4

1.1K 107 18
                                    

"APAAAAA?"

Boruto, Mitsuki dan Sarada kaget ketika mereka mendadak diberitahu untuk disandingkan dengan tim 10 dalam misi ini dan bukan hanya tim mereka lagi yang akan menjalankannya.

Di depan kantor Hokage, Inojin, Shikadai dan Cho Cho terlihat senang untuk bergabung.

"Akhirnya kita bersama lagi", tukas Shikadai kepada Boruto.

"Ngapain kalian ikut sih? Emangnya misi ini berat banget atau gimana?" Sarada menghela napas sembari memperbaiki kacamatanya yang melorot.

"Seharusnya lo senang Sar gue ikut, lo jadi punya temen buat ngobrol", kata Cho Cho menepuk bahu Sarada.

"Iya kalian nggak bersyukur banget sih kami ikut, kan makin rame makin enak", balas Inojin.

"Makin enak ndasmu!" Boruto emosi, "kalau lo dimakan serigala gue nggak tanggung jawab!"

"Palingan lu yang dimakan", cibir Inojin. Boruto merengut.

"Kalian contoh tuh Mitsuki, dia fine-fine aja tuh, dasar bodoh", si Inojin berkicau lagi. Astaga pengen disumbat aja tuh mulut.

"Aku senang kalian ikut", kata Mitsuki. Mata Cho Cho berbinar dan langsung memeluk Mitsuki.

"Gue tahu lo bakal ngatain ini!" jeritnya. Mitsuki pasrah saja telinganya akan rusak mendengar jeritan cewek yang satu ini.

"Oi, gendut! Lo kalau meluk orang tuh kira-kira! Lo kira Mitsuki suka dipeluk sama lo? Yang ada makin terbenam dia", si pirang nyerocos lagi dan lagi. Cho Cho mendelik. Sedetik kemudian ia telah menghajar Inojin.

Tiba-tiba Konohamaru dan Moegi datang menghampiri mereka semua.

"Oke baiklah! Kalian semua sudah tahu misinya kan? Menangkap penjahat bernama Akimo-san yang punya jurus kurang lebih sama dengan kepala bandit Mujina. Kalian harus lebih berhati-hati agar tidak salah tangkap dan perhatikan gerak-gerik juga nada bicaranya", pesan Konohamaru.

"Siap, sensei", balas mereka berbarengan.

Kemudian Moegi membuat portal khusus yang akan membawa mereka menuju dunia yang dimaksud.

"Kalian sudah siap?" tanya beliau. Mereka semua mengangguk.

"Oke, kalian boleh masuk".

Boruto, Mitsuki, Sarada berhadapan. Boruto maju pertama, disusul Mitsuki dan Sarada.

"Mitsuki, boleh pegang tangan gue?" pinta Sarada sedikit takut. Mitsuki menggenggam tangan Sarada.

"Nggak usah takut, aku pegang kamu", ia tersenyum. Padahal ia heran kenapa Sarada bisa takut begini ketika sebelum-sebelumnya ia berani untuk menaklukkan apapun.

Boruto menoleh kearah Mitsuki dan Sarada yang ada di belakangnya, disusul anggukan dari keduanya. Lelaki itu menarik napas dan langsung meloncat masuk.

"Hitungan ke 3, 1...2.." Mitsuki memberi aba-aba.

"3".

Mereka berdua telah menyusul Boruto.

Shikadai, Inojin dan Cho Cho juga melompat masuk dan tidak takut sama sekali.

"Semoga mereka baik-baik saja dan belajar banyak", kata Konohamaru tersenyum kepada Moegi.

"Iya, mana besok puasa, jadi mereka bisa lebih terdidik", kata Moegi senang.

👦🏼👩🏻👦🏼👩🏾‍🦰👦🏼👦🏻

"Eeeeh? Anjir dimana nih?"

Boruto, Mitsuki, Sarada, Inojin, Shikadai dan Cho Cho melongo. Banyak sekali anak-anak sepantaran mereka namun dengan pakaian yang lebih pantas berkeliaran.

Boruto langsung menarik Mitsuki ke balik gerbang, disusul yang lain karena takut dilihat oleh orang-orang.

"Gila ya, kita dikirim ke tempat beginian", bisik Boruto.

"Aku nggak tahu ini tempat apa", ucap Mitsuki polos, disambung dengan helaan napas kasar Inojin.

"Pesantren ini mah! Kalian kudet banget, bapak gue lulusan pesantren juga, tapi bukan yang ini", katanya.

"Ya terus ngapain kita disini?"

"Buat nangkep penjahat lah dudul!" balas Shikadai geram, "tapi ya nggak nyangka juga gue, kenapa penjahatnya bisa ada disini sih? Orang-orangnya alim gini".

"Assalamualaikum".

Semua menoleh karena merasakan akan ada hawa-hawa mereka akan ditangkap. Dan ternyata, benar. Mereka tertangkap basah telah bersembunyi disini oleh seorang ustadz.

"Waalaikumussalam", jawab mereka serempak.

"Kalian siapa? Mata-mata?" tanyanya.

Pemuda ini terlihat sepantaran dengan kak Konohamaru, batin Boruto.

"Kami utusan desa Konoha", kata Shikadai, "dan.... Hokage mengirim kami ke sini".

Mendengar nama Konoha, ustadz tersebut terlihat sumrigah, "oh kalian? Perkenalkan, saya ustadz Abu, akan saya bawa kalian kepada kepala pesantren! Ayo masuk!"

Mereka saling menatap satu sama lain, kemudian mengikuti saja ustadz tersebut hingga sampai ke sebuah ruangan kecil. Di pintunya ada tulisan "kepala pesantren".

"Apa gue bilang, ini tuh pesantren", bisik Inojin pada Shikadai.

"Gue juga tahu!" balas Shikadai pelan.

Pintu ruangan terbuka, menampakkan seorang pria paruh baya dengan peci dan janggut putih yang tidak terlalu panjang berdiri dengan tersenyum.

"Halo anak-anak utusan Hokage Ketujuh!" sambutnya. Boruto melangkah masuk duluan diikuti yang lain mengekor di belakang.

"Ayo duduk dulu", suruh beliau.

Mereka pun duduk di sofa yang tersedia di ruangan tersebut. Di mejanya sudah tersedia kue-kue kering dan mineral gelas. Seperti lebaran saja.

"Dimakan dulu kuenya", kata ustadz Abu. Bapak Kepala Pesantren pun duduk di sofa yang berhadapan dengan anak-anak. Boruto langsung membuka toples dan melahap kuenya. Dasar dia memang rakus.

"Saya dengar kalian dikirim disini untuk sebuah misi?" Bapak Kepala membuka suara. Mereka serempak mengangguk.

"Kalian memang diutus untuk menjalankan sebuah misi, tapi tidak untuk menangkap penjahat. Tidak ada penjahat yang dimaksudkan Naruto ke kalian. Konoha mengirimkan kalian kesini untuk belajar dan berakhlak dengan baikㅡ"

"APAAA?" Boruto refleks menyela dengan mulut penuh, "nggak ada penjahat? trus gue ngapain dong disini?"

Sarada menatap Boruto tajam, lalu merebut toples tersebut dari tangan cowok itu dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Shikadai dan Inojin menutup wajahnya, malu coi.

"Itu salah satu akhlak kurang baik kalian yang dimaksudkan oleh Naruto", jelas Bapak Kepala, "disini kalian akan diajari bagaimana berakhlak dengan baik, disamping kalian menghapal Alqur'an, sholat berjamaah, dan lain-lain".

Sontak mereka barulah benar-benar kaget.

"Pak kepala, saya jarang sholat", tutur Cho Cho pelan.

"Gue bolong-bolong", timpal Shikadai.

"Alhamdulilah gue kalo nggak sholat dipukul pake lidi sama bokap", kata Inojin.

"Gue sama kayak Shikadai!" seru Boruto dengan senyum lebar dan bangga, tak lupa mengacungkan jempol. Ciri-ciri anak masuk neraka jalur prestasi.

"Gue pun", balas Sarada.

Tiba-tiba Mitsuki menunjuk tangan.

"Iya?" tanya Bapak Kepala.

"Pak Kepala, saya nggak tahu apa itu sholat", ujarnya polos.

Seketika mereka menoleh, "HEEEEHHH?"

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now