16

597 75 16
                                    

Paginya saat mau sahur, Mitsuki tiba-tiba goyang-goyangin badan Boruto biar cowok itu bangun.

"Hmm, ngapain?" tanyanya masih dalam keadaan merem.

"Borutoooo, bantuin", Mitsuki merengek. Mendengar suara Mitsuki, Boruto auto melek.

"Lo napa dah?" tanyanya. Mitsuki nyodorin minyak kayu putih ke wajahnya.

"Pakein ke perut aku", pintanya. Boruto duduk dan ngolesin minyak kayu putih ke perut Mitsuki.

"Kembung?" Boruto mastiin dengan mukulin pelan perut sahabatnya itu, "sakitnya dimana?"

Mitsuki nunjuk ke perut sebelah kiri. Cowok berambut kuning itu kaget.

"Elu maag?"

"Nggak tau, sakitnya kayak ditusuk", jawab Mitsuki lesu.

"Sakitnya disebelah kiri banget?" sekarang Inojin ikut menimpali. Cowok itu mengangguk.

"Gue ada obat maag, bentar", Inojin berdiri dan pergi mengabrek lemarinya. Untung dia selalu sedia obat maag di dalam kantong obat yang disuruh bawa sama umi Ino kemana-mana. Dia pun langsung ngasih ke Mitsuki sekalian sama botol minumnya.

"Minum dulu obatnya, ntar gue olesin lagi".

Mitsuki pun meminum obat maag yang dikasih Inojin. Semoga aja setelah minum obat sakitnya mereda.

"Ini kenapa woi, udah kayak twitter aja nggak bisa ditinggal", Shikadai yang baru bangun, auto nyamperin Mitsuki yang lanjut diolesin minyak kayu putih lagi sama Boruto.

"Maag keknya", ujar Inojin, "takutnya kan akut gitu, tapi keknya nggak".

Ken yang juga baru bangun ikut bergabung, "Mitsuki, lo nggak usah puasa aja", katanya.

"Iya, lo lagi sakit gini, nggak usah puasa", ulang Boruto. Mitsuki natap Boruto nanar.

"Memangnya boleh?"

"BOLEH LAAAH", mereka berempat malah kompak ngejawab. Lucu amat oi bisa kompak gitu.

"Ntar kami bawain makanan aja, kami cepet-cepet makan sahur biar bisa anterin kesini", usul Shikadai, "kuy lah siap-siap kita!"

Shikadai, Inojin dan Ken pun mengambil sarung mereka dan memakainya, nggak lupa peci juga dipakai.

"Gue ntar nyusul", kata Boruto. Mereka bertiga mengangguk setuju.

"Tenang aja, karena gue pernah maag, gue ambilin makanan yang ramah perut", ucap Inojin sambil mengacungkan jempol. Mitsuki cuma ngangguk lemes. Mereka bertiga pun menghilang dari balik pintu.

"Gimana? Masih kayak ditusuk-tusuk nggak?" tanya Boruto, dia masih mijitin pelan perut Mitsuki yang sekarang rebahan di depannya.

"Tinggal sedikit, tapi masih ada", ujar Mitsuki, "maaf ya, aku merepotkan".

Boruto ketawa, "yaelah sat! Biasa aja kali! Lu sodara gue jugak!"

Mitsuki cuma senyum.

"Gue buatin teh tawar kali yak biar lu mendingan. Bentar", Boruto pun berdiri dan berjalan kearah meja kecil dekat dispenser tempat naruh bermacam-macam kebutuhan pangan kayak teh, kopi item, kopi-kopi sachet, gula, oreo, regal, malah jasjus pun juga ada gara-gara waktu itu Inojin beli serenjeng jasjus rasa stroberi di kantin pesantren sebelum puasa. Katanya buat jaga-jaga ketika haus melanda di tengah malam. Anak sultan mah bebas.

Boruto ngambil gelas dan sekantong teh celup, kemudian mengisinya dengan air panas dicampur air biasa, tapi air panasnya banyakan. Lalu dia balik ke arah Mitsuki yang lagi meringis.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora