19

1.7K 117 10
                                    

Memory
🍒🍒🍒

" Gimana sih? Ingat nggak jalannya?" Tanya Alaric saat Alena sejak tadi terus berputar pada jalan yang sama dan tak kunjung sampai pada Taman Kompleks dan sekarang malah terhenti pada jalan buntu.

" Euhm... Maaf kak... seingatku lewat jalan sini..." lirih Alena sambil memasang wajah tak enak hati.

" Yaudah lah, sini kita pulang aja kalo gitu." Ucap Alaric sambil membalikkan tubuhnya.

" Ugh..." lenguh Alena.

" Ada apa?" Tanya Alaric datar tanpa memandang Alena.

" Aku nggak tau kenapa... Tapi, kenapa aku bisa lupa jalan ke Taman kompleks." Ucap Alena lirih sambil mencengkram erat tas kecilnya.

Alaric memandang Alena sesaat. Kemudian kembali memandang ke arah depan lagi. " Its not a big deal. Gak usah terlalu dipikirkan."

" Nggak...nggak bisa..." ucap Alena menggigit bibir bawahnya pelan.

" Di usia ku yang masih muda. Kenapa aku melupakan hal yang seperti ini," ucap Alena sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.

" Apa sih? Tidak usah berlebihan. Itu bukan masalah yang besar." Jawab Alaric menatap Alena dingin.

" Bukan... Bukan seperti itu kak yang ku maksud... Maksudku, nggak tau kenapa... sejak tadi pagi aku merasa  lupa akan beberapa hal... tapi aku nggak tau itu apa..." jelas Alena sambil menggigit jarinya, merasa gelisah dan tak nyaman.

Jauh dalam benak hati Alena, Ia merasa ada hal yang Ia lupakan. Mungkin itu adalah hal kecil, akan tetapi, Alena sangat bingung kenapa Ia bisa melupakan hal seperti itu saat selama ini Ia yakin ingatannya sangqt bagus.

" Hei, bukan kah yang kau katakan terlalu berlebihan. Seolah ini adalah akhir dunia," ucap Alaric memandang Alena.

Mendengar hal tersebut, Alena terdiam sesaat, kemudian memandang Alaric sambil tersenyum tulus, " Kakak benar... Maaf, aku berlebihan... mungkin karena sebelumnya aku nggak pernah begini..." ucap Alena sesaat kemudian.

" Yaudah kak ayo, kita cari lagi Taman kompleks nya," ucap Alena berjalan pelan mendahului Alaric yang terdiam.

" Nggak pulang? Kamu kan nggak tau jalannya. Buang-buang waktu aja kalo  muter-muter terus sampai nanti, hari juga udah mau siang," ucap Alaric menyedekapkan tangannya sambil menaikkan sebelah alisnya.

" Kakak udah capek ya jalan dari tadi?" Tanya Alena sambil menoleh kebelakang.

" Dikit," jawab Alaric berbohong dengan memalingkan matanya kearah sinar matahari yang mulai terik.

' Jalan gini doang bukan apa-apa untukku. Tapi, bukan hal bagus berada di tempat sini saat hari mulai terik seperti sekarang. Karena itu akan menambah rasa laparku,' batin Alaric merasakan hangatnya aliran darah orang-orang yang berada disekitarnya sambil menatap Alena kembali yang sedang tampak terlihat bersedih.

" Kenapa memasang raut wajah seperti itu? Jelek tau nggak." Ucap Alaric membuat Alena yang terbengong sesaat pun sadar kembali.

" Ah...nggak apa-apa kok kak... Ayo pulang ke rumah... Kakak pasti capek karena baru dateng trus aku ajak jalan-jalan. Eh tapi hampir satu jam malah nggak sampai-sampai ke tempat tujuan... Maaf ya kak," ucap Alena menjelaskan.

" Tidak. Ayo ke taman," ucap Alaric melanjutkan langkahnya.

" Tapi..." Alena memandang tatapan dingin Alaric.

" Kalau kamu menginginkan sesuatu, katakan. Orang lain nggak akan paham jika hanya kamu pendam." Ucap Alaric mendecih. " Kamu selalu begitu..."

Alena terkesiap mendengar ucapan Alaric. " Kak Alaric..."

" Kamu pengen ke Taman dan mencoba menghafal kembali jalannya kan? Yasudah ayo cepat," Alaric mendahului Alena. " Kali ini aku yang akan jalan duluan."

" B---baik," ucap Alena tersenyum diam sambil mengikuti langkah Alaric.

" Kupikir kakak sepupu ku jahat karena kata-kata kasar pada Fahmi tadi pagi. Tapi, ternyata dia orang yang punya sisi baik..." batin Alena sambil memandang punggung Alaric.

Alaric menatap Alena sesaat, " Kamu beneran ngerasa ada yang kamu lupakan tapi nggak tau itu tentang apa?"

" Eh?" Alena sedikit terkesiap, " Iya kak."

" Jangan terlalu dipikirkan. Biarkan aja berjalan apa ada nya," ucap Alaric memandang ke depan sambil tersenyum.

" Ternyata proses ingatan Putri Alena mulai berusaha menerobos gadis reinkarnasi ini, dan menyebabkan beberapa ingatan gadis ini mulai mengabur mulai dari hal terkecil. Baguslah..." batin Alaric tersenyum miring.

" Darah segar..." gumam Alaric tak berselang lama kemudian saat hidung nya mencium aroma darah segar. Pertanda seseorang sedang terluka tak jauh dari tempatnya berdiri.

Tubuh Alaric seketika bereaksi. Seolah ingin segera berlari ke tempat live stock yang sedang terluka itu berada. Mata lelaki itu berkilat merah pertanda Ia menginginkan darah segar itu untuk masuk ke dalam tenggorokkannya detik itu juga.

" Kak, ada apa?" Tanya Alena saat melihat Alaric tiba berhenti dan mematung.

" Kamu duduk tunggu di sini dulu, aku akan segera kembali," ucap Alaric dingin tanpa menoleh ke arah Alena.

Setelah mengatakan hal tersebut, Alaric pun berjalan dengan penuh senyuman mendekati seorang anak kecil terjatuh dari sepeda yang berada di seberang jalan.

" Hai dek, butuh bantuan?" Tanya Alaric dengan senyuman sambil menatap darah segar yang terbuka pada lengan anak kecil di depannya.

See You Next Chapter

29 Juni 2018

Baca karya ku yang lainnya ya. Jangan lupa tinggalkan jejak juga

Follow ig ku allifaaa99

Terima kasih

Bonus foto Alena di mulmed.

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now