3.

2.7K 221 47
                                    

H-2
Pesan

Alena mengerjapkan matanya saat suara notifikasi ponsel berbunyi.

Segera gadis itu mengusap matanya sesaat, mencoba menghilangkan kantuk yang masih terasa akibat begadang membaca setumpuk buku yang diberikan oleh Fahmi.

Setelah merasa rasa kantuknya sedikit hilang, Alena pun menyenderkan tubuhnya kepembatas kasur.

Tangan gadis itu meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja nakas yang tak jauh darinya.

Tampak nama Fahmi tertera dilayar.

Lelaki itu, mengirimi sebuah pesan kepada dirinya.

Kalau kalian berfikir Fahmi yang notabene nya mengirim pesan kepada Alena seperti,

'Selamat pagi sayang,'

'Buruan bangun, nanti telat,'

'Gimana tidur semalam?'

Atau

'Nyenyak nggak tidurnya?'

Bahkan

'Good morning kesayangan,'

Jika kalian membayangkan beberapa kalimat diatas, sayangnya bukan itulah yang terjadi.

Khayalan kalian terlalu tinggi kalau kata Alena.

Karena faktanya adalah pacarnya itu, Fahmi tidak suka pesan berbasa-basi seperti itu.

Dia bukanlah orang yang suka menggunakan gadget.

Bahkan mengetik pesan pun malas.

Ia hanya mengirim pesan untuk hal yang penting-penting.

Seperti saat ini contohnya,

Plng sklh. Toko buku. Jgn lupa ijin sma Bndamu
Fahmi Alkatiri

Alena menghembuskan nafas malas, padahal rencananya setelah pulang sekolah Ia ingin membaca novel yang sempat Ia beli bulan lalu yang belum sempat Alena baca.

Ralat.

Hampir dua bulan yang lalu.

Bahkan meski dua bulan telah berlalu, kenyataannya buku novel itu masih terbungkus indah dengan plastiknya.

Bagaimana tidak? Waktu Alena hanya berputar pada belajar, toko buku, ruang perpus, dan hal-hal penting lainnya.

Itu semua karena Fahmi yang selalu mendikte Alena untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan tidak mempergunakan untuk hal-hal yang tidak perlu.

Ah, Alena kadang merasa sebal dengan Fahmi yang menjadwal apa-apa kegiatan yang harus Alena kerjakan dengan yang tidak boleh Ia kerjakan.

Ia tau benar bahwa pacarnya itu menginginkan yang terbaik bagi dirinya sehingga Fahmi bersikap seperti itu.

Hanya saja, oh sungguh, Alena mendambakan sehari kebebasan saja dari buku-buku.

Bagaimana pun, Alena juga ingin merasa relax meski hanya sebentar meski itu bukan sehari melainkan satu jam.

Akan tetapi, nasib berkata lain.

Alena merasakan ketenangan tanpa memikirkan ini itu, memikirkan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya saja tak bisa meski dalam angannya.

Kalau kalian memberi saran harusnya Alena mengatakan kepada Fahmi bahwa Ia ingin refreshing sesaat dan melupakan sejenak lembaran pelajaran,

Maka kalian terlambat.

Karena hal itu sudah Alena lakukan jauh-jauh hari sebelum kalian mengenal Alena.

Alena sudah sempat mengatakan uneg-unegnya kepada Fahmi dengan cara yang halus terlebih mencoba memberi pengertian kepada pacarnya itu.

Akan tetapi yang terjadi adalah Fahmi nggondok selama tiga hari berturut-turut.

Lelaki itu kesal kepada Alena.

Karena bagi Fahmi, Ia hanya menginginkan pacarnya itu menndapat yang terbaik, masa depan Alena cerah, dan juga dihargai di mata masyarakat sekitar karena intelektualnya.

'Lalu apakah itu salah?' Batin Fahmi kala itu.

Dan karena Alena tak tahan bermarahan lama-lama dengan Fahmi, maka gadis itu mencoba meminta maaf terlebih dahulu dan berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama.

Lama Alena terdiam dalam fikirannya tentang sikap Fahmi, gadis itu tak berselang lama kemudian terhenyak.

Dan secepatnya membalas pesan Fahmi.

To : Fahmi Alkatiri
Iya, siap. Nanti aku ijin ke Bunda.

Setelah percakapan lewat pesan singkat itu, tak ada lagi balasan dari Fahmi.

Alena pun meletakkan kembali ponselnya diatas nakas, bangkit berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke dekat jendela.

Tangannya menyibakkan gordennya, tampak matahari belum muncul sepenuhnya.

"Itu kan," gumam Alena pelan kala melihat orang berjaket hitam nan mengenakan masker hitam melihat kearahnya.

Sekilas memandang wajah Alena sebelum berjalan pergi seraya menundukkan wajahnya.

"Kok kayak pernah lihat ya aku, tapi dimana," gumam Alena seraya mengetukkan jarinya kearah kaca jendela.

Namun saat Ia berbalik sesaat, orang yang memakai jaket hitam itu sudah lenyap entah kemana.

Secepat mungkin Alena membuka pintu balkonnya, berjalan hingga kearah pembatas balkon demi bisa melihat orang itu.

Entah kenapa, Alena tak pernah merasa se-penasaran ini terhadap orang lain.

Mungkin karena dari tatapan mata orang berjaket itu tak nampak asing bagi Alena. Bahkan familiar.

"Kok udah ilang sih," gumam Alena penasaran

Karena meskipun Alena telah memicingkan matanya hingga keujung kompleks, Ia tak dapat melihat satupun orang saat ini.

Maklum saja, ini masih terlampau pagi.

🌱🌱🌱

Masih H-2

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now