Bonus

646 65 12
                                    

"Boruto!"

Boruto meringis, matanya kebuka perlahan seiring mendengar sayup sayup suara manggilin namanya.

"Boruto!"

Badannya sakit sakit semua. Rasa remuk dihantam sesuatu. Buat gerakin tangan dan kaki aja kok kayak susah banget gitu.

Boruto baru mau nutupin matanya lagi sewaktu terdengar pintu dibuka. Matanya balik melek selebar mungkin.

"Boruto! Udah berapa kali diingetin buat pasang alarm subuh! Udah jam 6 kan!"

Boruto tak percaya dengan apa yang diliatnya sekarang. Sesosok manusia penuh kehangatan berdiri di sampingnya.

"Boruto! Bangun ayo!"

"Ibuuu", lirih cowok berambut kuning itu sambil nangis. Hinata berkacak pinggang. Beliau bingung plus heran ini anaknya kenapa elah.

Tangan Boruto menggapai gapai keatas, berusaha memegang tangan Hinata. Hinata yang gagal paham dengan tingkah laku Boruto pun akhirnya duduk di sisi tempat tidur dan memegang dahi anak itu.

"Ah, nggak demam", tukas beliau. Raut mukanya masih juga dilanda kebingungan.

"Ibu", panggilnya lagi, "aku bangkit dari kematian ya? Apa aku ni lagi mimpi?"

"Apaan sih. Mau ibu tampar pipi kamu?" tanya Hinata.

"Tampar dong bu, biar aku tau ini tuh ndak lagi mimpi".

Hinata pun menampar pelan pipi anaknya. Emang susah punya anak dengan kelakuan kadang kelewat ngadi ngadi.

Perlahan bibir Boruto terangkat. Mukanya mendadak ceria, "ih ndak mimpi dong!" pekiknya. Pengen meluk tapi inget badan lagi berasa remuk. Perlahan dia kembali muram, "bu, pijitin bentar dong. Nggak bisa gerak tangan ama kaki".

"Kamu kenapa sih? Makanya kalo tidur baca doa. Ketindihan kali ini", Hinata mengambil tangan kanan Boruto lalu memijitnya pelan. Secara bergantian dia juga mijitin tangan kiri dan kaki.

"Aku kemaren sempet mati jatoh dari jurang kan bu?" tanya Boruto. Hinata makin heran kuadrat. Ya Tuhanku.

"Bu aku kemaren mati kan? Ibu gimana nemuin akunya?" tanya cowok itu lagi.

"Nemuin gimana? Kamu kan kemaren nggak kemana mana, dirumah aja main sama Mitsuki, Shikadai, Inojin. Eh, ibu lupa, Mitsuki di bawah tuh, sekarang lagi sarapan sama ayah. Subuh subuh dia udah dateng nyariin kamu".

Boruto melongo. Oh iya, dia sama Mitsuki kan sama sama jatuh ke jurang.

"Bu, aku ini kemaren mati loh. Mitsuki juga mati. Masa ibu ndak tau?" Boruto mulai frustasi. Ini kenapa sang nyokap ngelak terus dah.

"Trus yang ibu pijitin sekarang hantu gitu?!" Hinata auto misuh misuh.

"Seriusan aku ni! Aku kan sebelum mati tu masih di pesantren!"

Alis Hinata bertautan, "pesantren apa? Boruto, kalo kamu lagi stres karna misi, ngomong sama ibu. Istirahat dirumah".

Boruto memalingkan muka. Gila gila gila! Jadi selama ini yang dia lakuin itu apa? Belajar di pesantren itu apa? Mimpi?!

"Kamu mau nemuin Mitsuki di bawah atau ibu suruh dia keatas?" Hinata membelai kaki Boruto setelah menyelesaikan aktifitas pijit-memijitnya.

"Suruh keatas aja", gumam Boruto tanpa ngeliat kearah sang nyokap. Hinata menghela napas. Beliau pun keluar kamar dan kembali turun ke bawah.

Beberapa menit kemudian terdengar ketukan dan pintu dibuka.

"Boruto".

Mitsuki akhirnya dateng.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now