7.

2.4K 230 14
                                    

Budayakan^^

❤ Vote, sebelum baca

Comment, sembari baca dan sesudah baca

Share, setelah baca.

H-1
Mayat?

Alena mengerjapkan matanya, cahaya mata hari yang terik menyentuh permukaan kulit gadis tersebut membuat nya terbangun.

Gadis itu menguap, memandang ke sekeliling, masih belum terjadi reaksi apapun hingga menit ke tiga. " Loh? Kok?" Ucapnya yang baru menyadari keadaan dengan sedikit nada kaget dan tak percaya.

Ia bangkit berdiri dari duduknya, memandang penuh tanya ke arah sekitarnya. Tak percaya, bahwa dirinya saat ini bukan berada di kamar nya, melainkan Alena kini berada di sudut gang kecil di depan rumah kosong yang letaknya cukup jauh dari rumahnya.

" Kok aku bisa di sini?" Tanya masih tak percaya, Alena mencoba mengingat-ingat kenapa Ia bisa sampai terbangun di sana, dan bukan di dalam kamar nya.

Sayang, meski sekeras apapun saat ini Alena berusaha mengingat, namun, tak ada satu pun memori nya mengenai kenapa Ia bisa berada di sudut gang kecil tersebut.

Yang Ia ingat terakhir kali adalah, Alena tadi malam mengerjakan PR di meja belajar nya. Dan setelah itu, Ia tak mengingat hal apapun lagi.

Mungkin kalau Alena berada di kamarnya saat ini, teori dan logika pasti menjelaskan bahwa waktu Alena mengerjakan PR, karena terlalu mengantuk maka gadis itu pun tertidur di meja belajar nya.

Namun kini? Sungguh, sekeras apapun Alena mencoba memikir kan logika yang masuk akal kenapa Ia bisa sampai terbangun di sudut gang kecil seperti ini, Alena tak dapat menemukan jawabannya.

" Arggghhhhh!" Pekik Alena sesaat kemudian saat hendak berjalan kembali ke rumahnya,

Di sana, tak jauh dari nya, sesosok pria tergeletak tak berdaya dengan kondisi mengenaskan dan hampir membuat Alena mau muntah melihatnya.

Bagaimana tidak? Tubuh pria itu berlumuran oleh darah. Daging-daging pria tersebut seolah tersayat oleh pisau tajam. Bahkan ada salah satu sayatan tersebut yang memperlihatkan tulang nya.

" Apa yang sebenarnya terjadi?" Batin Alena syok menatap nya.

Ditatap nya ke arah sekitar, gang kecil di depan rumah kosong ini membuat nya bergidik ngeri.

Alena menggigit ibu jari nya karena gelisah, sesaat lidah nya merasakan sesuatu yang aneh.

" Apa ini!" Teriak Alena kaget kala menemukan bercak noda darah di baju nya.

Gadis tersebut semakin bingung, Alena sungguh tak tahu apa-apa mengenai apa yang sedang terjadi saat ini. Apakah terjadi pembunuhan? Perampokan? Orang psycho yang membunuh dengan kejam? Atau ada orang yang membunuh pria tersebut karena dendam? Ahh, memikirkannya membuat kepala Alena terasa pusing.

Tapi, mungkin, meski dari ada bebeberapa kemungkinan di atas, patut kah Alena bersyukur karena dirinya selamat dan baik-baik saja? Dalam artian dia saat ini hidup dan tidak mati mengenaskan seperti seseorang yang tergeletak tak jauh dari nya?

Ting ...

Alena sedikit terpelanjat saat suara notifikasi pesan whats app nya berbunyi, segera dengan kondisi tangan yang masih terasa sedikit begetar karena takut mengenai kondisi sekeliling nya, Alena membuka kunci layar smartphone nya untuk membaca pesan tersebut.

Aku berangkat duluan. Kata Bunda mu, kamu masih tidur karena semalam begadang mengerjakan tugas. Kalau begitu, cepat berangkat. Jangan sampai telat.

-Fahmi

A

lena mengernyit bingung saat membaca pesan pacarnya. Bagaimana bisa Fahmi mengatakan hal tersebut, sedangkan faktanya, dia---Alena saat ini berada di sini dan bukannya tidur di dalam kamar,

" Fahmi kenapa sih? Mau ninggalin aku ya ninggalin aja. Kok pakek bohong segala sih," gerutu Alena tanpa sadar, Ia sedikit kecewa kenapa Fahmi sampai berbohong seperti itu karena tindakan Alena kemarin. Terlebih lagi, Fahmi menyeret Ibunda nya dalam kebohongannya.

Dengan cepat, Alena memasukkan ponselnya ke dalam saku. Hendak pergi meninggalkan tempat itu secepatnya dan segera berangkat ke sekolah. Menanyakan apa makna Fahmi mengatakan hal tersebut serta ingin bertanya kejelasan perasaan Fahmi, sama seperti kemarin. Ia butuh jawaban secepatnya agar Alena tahu, bahwa cinta nya itu tak bertepuk sebelah tangan dan selama ini perasaannya kepada Fahmi sama terbalaskan.

" Tapi, gimana sama pria ini," gumam Alena bingung saat hendak melewati tubuh pria yang telah mengenaskan tersebut.

Haruskah Alena meninggalkannya begitu saja?

Haruskah Alena berlari meninggalkan pria tersebut tanpa menolong nya?

Tapi, bagaimana cara Alena menolong nya?

Dan apa bila Ia hendak menolong pria tersebut, apakah warga sekitar sini tidak akan berpikiran buruk? Dalam artian berpikir bahwa Alena yang membunuh pria tersebut.

Itu memang pemikiran konyol, namun, tak dapat di pungkiri kemungkinan warga akan memikir bahwa Alena adalah pelakunya bisa saja terjadi.

Alena semakin bingung akan hal tersebut. Di satu sisi Ia ingin berlari karena takut di tuduh macam-macam dan di sisi lain, Ia tak mungkin mengabaikan pria itu begitu saja.

Hingga sebuah suara berat pun akhirnya membuat Alena menoleh,

" Nona, butuh bantuan?" ucap lelaki tersebut.

Mata Alena terbelalak. Menatap pria yang berparas tampan, berhidung mancung bak perosotan, bibir tipis dengan senyuman menghiasi, dan juga pakaian yang seperti kain tebal berbentuk jubah cokelat yang menutup seluruh tubuhnya.

" Dia siapa?" Batin Alena mengernyit bingung, tak pernah melihat orang setampan itu dengan pakaian yang bisa terbilang aneh.

" Jangan memandangi saya seperti itu, saya tahu kalo saya memang sangat tampan. Tapi, jangan jatuh cinta sama saya." ucap nya dengan cengiran dan kerlingan nakal. " Karena kamu bukan tipe saya."

" Apa-apaan pria ini?" Batin Alena sedikit kesal.

" Jadi, nona tidak mau pergi dari sini?" Tanya pria tersebut melangkah mendekati Alena.

Secara spontan, Alena melangkah kan kaki mundur, menatap pria tersebut takut-takut.

" Kenapa takut sama saya? Saya nggak gigit kok," senyum nya lebar.

Sudah tak kuat berhadapan dengan pria gila bertampang mesum yang baru di temuinya, Alena pun segera berlari, bagi sekarang, yang terpenting adalah Alena berlari secepatnya dari sana. Berharap pria gila itu tak mengikutinya. Karena bisa saja, yang membunuh pria hingga mengenaskan tadi adalah pria gila yang bertampang mesum tersebut.

See You Next Chapter

Add temen kalian tuk ikutan baca Pure Blood.

09 Mei 2018

Kalo gak sibuk, sempatkan vommentsnya ya 😗

#TeamAlFa

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now