5

977 92 6
                                    

Sarada dan Cho Cho disuruh untuk mengikuti ustadzah Jaenab ke asrama putri. Mereka sudah diberi baju gamis dan jilbab beberapa helai, plus alqur'an dan alat tulis. Sedangkan Boruto, Mitsuki, Shikadai dan Inojin diantar ustadz Abu ke asrama putra yang terletak di sebelah asrama putri dan dibatasi oleh pagar kawat berduri yang menjulang tinggi. Mereka juga diberi perlengkapan seperti baju koko dan sarung beberapa helai, peci, alqur'an dan alat tulis.

"Nasib, nasib", Inojin geleng-geleng sambil merebahkan badan di kasurnya yang tanpa tempat tidur. Boruto sudah tiduran dari tadi sambil mainan Mobile Legends di hpnya bersama Shikadai. Sedangkan Mitsuki masih penasaran dengan alqur'an, sehingga ia tampak asyik membolak-balik dan sesekali mengangguk-angguk sendiri.

Mereka mendapat satu kamar bersama, kasur Mitsuki di sebelah kiri Boruto, dan disebelah kanan Boruto adalah kasur Shikadai. Kasur Inojin di seberang Mitsuki, dan disebelahnya ada satu orang anak pindahan yang diketahui bernama Ken. Orangnya pendiam banget, nggak mau bergaul, suka asyik sendiri dan bawa boneka bulu warnanya hijau muda, kadang-kadang bonekanya gerak-gerak sendiri. Inojin mah nggak peduli. Yang penting dia bisa tidur sebelum azan sholat zuhur berkumandang.

"Aish gara-gara lo ini ah!"

"Kan lo anjing banget asu dah!"

Begitulah Boruto dan Shikadai kalau sedang mabar.

"Boruto, nanti ajarkan aku baca alqur'an ya", kata Mitsuki yang sudah menutup alqur'annya dan ia taruh diatas lemari, kemudian duduk disebelah Boruto.

"Iya gampang! Kuy lah mabar dulu", jawab Boruto. Mitsuki mengeluarkan iphonenya dan membuka Mobile Legends. Sesuai yang diajarkan Boruto, kini ia sudah sedikit ahli bermain game itu. Sekarang mereka bertiga fokus mabar dengan segala carut marut sumpah serapah yang keluar, kecuali Mitsuki yang masih terlalu polos untuk berkata kasar.

"Aaaah yes gue dan Mitsuki menang!" cibir Boruto kepada Shikadai.

Shikadai merengut, "issshh jancok", gumamnya, kemudian merebahkan badannya membelakangi teman-temannya itu dan meninggalkan hpnya begitu saja di dekat kaki Boruto.

"Mitsuki, sekarang lo lawan gue!"

Mitsuki mengangguk. Ia mau-mau saja mengerjakan apa yang disuruh Boruto.

Tiba-tiba hp Shikadai bergetar, menampakkan foto Temari pada layar.

"Mak lo tuh woi, vidcall!" Boruto menendang pantat Shikadai yang hanya dibalas erangan. Begitulah kalau dia sedang ngambek. Shikadai mengambil hpnya dan segera menerima video call ibunya itu.

"Apaan sih Bu?" katanya gusar.

"Mau liat kamarnyaaaa", kata Temari dari seberang.

"Kamar apaan?" tanya cowok itu tak mengerti.

"Kamar pesantren kamu lah gimana sih!"

"Oh jadi ibu bersekongkol sama Hokage? Pantessss", Shikadai menukar kameranya dengan kamera belakang hingga menampakkan keadaan seluruh kamar.

"Itu siapa yang disudut kiri? Inojin? Yang di sudut kanan?"

"Nggak tahu, anak pindahan katanya", jawab Shikadai. Temari mengangguk-angguk.

"Yowes, rajin-rajin ibadah ya, biar jadi anak sholeh. Dah Ibu mau masak dulu!"

Video call pun berakhir. Shikadai kembali memejamkan matanya.

Ketika berharap untuk tidur, terdengar suara ustadz Abu melengking tinggi.

"Anak-anakku sekalian! Cepat bersiap, kita akan sholat zuhur berjamaah di mesjid! Sebelum iqamah kalian sudah harus ada disana! Ustadz absen!"

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Where stories live. Discover now