26

467 65 5
                                    

Jam 4 kurang mereka udah berencana untuk balik. Sebelum itu mereka semua juga udah sahur bareng bareng pakai mcd di pantai, kecuali Sarada dan Ken yang terpaksa beli mie goreng karna mcd nya udah abis duluan.

Di jalan, cuma Cho Cho sama Shikadai yang masih melek, lainnya udah ngorok. Sarada tidur di bahu Ken, dan kepala Ken nempel diatas kepala Sarada, yang bikin Cho Cho disulut api cemburu, tapi malah senyum Inojin yang kebayang bayang disaat dia kesal. Cho Cho langsung nepukin pipinya berkali kali, seperti yang dia lakuin di warung tadi.

"Napa sih lo?" tanya Shikadai heran dengan tingkah cewek satu ini. Nepukin pipi, senyum senyum nggak jelas, kadang kadang mukanya berubah jadi kayak orang lagi kesal, aish.

Fix Cho Cho berkepribadian ganda.

Cho Cho menoleh diam diam ke sebelah kirinya, ngeliatin Inojin dari sela kursi. Cowok itu lagi tidur, kepalanya dia sandarin ke jendela.

"Ciee pandang pandangin Inojin", goda Shikadai.

Cho Cho berbalik, "siapa yang pandang pandangin hah?!" katanya.

"Halah, ngaku aja kalo lo udah suka sama dia".

Cho Cho tetap berpegang teguh dengan logikanya, "nggak! Inojin itu temen tim kita, masa suka sama temen setim! Ngawur dah lo".

Shikadai ketawa, "oh ya? gimana ceritanya tuh om Sasuke sama tante Sakura? Mereka dulu setim tuh".

Cho Cho melengos. Dah lah, nggak guna juga ngomong sama Shikadai.

Mobil melaju ke tempat rental untuk menjemput kembali si mas sopir biar dia yang nganterin mereka semua balik ke pesantren. Jadi, setelah sampai di pesantren, mobil bisa langsung dibawa balik.

"Seneng mas?" tanya mas sopir ketika dia udah menggantikan posisi Shikadai. Mau nggak mau cowok itu terpaksa duduk di bangku tengah dengan Sarada dan Ken karena Cho Cho nggak mau duduk disana.

"Seneng kok mas, makasih loh", balas Shikadai sembari mobil berbelok kearah jalan gedung pesantren.

"Mas, berhentinya ditempat tadi aja", ujarnya lagi. Si mas sopir mengangguk. Mobil pun berhenti di simpang jalan gang tempat mereka semula naik.

"Bangun! Bangun!" Shikadai nepokin satu persatu anak anak biar pada bangun karena mobil udah nyampe tujuan.

Boruto menguap, begitu juga dengan Mitsuki dan Inojin. Ken langsung buka pintu buat turun disusul Sarada. Shikadai ngebukain kursi buat akses anak anak yang dibelakang turun.

"Makasih loh mas, maaf ngerepotin. Mereka udah pada ngantuk", kata Shikadai mewakili kawan kawannya yang udah macam tupai kalau bangun.

"Iye mas, kapan kapan rental lagi aja mas", sahut mas sopir, "salam buat semua mas!"

Mobil pun menghilang dari pandangan. Semuanya jalan dengan langkah gontai, kecuali Shikadai dan Cho Cho yang masih bisa jalan dengan tegap.

Mereka jalan pelan banget kayak keong, padahal hari udah mau jam setengah 5. Bentar lagi subuh dan mereka harus sholat di mesjid biar nggak dicurigai.

"Oi!! Cepetan ah! Dah mau subuh nih! Bangun woi bangun!" Shikadai kembali goyang goyangin badan mereka biar semuanya bisa bener bener melek. Dikejar waktu tapi masih bisa bisanya nyantai.

"Heh? Jam berapa sih?" tanya Boruto sembari ngeliat jam tangannya, lalu masang muka kaget, "MASYA ALLAH JAM SETENGAH 5! EDAAAAAN!"

Dia auto narik tangan Mitsuki, sejurus kemudian mereka berdua udah lari kenceng.

Cho Cho ngeliat Sarada yang sedari tadi nggak ada niatan buat lari atau minimal shock lah. Karena kasian, cewek itu akhirnya berjuang meredam ego untuk sementara dan menarik tangan Sarada untuk cepat balik ke asrama cewek.

Fix mereka udah kabur satu satu.

Tinggal Shikadai, Inojin dan Ken.

"Duluan aja", kata Shikadai ketika ngeliat muka Ken yang memelas minta duluan. Ken pun auto lari juga karena takut telat.

Shikadai masih berkutat buat bikin Inojin bener bener melek. Ni anak susah amat dibikin sadar.

"Setengah 5 sat! Oi!"

Matanya udah bener bener terbuka, tapi langkahnya masih lesu gitu.

"Lo napa sih?" tanya Shikadai heran.

"Nggak tau, rasanya capek banget", keluhnya.

Karena nggak punya pilihan lain daripada nungguin nih anak jalan entah kapan nyampenya, Shikadai pun menggendong Inojin di punggungnya kemudian lari manjatin tembok. Dia harus berjuang diam diam buat ngelewatin anak anak pesantren yang lagi mau ke mesjid.

Beberapa anak pesantren di lantai 2 asrama ngeliatin mereka heran karena Inojin digendong sama Shikadai. Tapi untungnya dia bisa cepat sampai di kamar.

Boruto, Mitsuki dan Ken udah siap siap mau ke mesjid. Mereka udah cuci muka biar nggak ngantuk.

"Kenapa lagi dia? Kesurupan?" tanya Boruto. Shikadai nurunin Inojin dikasurnya, trus nyoba nepukin pipinya pelan.

"Woi Inojin!"

Inojin membuka mata lalu megangin kepalanya.

"Pusing banget gue", cowok itu duduk bersandar di dinding kasur.

"Gegara pas bangun langsung turun itu kayaknya, jadi badannya kaget", kata Ken lalu nyodorin segelas air putih ke Inojin, "masih ada waktu buat minum".

Inojin pun minum sampai habis dan berakhir mandangin gelas dengan tatapan kosong, tapi Mitsuki buru buru memecah lamunannya dengan menjentikkan jari di depan muka Inojin.

"Aahh", dia langsung terkesiap kaget.

"Ngelamun lagi. Lo udah lupa kalau pikiran lo nggak boleh kosong hah?" Boruto melempar sarung Inojin ke hadapannya, "cepetan wudhu, kita ke mesjid".

Inojin menghela napas lalu bangkit dan pergi ke kamar mandi buat ngambil wudhu. Mungkin yang dia perlukan sekarang adalah...

Sholat.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora