40👿

1.1K 110 15
                                    

UKS, kau, aku, dan dia

Fahmi menatap Alena yang terbujur tak sadarkan diri di depannya. Keringat dingin ditambah wajah Alena yang semakin pucat saja dari waktu ke waktu membuat perasaan Fahmi menjadi tidak tenang.

" Duh...Mesti gimana ini, kemana sih petugas UKS nya," gumam Fahmi sambil menyentuhkan telapak tangannya ke dahi Alena yang terasa dingin.

Tak berselang lama kemudian, Fahmi melirik jam kecil yang ada di dinding UKS yang menampakkan pukul 09.45. Yang artinya sudah lima belas menit berlalu sejak lonceng pelajaran setelah jam istirahat di mulai.

Lelaki itu nampak gelisah, Ia bingung apakah Ia harus ke kelas sekarang juga karena kuis akan segera dimulai dan meminta ijin agar Alena bisa mengikuti kuis susulan.

Atau di sisi lain untuk pertama kalinya Fahmi membolos kuis karena Ia harus menetap di UKS sementara, menemani Alena hingga gadis itu sadar dan baik-baik saja dan tak terjadi hal yang buruk pada pacarnya itu.

Arghhh. Memikirkannya saja membuat Fahmi semakin bingung harus memilih pilihan yang mana. Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara lenguhan Alena, sontak Ia pun langsung menoleh ke arah gadis tersebut.

" Ugh..." Lenguh Alena di sambil mengerjapkan matanya.

" Al, kamu sudah sadar?" Ucap Fahmi sembari menarik kursi mendekat ke arah ranjang UKS.

" Haus...minum..." gumam Alena pelan sambil membuka matanya perlahan demi perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk.

" Ini minumnya Al, aku tadi sempet buatin kamu teh anget, mungkin sekarang udah agak dinginan tapi," jelas Fahmi sambil memegang gelas kaca yang berisikan teh lemon buatannya.

" Bisa duduk sendiri atau mau kubantu?" Tanya Fahmi kala Ia tak melihat sedikit pergerakan pun dari Alena.

" Aku nggak suka minum minuman itu," jawab Alena tanpa menoleh, matanya menatap ke arah langit-langit ruang UKS.

Fahmi mengerutkan keningnya," Kenapa? Aku sudah susah buatinnya loh."

Alena terdiam. Tak menjawab ucapan Fahmi sama sekali. Hal tersebut sontak membuat Fahmi tentu saja merasa kesal dan langsung menaruh kembali gelas yang Ia pegang ke atas nakas meja dengan kasar hingga terdengar bunyi yang cukup keras.

" Kamu itu kenapa sih Al, nggak ngehargain aku banget. Aku dari sini nungguin kamu loh. Nunggu kamu sadar. Bikinin teh biar badan kamu enakan dan ada tenaganya. Tapi sikap kamu kayak gini. Bukannya tadi kamu bilang haus ya," kesal Fahmi memandang wajah Alena dengan rasa tak habis pikir.

Alena yang mendengar hal tersebut pun tertawa pelan , atau mungkin lebih tepatnya tersenyum menyeringai.

" Fahmi...kamu kasar ya orangnya. Nggak nyangka deh," ucapnya Alena.

" Kalo sama pacar tuh yang baik dong. Tau nggak, sifatmu yang kek gini. Yang cuek kek gini. Yang kek gak peduli kayak gini tuh yang bikin aku dengan mudahnya---" ucap Alena terhenti kala Ia mencium aroma Alaric mendekat.

" Alena, kamu baik-baik saja," ucap Alaric tiba-tiba membuka pintu UKS kencang, membuat Fahmi tersentak kaget.

" Kenapa dia bisa disini?" Batin Fahmi sambil berdiri menatap langkah Alaric yang mendekat.

Alaric yang merasakan tatapan intens dari Fahmi pun menghentikan langkahnya sesaat, lalu menatap Fahmi dingin, " Apa? Kalau ada yang mau dikatakan, katakan saja." Ucapnya.

" Sebelumnya, maaf, tapi bukannya kamu nggak sekolah di sini. Atau dengan kata lain bukan merupakan murid di sini ya," Fahmi mengamati pakaian kasual milik Alaric yang di kenakannya.

" Ada masalah?" Jawab Alaric menaikkan sebelah alis matanya.

Fahmi terdiam. Mengalihkan pandangannya sambil membenahkan kaca mata miliknya yang sedikit merosot. Ugh, entah kenapa selalu saja Fahmi merasa kesal akan apa saja yang Alaric lontarkan.

" Kenapa diem? Kalau nggak ada yang mau dikatakan lagi, lebih baik keluar saja." Ucap Alaric memandang sekilas Fahmi sebelum melangkahkan kakinya menuju Alena yang sejak tadi tersenyum menyeringai dan terus menatap apa yang Ia bawa di dalam botol khusus milik Alaric.

" Aku haus nih, pembantu bawa minumannya kan," ucap Alena membuat Alaric terdiam sesaat.

" Kenapa? Aku haus loh Al. Sini minumannya ih, aku tau kamu bawa minuman enak di botol kamu. " lanjut Alena membuat segurat senyum Alaric tergurat tipis.

" Eh kenapa senyum-senyum gitu sih? Lagi sehat kan? Sehat dong kan ya," ucap Alena membuat Alaric menggelengkan kepalanya pelan.

Lelaki itu tersenyum tipis, merasa senang dapat berhadapan dengan Alena Antonio Rousseau. Dengan segera, Ia mengambil gelas teh yang ada di atas nakas, keluar sebentar dari ruang UKS untuk membuang isinya dan mengganti dengan minuman yang ada di botol yang sengaja khusus Ia bawa untuk Alena.

" Hei," ucap Fahmi melongo kala tak ada raut minta maaf ataupun penyesalan atas tindakan Alaric yang membuang teh yang Ia buat untuk Alena tadi.

" Bukan kah sudah kubilang kamu keluar saja dari sini tadi, kanapa masih di sini sih," ucap Alaric kala Fahmi menyentuh lengannya.

" Sudah lah Al, cepat sini minumnya. Aku haus," ucap Alena membuat Alaric segera menyerahkan gelas yang sudah Ia isi dengan cairan kental bewarna merah, darah.

" Hei tunggu, berikan itu padaku" ucap Fahmi kala melihat minuman yang diberikan kepada Alena.

" Apa sih," kesal Alaric memandang Fahmi dingin.

" Kamu mau memberikan apa ke Alena. Minuman apa itu?" Ucap Fahmi memandang Alaric penuh curiga.

" Kenapa ingin tahu sekali." Ucap Alaric berbalik badan, menghadap ke arah Fahmi sepenuhnya.

" Kamu tahu nggak, Alena itu lagi sakit. Dia baru saja pingsan habis bertengkar dengan Jayden. Dan kamu malah memberi minuman tak jelas itu kepada nya," ucap Fahmi sambil menunjuk Alena yang kini tengah meneguk darah pemberian Alaric.

" Hei. Kenapa kamu minum sih Al?" Tanya Fahmi kaget karena lengah, tak sadar Alena sudah meminum minuman tersebut tanpa sepengetahuannya.

" Kenapa? Enak kok rasanya," jawab Alena sambil menjilat sisa darah yang ada di sudut bibirnya."

" Apa?" Fahmi memandang Alena kaget.

See You Next Chapter

03 Agustus 2018

Jangan lupa tinggalkan jejak

Terimakasih

Nb : Maaf ya kalau ceritanya makin absurd dan gak jelas. Tapi, keseluruhan cerita ini beneran imajinasiku. Jadi, ya coba bayangin aja sebisa kalian. Coba hayati peran salah satu tokoh biar paham sama ceritanya. Ini merupakan cerita fiksi dan penuh khayalan. Bukan cerita kehidupan yg nyata ada di sekitar :)

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now