awal cerita baru

1.3K 78 31
                                    

🎵Play Song : Justien Bieber - Intentions

H a p p y R e a d i n g
⬇️
⬇️

Nara itu dingin, lebih dingin dari kulkas sejuta pintu
-Desya Anyelir

Seorang laki-laki masuk ke dalam area gerbang SMA Nusa Indah, Sekolah yang cukup terkenal di Jakarta. Kebanyakan murid-murid nya anak dari pengusaha-pengusaha terkenal. Bahkan sekolah ini sangat terkenal dengan murid-murid nya yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik.

Nara turun dari atas motor besarnya, banyak yang menatap kagum ke arah Nara. Sudah biasa hal seperti ini bagi Nara, dari awal masuk SMA ini pun—-Nara sudah merasakan hal seperti saat ini.

GILAAA NARA MAKIN HARI MAKIN CAKEP

MELELEH DEDEK LIAT NYA

PAKET KOMPLIT EMANG

PARAH SIH MASIH PAGI LIAT TITISAN PANGERAN

WOY GA SENYUM AJA UDAH GANTENG

CALON IMAM GUE TUHH

Dan masih banyak lagi teriakan-teriakan yang masuk ke dalam indera pendengaran Nara, namun ia lebih memilih memasangkan headset nya daripada mendengar teriakan-teriakan tidak jelas.

Ia berjalan menuju kelas nya yang berada di lantai dua, karena ini merupakan hari ketiga dirinya menginjak kelas sebelas, masa-masa nya mencari jati diri.

Nara masuk kedalam kelas nya yang belum terlalu ramai, Nara duduk di bangku sebelah Vano—-sohib nya.

Vano melirik ke arah Nara yang sedang membuka headset nya "Tumben dateng pagi Nar"

Nara menoleh ke arah Vano sekilas "Hmm"

Begitulah jawaban singkat Nara, sudah tak aneh lagi bagi orang-orang yang mengenal Nara, sosok dingin berwajah tampan ini memang sangat terkenal dengan sikap nya yang dingin.

"Nar! Nar! Naraya!"

Reno berlari kearah Nara dengan wajah panik, bagi Nara pasti ada berita cewek cantik yang sedang Reno dekati, atau ditagih hutang pemilik warung depan sekolah mereka. Hal itu sudah sering terjadi, walaupun anak dari manager perusahaan terkenal tetapi hobby Reno memang ngutang.

Reno menarik nafas nya kasar, "Nar ko lo diem aja, it..itu si Desya"

Begitu nama Desya di sebut—-Nara langsung menatap 100 derajat ke arah Reno, menunggu kelanjutan ucapan laki-laki tengil di depannya

"It..itu si Desya" ucap Reno terbata-bata

"Dia kanapa?" tanya Nara tenang

"Desya keserempet motor!!! sekarang udah dibawa ke UKS sama temen-temen yang lain!"

Seperti tersengat lebah di pagi hari, Nara berlari meninggalkan Vano dan Reno menuju UKS, ia harus segera melihat keadaan gadis ceroboh kesayangannya itu.

Nara melihat empat orang perempuan sedang mengobati Desya, dua diantara nya membersihkan seragam Desya yang sedikit kotor.

Begitu sadar dengan kehadiran seseorang, mereka berempat seolah paham apa yang harus di lakukan. Memberi jalan untuk Nara melihat Desya yang sedang meniup luka-luka nya

"Siapa yang serempet?" tanya Nara to the point

Keempatnya saling pandang, tak berani menjawab pertanyaan dari Nara.

Desya menatap ke arah Nara dengan wajah khawatirnya, takut jika laki-laki ini akan bertindak gegabah "Mau apa?"

Nara menaikan satu alisnya ke arah Desya "Temen-temen lo ga mau jawab, apa lo juga?"

Nara lebih mendekat ke arah Desya "Ecaa" panggilnya—-tatapannya tertuju tepat ke arah manik mata coklat gadis di depannya

Desya diam, lidahnya kelu tidak ingin membuka suara sedikitpun, aura Nara saat ini sangat dingin.

"Oke!" Nara menganggukan kepala nya lalu beralih menatap kearah keempat perempuan yang sedari tadi hanya berdiri di dekat Desya

"Lo pada obatin dia, gue cabut"

Nara beranjak dari UKS dan segera pergi mencaritahu siapa orang yang berani menyerempet peri kecilnya?

Desya menggigit bibir nya ketakutan "Anjir, gimana nih?" tanya Desya kearah teman-temannya.

"Kak Arka pasti kena masalah" jawab mereka. Desya pasrah saja, percuma juga dirinya mengikuti Nara sekarang dalam keadaan lutut nya yang masih mengeluarkan darah.

Teman-temannya kembali mengobati luka Desya sambil menunggu seseorang yang sebentar lagi akan menjemputnya.

Desya yakin itu, sebentar lagi. Ya pasti.

Tunggu saja..

3

2

1

Vano datang dengan wajah panik nya, napas nya terputus-putus menatap Desya yang kini juga sedang menatap kearah Vano, begitupula dengan keempat perempuan di samping Desya

"Dimana?" tanya Desya yang sudah tahu apa yang terjadi

"Di lapangan utama"

Desya mengangguk lalu berdiri pelan-pelan—-teman-temannya membantu Desya berdiri.

Mereka tahu tujuan Desya sekarang

Bersambung

NARAYA (SEHUN)Where stories live. Discover now