Chapter 16 | Telepon

Beginne am Anfang
                                    

Albert mengernyitkan dahinya bingung. Lalu apa masalahnya? Athena ini! Merepotkan sekali! "Lalu apa masalahnya apa? Letak kesalahannya di mana?" tanya Albert kesal.

"Karena aku tidak mau memakai pakaian bekas! Belikan aku pakaian baru!" titah Athena tegas tanpa mau dibantah. Albert memejamkan matanya. Menahan kekesalan yang akan meledak.

"Aku tidak punya waktu untuk membelikan dirimu pakain yang kau inginkan! Aku harus menjemput Sean." Albert memasang wajah memohon. Albert berharap agar Athena bisa memahaminya. Memahami kosndisinya.

"Lalau? Apa masalahnya dengan diriku?!" bingung Athena.

"Tentu saja ada!" geram Albert.

"Aish! Kau ini ribet sekali! Tinggal suruh pelayanmu." Albert ini benar-benar bodoh. Apa di rumah sebesar ini tidak ada pelayan? Memalukan! Semiskin itukah Alberto Serrano hingga tidak memiliki seorang pelayan?!

"Tidak ada pelayan di rumah ini," ucap Albert santai. Tunggu. Pria itu pasti bercandakan? Tidak ada pelayan? Mustahil!

"Yang benar saja! Siapa yang mengurus rumah sebesar ini? Kau? Aku tidak yakin," ucap Athena sinis. Albert menaikan bahunya acuh. Toh nyatanya memang seperti itu. "Tidak juga. Rumah ini jarang di tempati olehku. Aku selalu berpergian, dan sayang sekali jika aku menyewa pelayan, namun aku tidak dapat pelayanannya," jawab Albert santai.

"Perhitungan sekali kau ini! Sean saja sering berpergian, namun pria itu masih memperkejakan banyak pelayan! Oh ayolah Albert! Uangmu tidak akan habis hanya untuk menyewa pelayan," sinis Athena.

"Aku tidak peduli!"

"Terus bagaimana ini? Aku tidak mau terlihat murahan karena memakai pakaian bekas! Demi tuhan! Jangan buat aku menderita!" rengek Athena. Albert juga bingung. Sebenarnya bisa saja ia membelikan puluhan pakaian yang Athena inginkan. Tapi ia sudah janji dengan Sean. Aduh, bagaimana ini?!

"Demi tuhan, Athena! Kau akan tetap terlihat menawan sekali pun memakai pakaian bekasku! Ayolah Athena! Jangan menjadi wanita yang rumit!" mohon Albert. Namun bukannya membuat Athena mengerti, Albert malah membuat raut wajah Athena menjadi kecewa. Kekecewaan yang nyata.

Kalau seperti ini, Albert tidak bisa menolak.

"Tunggu. Aku ingin menghubungi Sean dulu," ucap Albert mengalah.

Albert berjalan keluar dari kamar Athena. Ibu jarinya langsung memencet nomer Sean. Hanya butuh beberapa detik saja, hingga Sean mengangkat panggilan teleponnya.

"Hallo Sean, kau masih di sana?" tanya Albert.

'Tidak. Aku sudah ingin sampai di mansion. Ada apa memangnya?'

"Tidak. Tadinya aku ingin menjemput mu."

'Tidak usah repot-repot Albert. Urus saja urusanmu.' Sean langsung mematikan sambungan teleponnya. Tidak penting hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang terus Albert lontarkan. Hanya membuang waktu.

Baiklah sepertinya masalah sudah selesai. Sekarang tinggal membelikan apa yang diinginkan Athenanya

* * * *

Pria yang Auristela khawatirkan akhirnya muncul dengan bagian tubuh yang masih lengkap, dan juga wajah tanpa dosanya. Bukan salah Sean, melainkan semua ini salahnya. Seharusnya dari awal ia sudah meninggalkan mansion sialan ini. Tapi egonya terus memaksanya agar tinggal.

Sepanjang malam Auristela merasa gila. Ia takut Sean akan menerima sesuatu dari ayahnya. Ia terus berharap seakan akan semua harapan tidak ada gunanya. Ia ingin menelepon Sean semalam, tapi ia urungkan niat tersebut karena takut menggangu pria itu.

Arco Iris | TAMATWo Geschichten leben. Entdecke jetzt