24👿

1.3K 115 27
                                    

Kelas👿

Fahmi memerhatikan Alena yang sedang duduk di depannya, mata nya memandang setiap pergerakan kecil Alena yang membuat perasaan kesal di hati Fahmi semakin menjadi.

Pacarnya itu---Alena, baru saja habis bangun dari tidurnya yang lelap. Melewatkan mata pelajaran kimia yang padahal Ia sendiri---Alena tak begitu pandai dalam mata pelajaran tersebut.

" Bukannya menyimak biar pinter malah tidur," batin Fahmi kesal.

Untung saja, Yasmin yang duduk tepat di depan Alena bertubuh 'cukup' gempal hingga mampu menutupi Alena yang sempat terlelap meski cuma sekitar setengah jam.

Tapi, tetap saja, Fahmi tak suka sikap Alena yang seperti itu. Bermalas-malasan saat jam pelajaran dimulai. Mai jadi apa Alena nanti di masa depannya, begitu pikir Fahmi sambil matanya masih tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Alena di depannya.

" Oke, anak-anak, jangan lupa kerjakan tugas yang ibu berikan tadi ya. Jangan lupa, dikumpulkan ke ketua kelas saat jam pulang sekolah," ucap Bu Reni---guru fisika, sambil menata bukunya sebelum keluar dari kelas.

" Baik bu," jawab anak-anak dikelas tersebut dan juga Fahmi yang sebagai ketua kelas.

" Arghh... masih ngantuk..." gumam Alena sambil memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas.

" Alena," panggil Fahmi pelan namun penuh ketegasan.

" Hemm," jawab Alena sambil menyangga kepala nya menghadap ke belakang, menatap Fahmi yang sedang memberikan tatapan serius ke arah dirinya.

" Kamu tadi kenapa tidur dan bukannya dengerin pelajaran Bu Reni," tegur Fahmi memperhatikan tiap detail ekspresi Alena. Tampak gadis itu masih mengantuk, mengusap matanya sambil menguap. Menatap Fahmi dengan tatapan sayu karena rasa kantuknya.

" Aku ngantuk Fahmi. Percuma dong kalau aku terusin nyimak pelajaran Bu Reni, pasti tetep nggak bakalan masuk ke otakku," jawab Alena sambil memperhatikan kuku-kuku di jemarinya.

" Percuma? Nggak ada yang percuma Alena. Seenggaknya kan kamu nggak tidur di jam pelajaran," ucap Fahmi menegur.

" Tsk, kamu itu kenapa sih. Toh yang tidur di jam pelajaran bukan cuma aku doang," Alena merengutkan bibirnya. "Noh, Anton, Didit, dan biasanya cewek-cewek yang ada di bangku pojok bagian belakang kadang aku lihat mereka juga molor kok kalau pas jam pelajaran,"

" A---ugh... Yaudah lah terserah kamu," ucap Fahmi kesal kala mendengar jawaban Alena.

Lelaki itu bangkit berdiri dari duduknya, hendak keluar kelas. Melihat hal tersebut, tiba-tiba gelenyar aneh menyesakkan hadir di hati Alena. Membuat gadis itu mengepalkan tangannya.

" Jangan pergi," ucap Alena sambil memegang tangan Fahmi.

Beberapa murid yang masih berada di dalam kelas, menyaksikan apa yang terjadi, seolah itu adalah pertunjukkan gratis dan sangat disayangkan untuk dilewatkan kala Alena dan Fahmi untuk pertama kalinya berdebat.

Fahmi yang menyadari tatapan haus penasaran akan teman sekelas Alena pun segera melepas genggaman tangan Alena pada lengannya dan segera menuju keluar kelas tanpa menoleh ke arah Alena.

Sedangkan Alena, gadis itu, duduk terpaku menatap punggung Fahmi sesaat sebelum menatap lantai kelas dengan perasaan campur aduk.

" Hah. Tuh lihat, rasain, sok-sok an sih," ucap seseorang gadis tak jauh dari Alena.

" Tau tuh. Gadis jelek, gak modis gitu kenapa sih Fahmi mau sama dia," jawab gadis disebelahnya.

" Dih, mentang-mentang pacarnya Fahmi. Rasain kan, sekarang tengkar sama Fahmi. Paling bentar lagi mereka putus," sahut yang disebelahnya.

Alena melirik sesaat ke arah gadis yang sedang memperbincangkan dirinya, kemudian tersenyum sambil bangkit berdiri hendak menuju keluar kelas. Mengabaikan ucapan-ucapan menyakitkan dari gadis-gadis itu yang sangat terdengar jelas di telinga Alena.

" Punya hidup kok bisanya ngehina aku mulu, gak cape apa hidupnya," gumam Alena saat Ia melewati beberapa gadis yang membicarakannya tadi.

" Kenapa sih dia, nggak jelas banget deh," ucap Ana,

" Gak tau. Mungkin lagi kesel karena dicuekkin sama Fahmi. Sok-sok an sih...mangkanya kek gitu," balas Pio.

" Haha. Biarin aja lah dia," sahut Indri.

" Eh tapi, kamu lihat nggak sih tadi. Nyeremin banget sumpah," ucap Pio sambil melirik ke arah luar kaca jendela yang menampakkan Alena sedang berjalan.

" Kenapa?" Tanya Ana penasaran.

" Masak kamu nggak lihat sih waktu Alena ngegumam sambil lewat di samping kita," ucap Pio menatap kedua temannya.

" Lihat apa emangnya?" Indri menatap Pio tak mengerti.

" Itu... Si Alena tadi ngegumam sambil senyum. Mata nya juga warna merah," ucap Pio menjelaskan.

" Perasaan kamu aja kali... Mana mungkin cewek cupu kayak dia pakek kontak lensa," sanggah Indri.

" Tau tuh. Ada ada aja nih kamu?" Sahut Ana.

" Ih masak aku salah lihat sih," gumam Pio sambil menatap kearah luar jendela. Namun, betapa terkejutnya dia kala melihat Alena menoleh kearahnya sambil tersenyum.

Senyum yang tak pernah Ia lihat seumur hidupnya.

Senyum yang mampu membuat bulu kuduknya berdiri seketika.

Senyum yang membuat jantung nya kini berpacu begitu cepat.

" Eh kamu kenapa? Kok pucet gitu?" Tanya Indri kala melihat Pio seketika duduk kembali ke tempatnya.

" Itu...Alena senyum ke arah aku... Nyeremin banget astaga senyumnya," jawab Pio membuat baik Indri maupun Ana seketika melihat kearah jendela.

Namun, mereka tak dapat menjumpai siapa-siapa selain beberapa murid kelas yang berlalu lalang di koridor.

Terimakasih

Jangan lupa tinggalkan jejak dan baca karya ku yang lain juga ya

10 Juli 2018

See You Next Chapter


Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now