25👿

1.3K 107 30
                                    

Perpustakaan
📚📚📚

Alena melangkah kan kaki nya menuju ke arah perpustakaan. Tempat yang memiliki kemungkinan terbesar pacarnya itu berada saat ini, Fahmi.

Namun, di tengah perjalanan menuju perpustakaan. Langkah Alena terhenti kala tak jauh darinya terdapat banyak murid yang menggerombol di kelas 12IPS1. Membuat jalan koridor yang menuju ke arah perpustakaan tak bisa di lewati dan menimbulkan decakan halus dari bibir ranum Alena.

" Alena ya?" Teriak seseorang sambil keluar dari kelas 12IPS1, membuat Alena yang hendak mengambil jalan memutar menuju perpustakaan pun terhenti.

Matanya menatap laki-laki berambut messy warna coklat dengan matanya yang bewarna azzura sedang membelah gerombolan murid dan berjalan menuju ke arah Alena dengan senyuman lebar hingga menampakkan lesung pipi di kedua sisinya.

" Siapa ya?" Tanya Alena memandang laki-laki di depannya dengan pandangan datar.

" Eh masak lupa sih," ucap laki-laki tersebut sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. " Kita kan pernah ketemu di gang kecil tempo hari. Ingat?"

Mendengar hal tersebut Alena pun terdiam. Memandang laki-laki di depannya dengan alis yang terangkat sebelah, " Kapan? Perasaan aku nggak pernah ketemu sama kamu deh."

" Kejam banget sih sayang. Cepet banget lupain aku," balas laki-laki tersebut sambil tangannya terulur hendak mengelus pipi Alena. Membuat beberapa siswi yang bergerombol tadi menjerit histeris kala memperhatikan.

" Maaf ya, jangan mengada-ada. Tapi aku emang nggak pernah ketemu atau ngelihat kamu sebelumnya," ucap Alena tajam sambil memegang pergelangan tangan laki-laki tersebut sebelum berhasil menyentuh pipi Alena.

Sekilas mata Alena menangkap beberapa gerombolan murid yang sejak tadi ribut di depan kelas 12IPS1 memandang ke arah laki-laki di depannya ini. " Oh rame gara-gara murid baru ternyata," batinnya menyimpulkan sambil kembali menatap laki-laki di depannya ini.

" Ugh... Dingin banget ya hati kamu," ucap laki-laki tersebut saat Alena melepaskan tangannya secara kasar. " Kayak orang yang sekarat aja haha,"

Alena terdiam. Menatap tak peduli akan cibiran tak jelas laki-laki di depannya ini. Pikirannya saat ini cuma satu. Menghampiri Fahmi dan terlepas dari tatapan gerombolan beberapa murid gegara tingkah tak jelas laki-laki asing di depannya ini.

" Jayden... Nama ku Jayden Lionel sayang. Gak boleh di lupakan dong. Masak nama ku yang penting ini dilupakan gitu aja," ucap Jayden tersenyum sambil mengacak rambut Alena cepat.

" Jayden..." gumam Alena tanpa sadar.

Tiba-tiba, tak berselang lama kemudian kepala Alena terasa pusing yang teramat sangat seketika. Membuat gadis itu mengerang kesakitan.

" Hei... Kamu nggak kenapa-kenapa kan... sayang?" Ucap Jayden segera memegangi tubuh Alena yang hampir terjatuh. " Aku khawatir loh,"

Alena segera melepas dengan kasar genggaman Jayden yang menahan tubuhnya agar tak terjatuh kala rasa sakit kepalanya dalam sekejap sudah tak terasa. " Lepas, apaan sih, nggak punya sopan santun ya?"

" Aelah. Aku punya sopan santun kok. Mangkanya aku nolongin kamu yang mau jatuh tadi Sayang," jawab Jayden sambil mengegakkan tubuhnya.

Alena mendesis menatap laki-laki yang sepertinya kurang waras ini sok akrab dengannya. Ia pun segera membelah kerumunan murid dan menuju ke arah perpustakaan tanpa menghiraukan cibiran murid-murid yang terdengar jelas oleh telinganya.

Cibiran atas sikapnya yang barusan tadi pada Jayden. Cibiran yang menganggap Alena sok kecantikan serta rasa pusing nya tadi hanya lah modus saja agar ditangkap oleh anak baru yang memiliki wajah tampan, Jayden.

" Dasar, mulut-mulut sampah," batin Alena menggeram kesal hingga tanpa sadar gigi Alena bergemeletuk.

Tangannya mengepal menahan amarah yang ingin meluap. Gadis itu berlari segera menuju perpustakaan dengan langkah kaki cepat. Bukan. Kali ini tujuan ke tempat itu bukan untuk menghampiri Fahmi lagi. Melainkan. Perpustkaan adalah tempat yang paling sepi dan jarang dikunjungi di SMA Felix.

Ia---Aluna, rasanya ingin menangis detik itu juga. Melampiaskan rasa sakitnya yang tak orang lain tak tampak dengan pandangan mata.

" Sepi," batin Alena saat membuka pintu perpustakaan.

Dengan nafas tersenggal, Alena langsung melangkahkan kakinya melintasi beberapa rak buku yang berjejer tinggi dan menuju ke tempat pojokan yang tampak sepi.

Alena menjatuhkan tubuhnya ke lantai seketika. Memeluk lututnya erat. Menangis melampiaskan perasaannya yang campur aduk. Sedih. Marah. Benci. Dan juga Dendam ingin menutup mulut-mulut sampah yang terus mengomentari dirinya.

Tanpa sadar, setetes darah keluar dari mata Alena yang sejak tadi menangis. Rasanya menyakitkan, batin Alena masih menundukkan wajahnya sambil memeluk lututnya. Seolah lagu yang paling sendu pun kalah menyakitkan dibanding suara tangisan sakit hatinya Alena.

Brukkkkk

Tangisan Alena terhenti seketika kala mendengar buku jatuh tak jauh, perlahan-lahan gadis itu mengangkat wajahnya, melihat siapa orang yang berdiri tak jauh darinya. Senyum Alena lebar seketika kala menatap Pio yang buru-buru mengembalikan buku yang sempat Ia jatuh kan.

" Hai, kenapa ada di sini? Tumben." sapa Alena dengan nada dingin nan menyeramkan.

Pio yang mendengar ucapan Alena pun jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Keringat dingin menetes di dahinya kala Alena berdiri dan hendak mendekat.

Kaki Pio terlampau lemas, hingga membuatnya terdiam membeku ditempat. " A...Alena," ucap Pio gemetar saat Alena semakin mendekat.

" Kamu...ngikutin aku ya..." ucap Alena dengan senyuman lebar, hingga taring yang entah sejak kapan muncul pun nampak terlihat jelas di mata Pio.

See You Next Chapter

11 Juli 2018

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya

Baca karya ku yang lain juga ya.

#TeamPureBlood


Pure Blood (COMPLETE)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant