66

395 61 4
                                    

Jam 2 malam, disaat semua udah tidur termasuk Mitsuki yang tumben nggak insomnia karena lelah, terdengar grasak grusuk keras dari kamar sebelah. Inojin dan Boruto yang tidur deket dinding kamar itu, auto kebangun. Mereka berdua duduk.

Suara grasak grusuk macam ada orang yang lagi bongkarin kamar.

Inojin berdiri dan pindah ke kasur Shikadai. Dia udah memprediksi ini bakal terjadi. Hah.

"Mitsuki!" Boruto mengguncang guncang badan Mitsuki, "bangun woi!" bisiknya pelan. Awalnya Mitsuki susah banget buat bukain matanya sampai sampai mukanya meringis, tapi karena badannya yang diguncang guncang hebat sama Boruto, akhirnya dia beneran melek.

Anak itu duduk dan langsung mendengar suara barang yang dilempar ke dinding kamar mereka yang membatasi kamar sebelah.

Boruto berdiri dan narik Mitsuki menjauh dari dinding itu. Ken sama Shikadai juga bangun karenanya.

"Dah lah, ndak bisa tidur kita", keluh Inojin.

Boruto dan Mitsuki duduk di lantai diantara kasur Ken dan Shikadai. Suara itu masih kedengeran, sekarang kayak lagi banting banting barang. Mungkin besoknya bakal rusak dah semua barang di kamar itu.

Mitsuki megangin kepalanya yang terasa menghentak hentak. Duh, resiko bangun kepaksa ya gini. Kepala jadi sakit. Pusing. Mana suara di kamar itu bikin nambah sakit kepala aja, berasa double kill.

"Kenape lu?" tanya Boruto, "sakit kepala?"

Cowok itu ngangguk tanpa ngeliat kearah Boruto. Matanya terpejam. Kalo dibuka sakitnya nambah.

"Woi sat, lu ada obat sakit kepala?" Boruto beralih ke Inojin yang duduk di sisi kasur Shikadai.

"Nggak. Nggak usah. Ini karna bangun tidur aja", tolak Mitsuki, "aku nggak papa kok".

"Halah nggak papa nggak papa ntar lu gantung diri! Sat, ada obat ndak?"

"Yaaah ada sih, cuman betulan nggak papa nih minum obat? Takutnya ntar ketergantungan, tiap sakit kepala butuhnya obat", ujar Inojin. Alis Boruto bertautan.

"Emang bisa gitu?" tanyanya heran.

"Ya bisa lah. Nyokap sering ingetin bokap soalnya. Ketergantungan obat sakit kepala tu ndak baik. Katanya sih kalo masih sakit kepala ringan, misalnya kek bangun kepaksa, pakein minyak kayu putih aja trus pijit pijit dikit", jelas cowok pirang itu. Yah kalau soal obat obatan dia cukup paham lah.

"Oke oke kalo itu kata lu. Ken, lu ada minyak kayu putih?" sekarang Boruto balik nanya ke Ken yang ada di sebelahnya. Cowok itu auto ngangkat bantalnya dan ngasihin minyak kayu putih ke Boruto. Yoi, dia selalu nyimpen minyak kayu putih dibawah bantal.

"Lu bisa makek sendiri?"

Mitsuki nyoba buat bukain sedikit matanya dan mengambil minyak kayu putih itu dari tangan Boruto, abis itu dia olesin ke dahi sama ubun ubun.

"Biar gue pijitin", Inojin merangkak kearah Mitsuki dan mijit kepala anak itu. Btw skill mijitnya lumayan kok, turunan dari umi Ino.

"Mitsu, tidur di kasur gue aja", Ken beranjak dari kasurnya dan pergi duduk ke kasur Shikadai.

"Inojin, mijitnya sambil rebahan boleh kan? Aku nggak kuat duduk", ujar Mitsuki lalu naik ke kasur Ken dan rebahan disana. Inojin ikut mendekat dan balik mijitin Mitsuki.

Mereka semua beneran nggak ada yang bisa tidur sampai suara grasak grusuk itu ngilang dengan sendirinya pada jam setengah 4 pagi.

"Ngilang kan? Ngilang kan?" tanya Boruto memastikan ke kawan kawannya. Shikadai ngangguk.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now