28👿

1.3K 105 14
                                    

Ruang keluarga
👿👿👿

Farah menatap Fahmi yang sibuk mengerjakan latihan-latihan soal. Decakan halus terdengar dari gadis itu kala ponsel Fahmi berdering untuk yang ketiga kalinya namun adiknya itu tak ada reaksi sama sekali.

" Hoi," panggil Farah.

Fahmi terdiam. Tak menanggapi panggilan kakaknya tersebut, hingga sebuah majalah dengan bebas memukul kepalanya. Membuat Ia merengut kesal melihat Farah.

" Apaan sih kak," ucap Fahmi sambil mengusap kepalanya pelan.

" Ponsel kamu noh. Bunyi." Farah menunjuk ponsel Fahmi dengan dagunya.

" Terus kenapa?" Tanya Fahmi datar.

" Ya angkat lah astaga," geram Farah.

" Males. Nggak penting," balas Fahmi melanjutkan fokus nya pada buku yang menyajikan setumpuk latihan soal di hadapannya.

" Nggak penting?" Ulang Farah sambil memandang Fahmi dengan sebelah alis yang terangkat.

" Hmm," dehem Fahmi sebagai jawaban.

" Emang dari siapa sih? Kalo nggak penting nggak mungkin lah dia sampai nelfon kamu mulu dek," Tanya Farah heran sambil memandang ponsel Fahmi yang sudah dalam keadaan layarnya yang mati. Membuat Ia tak bisa membaca nama dari sang penelepon.

" Alena." Jawab Fahmi datar.

" Alena?" Farah memastikan pendengarannya lagi sambil membenahkan posisi duduknya di sofa sambil memandang lekat adiknya yang sedang duduk di lantai.

" Ya," jawab lelaki itu dengan cuek.

" Serius Alena pacarmu itu. Tetangga depan rumah itu kan," tanya gadis yang sedang memakai lengan panjang di padu padankan dengan celana jeans pendek dengan nada antusias.

" Iya, astaga. Udah jangan nanya lagi ah. Fahmi sibuk nih," kesal Fahmi sambil menggoreskan jawaban pada buku tulisnya.

Farah tak mengindahkan ucapan adiknya tersebut, Ia kini malah semakin gencar ingin mengajukan serentetan pertanyaan pada adiknya tersebut. " Tumben Alena nelpon trus nggak kamu angkat. Ada apa nih? Hayo. Cerita dong ke kakak,"

Fahmi yang mendengar ucapan kakaknya yang heboh itu cuma terdiam. Serentetan cara pengerjaan soal di hadapannya ini jauh lebih menarik daripada pembahasan undaedah kakak nya tersebut, pikirnya.

" Hoi, nggak sopan ya kamu. Kakak ngomong malah di cuekin," ucap Farah sambil melayangkan bantal di sofa ke arah wajah Fahmi.

" Kakak tuh yang nggak sopan. Adik nya lagi belajar malah di ganggu," kesal Fahmi sambil mengambil bukunya yang jatuh dari meja karena bantal yang kakaknya lempar.

" Yaudah sih. Yang ngeganggu kamu duluan tau. Belajar tuh di kamar. Bukan di ruang sini. Mana suara hapemu buat kakak nggak konsen dengerin tv. Eh di suruh cerita tentang Alena malah kek gitu," sungut Farah.

Fahmi menatap kakaknya datar, tak berselang lama kemudian menghembuskan nafas berat, " Sabar, sabar," batinnya.

" Yaudah deh, iya Fahmi salah," jawab Fahmi.

" Nah kakak mau nanya apa?" Imbuh lelaki tersebut dengan wajah masam.

" Alena. Tumben kamu nggak angkat telepon Alena. Biasanya juga nggak gitu," ucap Farah sambil turun dari sofa dan mengambil duduk di samping Fahmi.

" Males aja. Nggak penting soalnya," jawab Fahmi cuek.

" Kok nggak penting sih. Alena loh ini. Alena. Biasanya kan kalo dia nelpon kamu kan itu hal yang emergency." Balas Farah bingung.

" Maka dari itu Fahmi bilang nggak penting. Soalnya dia nelpon karena bukan urusan emergency dan lain sebagainya. Tapi dia nelpon karena Fahmi nggak bales chat dia dari sore," jelas Fahmi sambil mengacak rambutnya.

" Loh kenapa nggak kamu bales sih," kesal Farah sebagai pendukung hubungan Alena dan Fahmi.

Ya, Farah bisa dikatakan shippers Alena dan Fahmi. Atau singkatnya, orang yang pertama kali loncat kesenangan saat Alena dan Fahmi dulu berpacaran adalah dia, Farah. Karena di mata Farah, Alena dan Fahmi itu cocok. Semacam cerita drama yang sering Ia tonton, euhm, sahabat jadi pacar. Begitu pikir Farah.

" Soalnya pertanyaannya gak penting sih. Buat apa coba dia ngetext 'Fahmi udah makan apa belum'. Kalau nggak gitu 'Fahmi kok nggak dibales pesan dariku' gitu," ucap Fahmi yang membuat Farah yang mendengar nya seketika speechless.

" Sumpah ya, kamu tuh," greget Farah setelah lama terdiam sambil memukul Fahmi dengan bantal.

" Duhhh," geram Fahmi menghentikan pukulan Farah. " Apaan sih kak, mukul mulu dari tadi,"

" Kamu tuh...ugh...kalau dia ngetext kamu kek gitu itu namanya penting dong dek. Artinya hubungan kamu dan dia ada kemajuan dikit," ucap Farah sambil memandang Fahmi tak habis pikir.

" Nih ya, artinya Alena tuh mulai ambil langkah dari hubungan kalian. Kamu nya kelamaan nggak peka dan kadang selalu cuek, mungkik dia nya ngambil langkah inisiatif terlebih dahulu agar hubungan kalian maju." Imbuh Farah menjelaskan dengan mata berbinar.

" Maju?" Tanya Fahmi.

" Iyalah maju. Nih ya, mana ada sih orang pacaran itu kalo sms atau nelpon itu nanyain soal pelajaran doang? Itu pun sehari paling banyak paling lima kali pesannya,hmm?"

"Ada kok," ucap Fahmi memandang Farah datar.

" Iya ada, cuma kamu dan Alena doang tapi. Kalau orang lain mah, ada pun nggak separah hubungan kamu dan Alena." Cibir Farah. " Hubungan kamu dan Alena kalo ada orang yang tau dengan deskripsi mah pasti dikiranya pacarannya mah terpaksa. Atau malah yang lebih parah kamu dan Alena dikira sebatas teman yang nggak deket-deket banget."

Fahmi terdiam, menatap datar Farah. Membuat kakaknya tersebut bertanya dengan raut ekspresinya kenapa Fahmi menatapnya seperti itu.

" Nggak, cuma Kakak bawel banget ya ternyata hari ini," ucap Fahmi datar

" Dasar, daripada kamu. Ngomong aja irit kadang, berasa tiap kata perlu bayar," cibir Farah.

Fahmi memutar bola mata malas mendengar cibiran kakaknya, tak berselang lama kemudian Ia terdiam memikirkan kata-kata kakaknya soal Alena. Nyatanya, meski Fahmi tampak tak peduli atau tak memperhatikan sama sekali penuturan Farah sejak tadi, lelaki itu menyimak dan memikirkan baik-baik penjelasan tentang perubahan sikap Alena.

" Apa benar sikap Alena tampak berubah karena hal itu?" Batin Fahmi sambil melirik kakaknya Farah yang terus berbicara tanpa henti disampingnya, menuturi sikap Fahmi yang terlalu kaku dan lain sebagainya.

17 Juli 2018

See You Next Chapter

Follow ig ku juga ya allifaaa99

#KalianTeammana?

Janganlupa tinggalkan jejak ya.

Terimakasih

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now