6.

2.3K 220 15
                                    

H-2
Alena

Alena keluar dari kamar mandi, Ia baru saja mencuci rambutnya untuk yang ketiga kali semenjak kejadian yang di alami padanya hari ini.

Entah, apa yang Vanesha dan kawan-kawannya tambah kan pada air comberan yang di pakai untuk menyiram Alena, karena bukannya menghilang, semakin lama Alena sejak tadi siang gadis itu mencium bau tak sedap. Layaknya anyir darah semakin tajam.

Di tatapnya, rumah seberang, lampu kamar Fahmi masih menyala. Pertanda lelaki itu belum tidur.

" Fahmi," gumam Alena sembari tangannya masih mengeringkan rambut nya dengan handuk.

Kaki gadis tersebut melangkah mendekati balkon kamarnya, matanya masih setiap menelisik kamar Fahmi dari kejauhan. Alena bertanya kira-kira apa yang kini sedang di lakukan pacar nya tersebut.

Berbagai pertanyaan muncul di pikiran Alena, apakah Fahmi saat ini marah pada nya atas kejadian tadi siang?

Kejadian di mana setelah Alena langsung meninggalkan Fahmi begitu saja setelah lelaki tersebut telah mengantar kannya ke rumah. Dan juga, kejadian di mana Fahmi yang tadi sore berkunjung ke rumah Alena untuk mengajaknya ke toko buku, namun, Alena malah pura-pura tidur di kamar nya untuk menghindari pacar nya tersebut.

Jika di pikir-pikir, Alena tidak lah sepenuh nya salah kalau melakukan tindakan tersebut kepada Fahmi.

Wajar saja jika gadis tersebut mempertanyakan cinta Fahmi karena saat Alena di bully habis-habisan seperti itu, lelaki tersebut hanya memandang nya dari kejauhan dan bukannya segera berlari dan menolong Alena.

" Semakin di pikir kan semakin pusing," ucap Alena sembari menengadah ke arah langit, menatap langit malam yang tengah di penuhi oleh gemerlapan bintang di tambah bulan yang bersinar terang dan tak seperti biasa nya.

Tok tok tok.

" Alena," panggil Ibunda Alena dari luar kamar, membuyar kan lamunan gadis tersebut tentang kisah hubungan yang di jalani dengan Fahmi.

" Bentar, Bun" ucap Alena melangkah kan kaki ke arah pintu.

Alena terhenti sejenak saat memegang gagang pintu, jantung nya saat ini berdegup keras, suasana di sekitar nya seolah berubah menjadi dingin.

" Nak?" Tanya Ibunda Aluna yang membuat Alena kembali ke alam sadarnya.

Gadis tersebut mengerjapkan matanya sesaat, mengusap keringat yang sempat mengucur di dahi nya sebelum membukakan pintu.

" Ada apa Bun?" Tanya Alena sembari keluar dari kamarnya.

Degupan jantung Alena semakin keras kala melihat Bunda nya. Entah mengapa udara dingin yang Ia rasakan sebelum membukakan pintu kini malah semakin terasa.

" B--bun?" Tanya Alena gugup, Ia sendiri juga bingung kenapa suara nya saat ini menjadi terbata-bata di hadapan Ibunda nya sendiri.

Tak ada respon atau jawaban sama sekali dari Asyila, Ibunda Alena. Ia menatap Alena dengan pandangan dingin dan tatapan mata tajam.

Alena mengalih kan pandangannya. Gadis itu menunduk menatap lantai rumah nya. Sampai detik ini, pikirannya semakin bertanya-tanya. Kenapa Asyila menatap nya seperti itu? Bahkan bisa di bilang, seumur-umur selama Alena hidup di dunia, dan berbuat kesalahan berulang kali, Asyila tak pernah terlihat seperti ini...marah.

" Ehm---Bun, ada apa? A--apa Alena buat salah?" Tanya Alena gugup, Ia masih tak berani menatap Asyila.

Karena, saat Ia menatap mata Asyila begitu lama, tubuh nya bergetar, bergidik ngeri. Dan apalagi, aura yang Alena rasakan dari Asyila saat ini terasa begitu dingin lagi mencekam.

" Alena, kamu tadi di bully?" Tanya Asyila,

Degh.

" Dari mana Bunda tahu?" Batin Alena bingung, seingatnya, saat Ia pulang tadi, Bunda nya tidak ada rumah.

Alena mencoba memberanikan diri nya, menatap Bunda nya meski sedikit ada rasa takut,

" N--nggak kok Bun," bohong Alena tak ingin membuat Asyila merasa khawatir.

" Kenapa kamu berbohong?" Tanya Asyila yang membuat Alena menelan saliva kasar.

" N--nggak Bun, Alena bicara jujur kok." Kilah Alena.

Asyila menatap Alena sesaat, mendecih sesaat sebelum meninggalkan Alena yang tediam terpaku di tempatnya dengan sejuta pertanyaan di pikirannya saat ini.

" Bunda kenapa? Nggak biasa nya dia seperti itu... Perasaan aneh apa ini... Seakan aku merasa Bunda adalah orang asing sekaligus seseorang yang telah lama kunantikan," batin Alena menatap punggung Asyila.

See You Next Chapter

Add temen kalian tuk ikutan baca Pure Blood.

07 Mei 2018

Kalo gak sibuk, sempatkan vommentsnya ya 😗

#TeamAlFa

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now