

"Dari aku sama Abyan kecil, yang urus itu bibi. Pendaftaran SD sama SMP aja di daftarin Ibu nya Desya, walaupun kami berdua berbeda sekolah tapi Ibu Desya mau meluangkan waktu nya buat daftarin sekolah aku"

"Kemarin pendaftaran SMA aja aku sendiri Ma, tanpa orang tua. Bahkan pembagian nilai aja dari SD sampai sekarang selalu Ibu nya Desya yang bawa Ma"

Dinar menatap putra nya dengan tatapan yang sulit di artikan, ia tahu semua itu, sangat tahu. Tetapi keadaan yang mendesaknya

"Nar, engga git.."

"Nara cape mau istirahat"

Nara pergi menuju kamar nya—-tidak di rumah tidak di sekolah, ada saja masalah yang menimpanya.

Saat masuk kedalam kamarnya, Nara melihat tote bag berisi sepatu dari brand terkenal. Nara tak butuh itu, ia menyimpan kembali tote bag itu di atas nakas

Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur king size di kamar nya, menatap langit-langit kamar nya yang berwarna abu-abu, seketika dirinya memikirkan dimana Ibu kandung nya, dan siapa dia? yang Nara tahu hanya namanya, tidak dengan wajah nya. Nara memejamkan mata nya perlahan, menginginkan ketenangan, semoga saja dengan ini ia bisa melupakan masalah nya sejenak

Drttt..Drttt

Ponsel Nara berbunyi, tanpa melihat namanya Nara langsung mengangkat ponsel nya

"Ya"

Turun, gue di bawah

Tuutttt

Nara langsung melihat nama si penelpon, ternyata benar—- lalu menatap ke arah luar, dan Nara baru menyadari jika keadaan nya sedang hujan lebat

Tanpa ba bi bu ia langsung lari ke bawah, tanpa mempedulikan tatapan Mama nya yang bingung dengan tingkah putra nya

Saat Nara membuka pintu, ternyata, ada Desya yang masih memakai seragamnya yang sudah basah kuyup, juga lebam di pipi kiri nya

Nara menghampiri Desya dengan wajah terkejut—-"Lo kenapa Caa?"

"Gue gapapa, ikut neduh bentar ya Nar" ucap Desya sambil tersenyum tipis

"Gue bawain lo handuk ya Caa"

Sebelum Nara pergi Desya menahan pergelangan tangannya—-"Ga usah Nar, gue butuh lo sekarang" ucap Desya parau

"Ca apa yang terjadi"

Namun seketika Desya ambruk di hadapannya, dengan telinga yang sudah mengeluarkan darah segar membuat Nara langsung panik

"CAAAA"

"ECAAA"

"DESYAAAAAAAA"

Nara langsung terbangun dari tidurnya, dengan nafas yang tersenggal senggal, juga keringat yang membasahi tubuh nya—-ternyata semua ini hanya mimpi buruk. Nara menatap ke sekitarnya, kamarnya sudah gelap itu tanda nya ini sudah malam

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now