49👿

1.2K 123 7
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak ya readers. Sebagai bentuk apresiasi sebagai penulis :)). Ngevomment gak akan bikin kuota kalian tiba-tiba mendadak sekarat kok :) . Kan nggak sampai 5 menit.
Iya, aku menerimanya!
👿👿👿

Alaric melirik Alena, gadis itu tampak mendiamkannya sejak tadi. Ia ragu, apakah Alena marah mengetahui fakta bahwa Alaric mencampurkan darahnya ke dalam minuman yang selama ini Ia sediakan untuk Alena atau tidak.

" Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, sampai kan aja. Jangan seperti orang yang baru kenal aja," ucap Alena sambil bangkit berdiri dari duduknya setelah melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam.

" Soal darah milikku yang ku campurkan ke dalam minuman mu itu... aku di perintah oleh Raja Rousseau," ucap Alaric ikut berdiri, mengikuti Alena yang bergerak menuju pintu utama rumah.

" Ahhh... soal itu ya..." balas Alena melirik Alaric sekilas.

" Yah, aku akan memaafkan mu setelah kamu menerima hukuman dari ku," lanjut Alena tak berselang lama kemudian. Tangannya bergerak membuka pintu rumah lalu menarik nafas dalam, menghirup udara malam sambil memerhatikan jalanan kompleks yang begitu sepi.

" Kamu ngelantur apaan sih. Kapan aku minta maaf?" Cibir Alaric.

" Oh, berani macem-macem?" Tanya Alena membalikkan badan ke arah Alaric sepenuhnya, menarik kerah baju lelaki itu cepat dan menyisakan jarak sejengkal antar keduanya.

" A---Alena, lepasin." Ucap Alaric sambil memegang tangan Alena yang mencengkram kerah baju nya.

" Kamu nanti akan mendapat hukuman dariku, mengerti kan?" Tanya Alena dengan seringaian, mata penuh siasatnya menembus ke dalam mata elang Alaric.

" Tsk," decak Alaric.

" Jawab." Ucap Alena semakin melebar kan senyum nya kala melihat ekspresi pasrah Alaric.

" Oke-oke, bisa lepasin?" Jawab Alaric pada akhirnya. " Kusut baju aku nanti, astaga,"

" Gitu dong, the future of king" ucap Alena sambil menjauh kan tangannya dari Alaric.

Alaric yang tadinya menatap baju nya yang kusut karena perbuatan Alena dengan wajah menggerutu tiba-tiba seketika mematung kala mendengar ucapan Alena.

" Maksud kamu apa?" Tanya Alaric meminta Alena menjelaskan apa sebenarnya maksud perkataan Alena barusan.

" Kamu bodoh atau tuli?" Tanya balik Alena kesal sambil melirik Alaric di sampingnya lalu menatap ke arah bulan purnama bewarna merah saat ini.

" Alena, aku serius," ucap Alaric  sambil menhentak bahu Alena, agar gadis itu menghadap sepenuh nya kearah nya.

Alena menghembuskan nafas berat, menurunkan tangan Alaric dari bahu nya. " Yah, baiklah, karena kamu cukup bodoh dan pendengaran kamu sepertinya terganggu. Aku yang baik hati ini akan mengulangi perkataanku sekali lagi dan menjelaskan kepada kamu."

" Jadi, begini, yah mau gimana lagi. Ayah seperti nya keras kepala banget soal perjodohan kita." Ucap Alena menjeda sesaat, dengan sabar Alaric menunggu penjelasan gadis di depannya lebih lanjut meski di hatinya ingin sekali menyentil jidat Alena sejak tadi karena mengatai dirinya.

" Maka... yah bisa dibilang saat ini aku setuju untuk menjadi pasanganmu." Lanjut Alena membuat mata Alaric terbelalak.

" Beneran?" Tanya Alaric tak bisa menutupi rasa senang nya, membuat Alena menaikkan sebelah alis nya.

" Kenapa ekspresi kamu terlihat senang begitu? Oh tunggu... jangan-jangan... kamu suka aku ya?" Tuding Alena membuat Alaric seketika merubah raut wajah nya menjadi datar kembali.

" E---enggak lah. Siapa juga yang suka sama kamu," ucap Alaric mengalihkan pandangannya ke arah yang lain.

" Oh, berarti kamu tetap menolak menjadi pasangan ku?" Tanya Alena kala mengingat ucapan Alaric tempo hari.

Alaric merutuk dalam. Kesal kenapa Alena bisa begitu pintar membolak-balikkan dan bermain kata seperti ini.

" Y--ya nggak juga." Jawab Alaric setelah lama terdiam.

" Kamu menginginkan tahta?" Tanya Alena dengan wajah serius kala melihat raut gugup Alaric yang jarang sekali lelaki itu perlihatkan.

" Tentu tidak!" Jawab Alaric spontan, tak percaya Alena bertanya hal seperti itu.

" Sungguh, kenapa ketika dibutuhkan, kepekaan mu yang biasanya tajam akan situasi yang terjadi malah pergi," sungut Alaric sambil menatap wajah Alena yang seolah mengatakan " Iya-iya, tenang lah"

" Aku tidak menginginkan tahta, Alena." Ucap Alaric tegas.

" Iya-iya," jawab Alena yang terdengar di telinga Alaric seperti mengejek.

" Aku sungguh tidak menginginkan tahta," ucap Alaric mengulangi perkataannya sekali-lagi.

" Iya-iya, astaga. Serius banget deh," ucap Alena terkekeh.

" Yang menginginkan tahta itu bukan aku, tapi---" ucap Alaric menggantung.

Alena memukul pundak Alaric pelan, " Iya-iya aku tahu Al. Astaga, telinga kamu beneran rusak deh kayaknya. Aku nggak sebodoh itu kenapa bisa ada perjodohan."

" Ayah menginginkan penerus tahta nya berasal dari kaum bangsawan yang paling dihormati, yakni keluarga Xavier. Dan juga, keluarga Xavier yang dekat dengan keluarga Rousseau sejak kecil ingin kedua nya memiliki hubungan kuat yang mengikat agar mendapatkan tahta," imbuh Alena sambil tersenyum.

Hati Alaric terasa sakit saat melihat senyum Alena yang tampak dipaksakan, " Alena..." gumamnya merasa tak enak hati.

" Diam lah, jangan buat malam yang indah ini jadi mellowdrama kayak gini," ucap Alena sambil menatap bulan purnama yang bewarna merah, yang berarti kekuatan Vampire ada di puncak nya dan bagi sebagian kaum vampire yang tak bisa mengendalikan dirinya akan menjadi menggila karena rasa haus mereka akan darah manusia yang semakin menjadi saat ini.

" Toh lagian, kalau di pikir-pikir lagi, di jodoh kan dengan kamu tidak buruk juga. Kamu adalah teman ku sejak aku kecil, dan juga selalu membantu ku dalam segala hal. Kamu tinggi dan juga tampan." Imbuh Alena yang tersenyum tulus saat mengingat masa lalu nya dengan Alaric. " Yah, artinya, aku nggak akan malu kalau bawa kamu kemana-mana. Bisa kupamerin juga. Terlebih lagi, aku akan bisa menjadikan mu pembantu pribadiku secara resmi. Benarkan?"

Alaric terdiam, menatap Alena dalam saat gadis itu menoleh sesaat ke arah nya sambil tersenyum. Senyuman yang tampak begitu manis bagi Alaric. Senyuman yang selalu membuat Alaric selalu memikirkan Alena setiap saat. " Terserah apa kata kamu saja," balas nya.

👿👿👿

See You Next Chapter

Sudahkah anda meninggalkan jejak di cerita ini?

15 Agustus 2018

Follow ig ku allifaaa99

Author Sangat menerima kritik dan saran yang membangun :)

Terimakasih


Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now