5.

2.4K 219 31
                                    

H-2
Kecewa.

Fahmi memasukkan ponselnya kala Vanesha dan lainnya meninggalkan Alena sendiri.

Tangannya memutar kunci kontak, menyalakan mesin motornya lalu melaju pelan menghampiri Alena.

Alena mengalihkan pandangan kearah lain, tak ingin menatap Fahmi yang saat ini menuju kearahnya.

Sesaat Fahmi terdiam sesaat ketika baru saja turun dari sepeda motor yang Ia kendarai,

Hatinya miris menatap keadaan pacarnya saat ini yang tampak berantakan dan baju seragamnya sekarang menjadi sangat kotor.

"Gak usah, aku bisa sendiri," ucap Alena menahan isak tangisnya kala Fahmi mendekat, berniat melepas ikatan tali yang menahan Alena.

Fahmi terdiam, mengabaikan perkataan Alena.

Laki-laki itu tetap mendekat, mengabaikan bau tak sedap yang menusuk indera penciumannya.

"Aku kan udah bilang aku bisa sendiri," ucap Alena menatap Fahmi dalam dari balik kaca matanya saat tangannya kini berhasil terlepas.

"Ayo pulang," ajak Fahmi.

Alena bergeming ditempat.

Tak mengindahkan ucapan Fahmi.

Air mata yang sejak tadi Ia tahan dihadapan Fahmi pun luruh seketika.

"Aku bisa pulang sendiri,"

Fahmi menghembuskan nafas berat kala mendengar ucapan gadisnya itu.

Sesaat Ia menatap sekitar, banyak murid yang ada disekolahan ini diam-diam memotret kondisi Alena.

Bukan.

Bukannya Fahmi Malu.

Hanya saja Ia tak ingin kondisi pacarnya itu menjadi hiburan dan tontonan oleh mereka.

"Ayo pulang Al,"

"Kamu pulang aja sendiri, aku naek angkot aja," balas Alena seraya sesekali mengelap air matanya.

"Kamu kenapa sih Al? Ayo pulang. Kamu dari tadi di foto sama anak-anak laen, jadi bahan tertawaan mereka."

Hati Alena tersayat seketika.

"Kenapa emangnya? Kamu malu pacar kamu kayak aku gini?" Balas Alena terisak-isak. "Kamu malu pacaran sama aku? Iya?"

Fahmi yang mendengar hal itu memandang Alena tak percaya.

"Kamu ngomong apaan sih Al?" Ucapnya dengan nada kesal.

"Itu fakta kan Mi,"

"Udah jangan ngaco deh kamu. Ayo pulang," Fahmi menarik tangan Alena.

Namun, dengan cepat Alena menepis tangan Fahmi.

"Aku nggak ngaco. Tapi kenyataannya emang gitu kan Mi?----"

"Al ud---"

"Fahmi, aku mau tanya sama kamu. Kamu sebenarnya punya rasa nggak sih sama aku?" Tanya Alena yang akhirnya pertanyaan itu telontar juga setelah sekian lama Ia menahannya.

Meski harus diakui, hatinya terasa perih kala pertanyaan tadi lebih tepat sebagai pernyataan untuk Alena.

"Kenapa kamu nanyain hal itu Al? Apa kamu gak percaya sama perasaanku selama ini?"

Alena tertawa miris mendengarnya.

"Lalu aku harus apa Mi? Kamu saja seolah tak menganggap aku sebagai suatu yang penting dikehidupanmu,"

"Udahlah Al, aku gamau kita debat disini, kita bicarain dirumah aja." Balas Fahmi yang sudah tak tahan dengan tatapan sekitarnya kearah Ia dan Alena saat ini.

Seolah mereka berdua detik ini tengah melakukan drama limited edition yang sayang tuk dilewatkan.

Ah, Fahmi tak suka hal ini.

"Ayo naik Al, kita pulang kerumah jangan disini, setelah itu kamu bersih-bersih lalu temenin aku ke toko buku." Ucap Fahmi seraya menaiki sepeda motornya.

Alena menatap Fahmi kecewa.

Pacarnya itu bisa-bisanya berkata seperti itu dan masih berniat ke toko buku dalam kondisi hati Alena seperti ini.

Ingin rasanya Alena berteriak marah dihadapan Fahmi.

Memaki Fahmi yang tak menghargai perasaan sakit hati Alena detik ini.

Namun, apa daya.

Alena terlampau mencintai lelaki itu.

Hingga Ia takut jika Ia melakukan tindakan seperti itu akan membuat Ia kehilangan Fahmi.

Memang benar Alena sangat kecewa dengan Fahmi saat ini, hanya saja, Ia tidak bisa membohongi perasaannya yang entah mengapa hanya ada nama Fahmi disana.

Maka dengan berat hati pun Alena mengambil tasnya yang tergeletak.

Mengenakannya lalu dengan isak tangisnya yang masih tersisa, Ia menuju kearah dimana motor Fahmi berada.

"Gak usah ngejauh duduknya, aku gak mau nanggung resiko kalo kamu terlalu duduk pojokan banget nanti jatuh trus kelindes," tutur Fahmi seraya menyerahkan helm kearah Alena dibelakangnya.

"Aku gak mau bikin kamu ikutan bau,"

"Bau ya tinggal mandi. Udah cepet majuan dikit,"

Alena pun menuruti apa yang dikatakan Fahmi,

"Kamu tuh sebenarnya ada rasa nggak sih ke aku?" Batin Alena menatap punggung Fahmi seraya menghembuskan nafas berat.

See You Next Chapter

Add temen kalian tuk ikutan baca Pure Blood.

Kalo gak sibuk, sempatkan vommentsnya ya 😗

#TeamAlFa

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now