35

479 63 12
                                    

"Oi, rabu besok terakhir kita disini kan ya?" tanya Boruto ke kawan kawannya yang baru aja selesai doa sehabis maghrib. Semuanya auto ngangguk.

"Nggak bisa dibilang terakhir sih, keknya kita bakal balik abis libur lebaran", tukas Shikadai, "haaaahhh".

Boruto manggut manggut. Sebenarnya dia ada ide cemerlang buat dia lakuin malam ini.

"Kalian mau nitip ndak?"

Mitsuki, Shikadai, Inojin dan Ken melongo.

"Nitip opo toh mas, kalo ngomong jelas jelas!" kata Inojin kesal.

"Gue ada ide. Kalo ide gue berhasil, gue bisa nitipin kalian oleh oleh gitu. Atau apalah, sesuatu yang pengen kalian beli. Tapi pake duit sendiri. Titip ke gue. Jastip lah jastip! Ah gimana sih", jelasnya belepotan. Ribet banget ngomongnya.

"Otak gue dangkal atau lo kelewat pinter? Penjelasan lo nggak nyampe", ledek Shikadai.

Boruto menghela napas, "gue mau pergi ke mal, mau nyari sesuatu yang bisa dibawa pulang, oleh oleh, kenang kenangan, apalah! Kalian mau dititipin nggak?!"

Mereka semua saling pandang bingung.

"Lo mau pergi pake apa?" tanya Inojin. Boruto mengangkat bahu.

"Nggak tau. Liat ntar aja".

"Cara lu keluar dari sini gimana? Nyelinep lagi? Mau pergi jam berapa?" racau Shikadai menjejelkan berbagai pertanyaan ke anak itu.

"Sekarang! Mitsuki, temenin", Boruto menoleh kearah Mitsuki dengan tampang memelas, "ntar gue traktir cilok".

Mitsuki cuma ngangguk doang.

"Woi jawab pertanyaan gue tadi ah elah!" kini Shikadai menepuk paha Boruto karena pertanyaannya selalu aja dialihin sama ini anak.

"Iye ah! Gue nggak nyelinep! Gue pura pura sakit aja ntar, trus mau cari obat keluar", dia pun berdiri sambil narik tangan Mitsuki, "kalo mau nitip, ntar aja gue telfon di jalan! Kalian lama!"

Mereka berdua pun jalan keluar mesjid ninggalin kawan kawannya yang masih kebingungan.

"Dasar, udah mau pulang masih juga betingkah", gumam Shikadai.

Diluar, Mitsuki ngikutin Boruto yang sekarang lari larian ke arah kamar. Katanya sih dia mau ngisi botol pake air panas dulu, ntar botolnya disimpan di dalam tas, trus ditempelin ke jidat biar disangka lagi demam. Biar lebih sukses, dia pura pura sesak napas.

Sesampainya di kamar, Boruto langsung ngisi botolnya dan nyuruh Mitsuki buat nyimpen tuh botol di dalam tas selempangnya. Si anak uler nurut doang. Setelah itu mereka berjalan menuju ruang guru untuk menemui ustadz Abu.

"Ntar lu akting, bilang kalau lu harus temenin gue beli obat, obatnya cuma ada di apotek tertentu, gitu", kata Boruto pelan.

"Oke", jawab Mitsuki.

Mereka pun nyampe di depan ruang guru yang tertutup. Mitsuki ngeluarin botol tadi dan langsung ditempelin ke jidat sama Boruto.

"Buset panas amat", gumamnya kaget, padahal dia sendiri yang ngisi. Setelah 3 menit dirasa cukup buat bikin dahinya panas, dia kasihin lagi botolnya ke Mitsuki, kemudian mengetuk pintu.

Nggak ada jawaban.

"Coba lu buka", suruh Boruto. Mitsuki menurunkan gagang pintu dan membukanya sedikit, lalu mengintipnya hati hati. Sepi banget, kayak hatinya. Nggak ada tanda tanda ustadz Abu pula.

Tapi, ternyata ada seseorang yang sedang duduk tersembunyi di balik batasan meja yang terbuat dari kaca.

"Nggak ada ustadz Abu, tapi ada seseorang", lapornya ke Boruto. Anak itu segera muter otak.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now