77

360 60 3
                                    

Disaat bus udah memasuki gerbang utama taman hiburan, mata Boruto nggak sengaja nangkepin sesuatu yang nggak asing terparkir di parkiran khusus kendaraan gede.

"Woi itu bus 5! Kesini juga mereka toh? Kok Ken gak bilang njay", katanya sedikit kenceng sambil nunjuk nunjuk kearah bus bertuliskan angka 5 di kaca belakang. Inojin yang mendengar perkataan Boruto barusan, langsung duduk tegap.

Shikadai melirik ke Inojin, "kenape lu? Pen pipis?"

Inojin nggak ngejawab. Sebenernya tuh cowok udah jengkel ngeliat si Inojin ditanya diem mulu walaupun belum jengkel jengkel amat. Lama lama Inojin udah jadi kayak Shinki. Nyebelin.

"Heh, ditanya diem doang. Gue ndak tau masalah lu apa tapi plis lah ini tu hari seneng seneng, lu mau diem sampe kapan? Orang sariawan gak diem mulu kali!"

Inojin menoleh natapin Shikadai, "gue nggak diem, cuma lagi males ngomong".

Shikadai berdecih, "sama aja anjing".

Bus berhenti tepat di sebelah bus 5 yang sudah duluan terparkir. Baru aja pintu dibuka, Inojin langsung ngacir sendiri. Boruto, Mitsuki dan Shikadai kaget ngeliat Inojin yang lari kenceng kearah pintu mendahului anak anak lain yang bahkan belum sempat berdiri dari kursi.

"Lah nape tu anak?" Boruto menoleh ngeliatin Shikadai yang masih ngebersihin kaosnya dari serpihan chitato yang dia makan tadi di jalan.

"Pen pipis kali", jawab Shikadai asal. Disaat kedua temannya itu asik bersih bersih, Mitsuki mengedarkan pandangannya ke arah bus 5. Sekilas matanya kayak ngeliat sosok Inojin lagi meriksain pintu bus 5. Eh?

Anak anak kelas 10 C pun turun dari bus satu persatu. Boruto, Shikadai dan Mitsuki juga ikut ngantri turun.

"Wiiiihhh asik asik! Maen ape kite pertama nih?!" Boruto merangkul Mitsuki dan Shikadai dengan kedua tangannya, "halilintar? roller coaster? Atau naek kuda kuda? Apa sih namanya ah lupa".

"Karusel", tukas Mitsuki.

"Nah iya itu barusan mau gue bilang", Boruto terkekeh.

"Inojin gimana?" tanya Shikadai yang sekarang celingukan bermaksud nyariin Inojin. Nggak lupa dia merogoh hp di dalam saku buat nelfonin cowok pirang itu.

Lama ditunggu, malah nggak ada hasil.

"Nggak diangkat", keluh Shikadai. Boruto menurunkan tangannya. Tiba tiba tuh anak menutup mata dan ngeletakin tangan kanannya dengan jari telunjuk plus jari tengah sejajar di depan dada. Alis Mitsuki dan Shikadai bertautan.

"Ngapain lu?" tanya Shikadai heran.

"Ngerasain chakra si tapir", ujar Boruto masih menutup mata. Shikadai mengalihkan pandangannya ke Mitsuki, tapi si anak uler cuma ngangkat bahu.

Beberapa detik kemudian mata Boruto kebuka, "nggak kerasa. Padahal biasanya gue bisa rasain kok".

Mitsuki pun nyoba buat ngelakuin hal yang sama. Dia menutup mata serta tangan kanan dengan jari telunjuk dan jari tengah sejajar di depan dada. Mukanya meringis. Lalu dia membuka mata.

"Gimana?" tanya Shikadai. Mitsuki menggeleng.

"Nggak kerasa. Oiya, kalian main dulu aja, biar aku yang nyari Inojin", kata cowok itu.

"Yah, kok gitu?" muka Boruto berubah kecewa. Mitsuki senyum.

"Udah, main aja. Nanti aku nyusul. Inojin pasti aku temuin kok".

"Beneran?" tanya Shikadai yang juga sama kecewanya. Gara gara Inojin ngilang, kesempatan mereka buat seneng seneng bareng berkurang kan.

"Iya, yang penting kalian senang senang dulu, Inojin biar aku yang urus", kata Mitsuki ngeyakinin mereka berdua, "kalo kalian senang, aku juga bisa ikut senang".

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now