46👿

1.1K 118 10
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya readers. Sebagai bentuk apresiasi sebagai penulis :)). Ngevomment gak akan bikin kuota kalian tiba-tiba mendadak sekarat kok :) . Kan nggak sampai 5 menit.

Penyelesaian dendam
👿👿👿

Alaric berdiri dari duduknya di lapangan, menatap sekitar, memastikan tak ada satu pun yang melihat nya. Setelah Ia rasa cukup aman, Ia segera mengeluarkan kekuatan penuh nya sebagai seorang Vampir Bangsawan. Warna matanya pun seketika berubah menjadi merah darah dan juga muncul taring yang sangat tajam di sela gigi nya.

Tak ingin, membuang waktu lagi, Alaric pun melesat menuju ke arah Alena dan Jayden saat ini berada. " Ketemu," batinnya saat matanya tak jauh menangkap sosok Alena yang membenturkan Jayden ke arah tembok.

Dalam jarak sedekat ini, Ia dapat merasakan kekuatan Alena yang begitu besar mempengaruhi pergerakannya. Beruntung, Alaric saat ini sudah mengeluarkan seluruh tenaganya sebagai Vampir Bangsawan di titik maksimal. Dan hal tersebut membuat Alaric masih bisa bergerak melangkah kan kaki ke arah Alena berada. Dalam artian, Ia masih bisa bergerak meski dalam kondisi terbatas.

Pandangan mata Alaric tak pernah lepas dari Jayden yang merasa kesakitan kala dalam pengaruh " The Demon Eyes". Kekuatan yang paling diinginkan setiap Vampir karena tanpa melakukan apapun, lawannya akan merasakan kesakitan yang luar biasa saat Ia terkena pengaruh nya yang membuat perlahan demi perlahan energi kehidupan mereka terserap oleh bola mata yang hitam pekat dari " The Demon Eyes".

" Kenapa kamu lama sekali Alena untuk membasmi serangga seperti dia?" Ucap Alaric kala Ia sudah berada tepat di belakang Alena.

Alena menggeram kala mendengar suara Alaric, namun, pandangannya tak pernah lepas dari lelaki di hadapannya---Jayden yang sedang merintih kesakitan. Karena saat melihat hal tersebut, seolah harga untuk rasa dendam Alena selama ini terbayarkan.

" Kau... kenapa kau ada di sini, hah? Aku tak ingin melihat wajah mu saat ini," ucap Jayden sambil berusaha mengumpulkan kekuatan dan sisa tenaga nya untuk berdiri tegak dengan mata yang menatap tak suka pada Alaric.

" Menurutmu?" Ucap Alaric tersenyum menyeringai.

" Sialan kau," geram Jayden hendak bergerak mendekati Alaric.

Namun sayang, Alena menahannya, memegang bahu Jayden dengan kencang. " Siapa yang mengijinkan kamu untuk bergerak?" Tanya Alena dengan pandangan tajam, sekaligus dengan nada penuh ancaman. Sekali lagi, sekalii lagi setetes air mata darah menetes dari pelupuk mata Alena.

Alaric menghembuskan nafas pelan, " Alena," panggil Alaric sambil memegang pundak Alena pelan.

" Diam," jawab Alena menggeram.

Alaric berdecak pelan, pandangan matanya menatap Alena yang ada di depannya yang sedang membelakangi Alaric. Dengan rasa sakit, Alaric segera menutup mata Alena pelan dari belakang dengan tangan kananannya, dan tangan kiri nya memeluk gadis tersebut.

" Alaric, apa yang kau lakukan." Tanya Alena dengan tangannya yang masih mencengkram erat bahu Jayden.

" Alena, hentikan. Biar aku yang lanjutkan. Jangan sakiti dirimu lebih jauh lagi," ucap Alaric menahan rasa sakit yang Ia rasakan saat harus menyentuh Alena. Rasa sakit yang berasal dari dendam Alena selama ini terhadap Jayden atas kematiannya.

Alaric juga tak tahu mengapa kenapa Ia bisa merasakan rasa sakit yang Alena rasakan saat ini. Akan tetapi, satu kemungkinan yang terlintas di pikiran Alaric alasan dari hal ini adalah dalam masa penyembuhan Alena, Alena meminum darah yang sudah Ia campur dengan beberapa tetes darah milik Alaric sesuai perintah Raja Rousseau, yang dimana itu dilakukan agar ikatan batin Alena dan Alaric dapat terhubung melalui pertukaran darah dari salah satu pihak.

" Jangan karena sampah ini, kamu sampai harus memaksakan kondisimu yang baru saja bangkit dengan sempurna." Ucap Alaric semakin mengeratkan pelukannya dan saat Alena berusaha memberontak.

" Aku untuk mengakiri ini semua untuk mu. Kamu tak perlu sampai mengotori tangan untuk sampah seperti dia. Ini perintah. Sama sepertimu. Ada kala nya aku tak suka di bantah" Tanya Alaric sambil menatap tajam Jayden yang mendesis ke arah Alaric yang sedang memeluk Alena.

Darah bewarna merah kehitaman keluar dari bibir Alaric, tenaga nya juga cukup terkuras saat mendekat ke arah Alena. Apalagi saat harus mendekap Alena yang saat ini berada dalam kondisi " The Demon Eyes" nya aktif.

Alena yang merasakan ada darah yang menetes di bahu nya pun terkesiap kaget. Ia tahu apa yang sedang terjadi kepada Alaric saat ini. " Balas kan rasa sakit hatiku," ucap Alena setelah lama terdiam karena bergulat dengan batinnya yang masih tak rela Jayden tak dihabisi dengan tangannya sendiri.

" Alena..." gumam Jayden saat mendengar ucapan Alena, memandang gadis itu tak percaya.

Berbanding terbalik dengan Alaric yang langsung tersenyum tipis kala mendengar keputusan Alena. " Tentu," jawab nya singkat sembari melepaskan tangannya yang tadi nya menutup mata Alena sekaligus di saat  yang bersamaan tangan yang lain mendekap gadis itu agar tenang dan tak memberontak.

Setelah Alaric melepaskan Alena, Alena pun langsung menatap ke arah Alaric dengan warna bola mata hitam pekat nya yang perlahan berubah menjadi putih layaknya sedia kala.

" Jangan memandang ku seperti itu, aku tak apa-apa," ucap Alaric sambil mengusap darah yang ada di sudut bibirnya.

" Apa yang kamu katakan. Aku tak mengkhawatirkan mu sama sekali kok," ucap Alena mendengus sambil mengalihkan pandangannya ke arah Jayden yang kini bisa perlahan bisa berdiri dengan sempurna meski Ia tampak terlihat sangat kelelahan.

Setelah mengatakan hal tersebut, Alena pun berbalik badan, hendak meninggalkan Alaric dan Jayden begitu saja.

" Mau kemana? Bukannya kamu suka melihat aku kesakitan ya untuk membalas rasa dendammu?" Ucap Jayden tiba-tiba membuat langkah kaki Alena terhenti. " Kalau itu memang apa yang kamu inginkan dan bisa buat kamu senang. Berhenti dan lihat aku mati saat ini juga. Tak perlu Alaric yang menghabisiku, aku bis menghabisi diriku sendiri."

" Ngomong hal bodoh apa sih?" Ucap Alena sambil melirik tajam ke arah Jayden.

" Apa pun yang kamu lakukan tak akan pernah sebenarnya menghapus dendam ku sampai kapan pun." Imbuh Alena membuat hati Jayden bagai tersambar petir saat melihat tatapan mata Alena nampak begitu kosong.

Alena pun menatap ke arah Alaric. " Aku tahu apa yang kamu masukkan ke dalam minumanku... dasar bodoh." ucap Alena penuh penegasan. Dan tepat setelah mengatakan hal tersebut, Alena segera pergi dari hadapan Alaric dengan melesat cepat.

See You Next Chapter

Sudahkah anda meninggalkan jejak di cerita ini?

12 Agustus 2018

Follow ig ku allifaaa99

Author Sangat menerima kritik dan saran yang membangun :)

Terimakasih


Pure Blood (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang