43👿

1.1K 114 13
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya readers. Sebagai bentuk apresiasi sebagai penulis :)). Ngevomment gak akan bikin kuota kalian tiba-tiba mendadak sekarat kok :) . Kan nggak sampai 5 menit.

Rencana
👿👿👿

Alena melirik Alaric yang tampak terdiam menahan kesal di sudut ruang tamu. Tergurat jelas dari wajah lelaki itu bahwa Alaric masih tak terima bahwa Alena tak ingin Fahmi untuk di bunuh saat ini juga.

Dengan senyuman merekah, Alena berjalan mendekat ke arah Alaric. Dudu tepat di samping lelaki itu lalu menyenderkan kepalanya pada bahu Alaric. " Marah?" Tanya nya menggoda.

" Nggak," jawab Alaric sambil mendorong kepala Alena pelan, agar menyingkir dari bahu nya.

Alena tertawa pelan, " Kalo nggak marah, kenapa nggak mau aku senderin coba,"

" Kamu bau soalnya," jawab Alaric melirik Alena sekilas dengan pandangan dingin.

Mendengar hal tersebut, Alena segera mengangkat tangannya, mencium aroma tubuhnya sendiri sambil mendengus kesal. " Ish, enak aja. Aku wangi tau. Wangi! Nih kalo nggak percaya, coba cium,"

" Males," jawab Alaric sambil menatap Alena sepenuhnya. " Buat apa coba"

" Dih, nyebelin!" Sungut Alena sambil memukul bahu Alaric kencang.

" Awhhh! Sakit Alena. Kamu tuh ya nggak kira-kira kalau pakek kekuatan," ucap Alaric sambil mengelus bahu nya pelan.

" Salah sendiri. Ngatain aku bau," ucap Alena mencibir.

" Iya deh iya. Kamu wangi," Alaric kembali menegakkan tubuh nya.

" Kayak nggak ikhlas gitu ngomong nya," Alena menahan senyumnya. " Yang ikhlas dong. Coba ulangi lagi,"

" Alena, kamu wangi. Selalu wangi menurutku. Aku suka aroma mu." Ucap Alaric sambil memandang Alena tepat di mata nya.

Alena yang mendengar ucapan dan tatapan Alaric seperti itu seketika tertawa terbahak, " Jiah, baper banget Al. Sampe di hayati gitu ngomong nya. Aku kan cuma bercanda, nggak usah serius gitu lah."

" Tsk." Decak Alaric kala melihat tawa Alena yang tiada henti seolah mengejek nya.

" Eh serius deh, kamu nggak boleh nyentuh Fahmi atau ngelukai dia," ucap Alena tak berselang lama kemudian kala tawanya telah mereda dan berganti dengan pandangan serius.

" Kenapa?" Tanya Alaric menahan kekesalannya.

" Yah, aku cuma pengen main-main aja. Penasaran sama apa yang akan dia lakukan setelah mengetahui semua nya," jawab Alena dengan seringaian liciknya yang syarat akan berbagai rencana yang telah Ia susun di dalam otak nya.

" Tapi, Al, kalau Raja Rousseau sampai tahu---" ucap Alaric ingin membantah namun terpotong oleh perkataan Alena.

" Tenang lah, Ayah nggak akan mungkin tahu kalau nggak ada yang bocorin." Jawab Alena santai sambil mengisyaratkan agar Alaric tutup mulut dan tidak membocorkannya kepada siapa pun.

" Eh, anak Bunda ternyata ada di ruang tamu toh. Bunda cariin loh tadi," ucap Asyila yang melangkah kaki mendekat, membuat baik Alena dan Alaric menatap ke sumber suara.

" Eh kok pada diem? Lagi bahas apa sih?" Tanya Asyila kala melihat reaksi Alena dan Alaric yang tertuju pada nya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

" Euhm... Bukan apa-apa kok...Bunda," ucap Alena sambil memandang wajah Alaric di samping nya. " Iya kan kak?"

Alaric menaikkan sebelah alis matanya, " Serius kamu?"

" Hah? A--apaan sih kak," ucap Alena sambil melirik Asyila yang memandangi ke dua nya bergantian.

Pure Blood (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang