64

389 61 12
                                    

Entah kenapa suasana pesantren mendadak pilu. Pilu banget. Sepilu itu.

Ustadz Abu ngasih geng udel keringanan buat nggak ikutan sholat di mesjid karena beliau paham mereka semua lagi shock berat mengingat ada yang bunuh diri di sebelah. Tapi sebagai gantinya, mereka wajib sholat di kamar.

Selepas maghrib, Boruto, Mitsuki, Shikadai, Inojin dan Ken ngumpul di tengah tengah kamar membentuk lingkaran. Mereka mau ngadain bincang bincang tentang kejadian sore tadi.

Yang paling keliatan berantakan pastinya Ken. Nangisnya baru berhenti pas mau sholat maghrib. Itupun dihibur dulu sama Boruto pake tweet tweetnya Willy the Kid.

"Kalian merinding ndak sih?" Boruto buka suara, "gue agak merinding".

"Iya, rasanya aneh", timpal Mitsuki muram.

"Iya sih, cuman kita perlu ngomongin hal penting", kata Shikadai, matanya menoleh kearah Ken yang ada disebelahnya, "Ken, gue mau denger cerita lu tentang Hanasaki".

Ken ngeliat Shikadai dengan muka sendu, "emangnya boleh ya ceritain orang yang udah nggak ada?" tanyanya.

Shikadai ngangguk, "nggak papa. Ada hal yang perlu dilurusin".

Sekilas sudut mata Mitsuki ngelirik Inojin yang dari tadi diem sambil melukin kedua kakinya. Dia nggak mau cowok itu kenapa napa disaat suasana lagi kelabu gini.

Masih inget kan Inojin bisa kesurupan?

Ken menghela napas, "gue sebangku sama Hanasaki. Sehari hari palingan kita cuma sebatas tanya jawab tentang pelajaran yang lagi dibahas. Dia nggak banyak ngomong. Dia juga jarang nanya nanyain hal pribadi ke gue. Gue karna nggak kebiasa sosialisasi sama orang sebelum orang itu berusaha rangkul gue, juga nggak balik nanya nanya tentang dia. Gue pun nggak curiga sama sekali dengan sikapnya. Di kelas gue liat dia suka ngulang ngulang pelajaran. Cuman kalo ngapa ngapain dia selalu sendiri, kayak abis dari kelas trus ke mesjid sendiri. kecuali kalo pas buka atau sahur kemaren pasti sama kawan kawan sekamarnya", jelas Ken panjang lebar. Semua manggut manggut.

"Lu nggak pernah liat dia nulis nulis sesuatu yang aneh?" tanya Shikadai lagi. Dahi Ken berkerut.

"Maksudnya?"

"Kayak nulis diari mungkin?"

Ken berpikir sejenak, "hm gue cuma pernah liat dia nulis di binder. Tapi gue kira sih dia lagi ngulang pelajaran".

Shikadai menatap yang lain. Dia juga natapin Mitsuki yang udah ngangguk seakan menyetujui kode darinya.

Cowok itu menyeret ranselnya lalu ngeluarin sebuah binder berwarna navy, yang kemudian dia taruh ditengah tengah. Ken terbelalak.

"Itu.. Itu punya Hanasaki! Kok bisa sama lo?" katanya kaget. Suasana mendadak tegang. Boruto yang biasanya cerewet aja sekarang diem seribu bahasa.

Shikadai membuka pengaman binder itu dan tampaklah foto Ken berukuran 5R di halaman pertama. Ken makin tercengang.

"Itu.. Itu.."

"Lu pernah ngasih foto ini?" tunjuk Shikadai ke foto itu. Ken menggeleng cepat.

"Nggak! Gue nggak pernah ngasih barang barang personal, apalagi foto!" tukasnya, "itu foto gue setaun yang lalu, gue pernah upload di ig. Itu foto pas gue taun baruan di New York tempat bokap!"

Semua saling lirik.

Ken auto shock untuk yang kedua kalinya. Apalagi sih ini?!

"Sejujurnya gue udah baca semua yang dia tulis, dan tadi sore gue juga udah diskusi sama Yoshio", ujar Shikadai, "Ken, gue minta lu tetep tenang selagi gue nyampein ini. Semua yang dia tulis di binder ini bukan pelajaran. Jadi, hal pertama yang bisa gue simpulin dari binder ini adalah.. Dia suka sama lu".

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora