Chapter 7 | Terasa separuh

Start from the beginning
                                    

Baik. Cukup pejamkan mata dan lalu pergi kealam mimpi. Jangan mengingat pria bernama Sean agar tidurnya tidak terganggu. Gampang bukan?

Matanya sudah mulai terpejam, dan perlahan lahan Auristela berusaha memasuki alam mimpi. Auristela terus memejamkan paksa matanya. Sial, sial, sial! Sean masih ada dalam pikirannya! Tentang bagaimana pria itu memegang tangannya saat mengarahkan pistol. Saat mata hazel itu menatapnya tajam. Senyum pria itu di bawah guyuran hujan masih teringat di benak Auristela.

Sebenarnya apa yang Sean lakukan pada dirinya? Awas saja jika pria itu sudah kembali.

Auristela merasa Sean itu memiliki sesuatu yang berbeda. Pria itu seperti istimewah. Bukan. Bukan istimewah untuk Auristela, melainkan untuk sekitarnya. Mungkin Sean tidak menyadari kalau sifat dingin, angkuh, dan misterinya itu membuat daya tarik tersendiri.

'Oh ayolah Sean, berhenti menggangu pikiranku.'

* * * *

17:30 PM

Auristela terbangun dari tidurnya tepat saat matahari akan terbenam. Auristela melihat keluar jendela. Sinar orange dari matahari menambah ke indahan langit purple. Ciptaan tuhan yang sangat indah. Tuhan tidak pernah gagal atas ciptaanya.

Auristela berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai ia langsung turun ke bawah. Hidupnya benar-benar terasa monoton.

Saat Auristela membuka pintu kamar Athena, matanya melihat Athena sedang menuangkan sebotol vodka ke gelas mini. Tidak hanya vodka, bahkan Athena juga punya sebotol martini yang masih utuh.

"Astaga Athena, kau mendaptkan minuman itu dari mana?"

"Astaga! Kau ini mengagetkan saja! Aku baru membelinya tadi. Mau bergabung?" tawar Athena. "Anggap saja perayaan untuk menjadi seorang teman," lanjut Athena sembari tersenyum manis.

Auristela ingin menolaknya dikarenakan kepalanya yang sedikit pening. Tidurnya tadi memang cukup lama, namun selama ia tertidur, Sean hadir dalam mimpinya. Ada apa sebenarnya dengannya? Ia menantikan Sean?

Namun sepertinya sedikit minum tidak masalah.

"Kau mau vodka atau martini, Auristela?" tanya Athena. Secara bergantian mata Auristela menatap botol martini dan botol vodka yang sedang di pegang Athena. Auristela bingung dengan pilihan yang ada. Tapi mungkin martini lebih menyegarkan!

"Martini!"

Auristela menutup pintu kamar Athena, lalu tubuhnya menghampiri dan menerima segelas martini yang di berikan Athena.

"Kau ada masalah?" tanya Auristela. Pasalnya wajah Athena terlihat kalut seperti orang yang sedang memiliki banyak pikiran.

"Tidak." Baiklah. Memang tidak seharusnya dirinya mencampuri urusan Athena. Sebaiknya Auristela fokus mengurus masalahnya sendiri. Tidak ada yang lebih penting dibanding diri sendiri.

Auristela langsung meneguk habis satu gelas martini yang tadi diberikan Athena. Astaga! Auristela ingin lebih dari ini. Martini benar-benar terasa menyegarkan.

"Tuangkan segela lagi," pinta Auristela.

"Ambil lah," ujar Athena sembari memberikan sebotol martini kepada Auristela.

"Kepala ku sudah lumayan terasa pening karena meminum beberapa gelas vodka. Kalau martini itu kurang, kau bisa menghabiskan vodka milikku juga," ujar Athena sembari memberikan botol vodka kepada Auristela. Athena tidak terlalu kuat dengan alcohol, walau sebenarnya wanita itu sangat menyukai minuman beralcohol.

Dengan senang hati Auristela menerima sebotol martini itu, sedangkan vodka—nya ia taruh di atas meja. Auristela langsung meneguk botol martini itu tanpa dituangkan ke gelas. Inilah yang nyatanya ia butuhkan untuk melupakan bebannya sejenak.

"Nyatanya minuman sialan itu tidak bisa membuat pikiranku kosong. Malah semakin banyak aku meneguk cairan itu, maka semakin membuatku kacau," ucap Athena pelan. Wanita itu langsung tertawa sarkas, lalu terpejam.

"Luar biasa bukan?" tanya Athena pelan.

"Ya!"

Sudah hampir dua jam lebi Auristela bersama Athena. Auristela melihat ke arah Athena yang ada di sampingnya. Ternyata wanita pirang di sampingnya ini sudah tertidur pulas.

Mata Auristela juga sudah sayu. Rasa kantuk pun sudah mulai menyerang Auristela. Entahlah, mungkin ini efek dari alcohol yang terlalu banyak ia minum. Kepala Auristela juga terasa sangat pening, bahkan tubuhnya sudah benar-benar tidak bisa bergerak karena terlalu lemas.

Dan pada akhirnya Auristela sudah tidak bisa mengontrol dirinya. Auristela sudah tidak bisa mengontrol rasa kantuknya. Karena tubuhnya sudah terasa lemas, akhirnya ia tertidur di samping Athena yang terpejam.

Arah jarum jam mengarah pada angka delapan lewat tiga puluh menit. Belum terlalu malam. Dan biasanya mata Auristela masih terbuka lebar untuk melihat bintang ataupun bulan di gelapnya langit malam. Tapi lihatlah sekarang. Auristela sudah tertidur mengenaskan karena terlalu banyak minum.

Semoga saja tidurnya kali ini terasa nyenyak. Bermimpi indah tanpa adanya gangguan. Auristela benar-benar membutuhkan itu.

Sungguh ia sudah tersesat. Tanpa Sean ia hanya separuh.

_______________

It's not perfect

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

It's not perfect. But I hope you like it!

Jangan lupa bintangnya dipencet [*]

SORRY FOR TYPO

Tinggalkan komentar, saran, dan kritiknya!

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now