47👿

1K 108 14
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak ya readers. Sebagai bentuk apresiasi sebagai penulis :)). Ngevomment gak akan bikin kuota kalian tiba-tiba mendadak sekarat kok :) . Kan nggak sampai 5 menit.

Apa kamu lupa kalau aku Vampire?
👿👿👿

Alena melirik ke arah bawah balkon, lalu memandang ke arah sekitar. Dahi nya berkerut heran, " Kenapa aku bisa  kesini sih. Apa sih yang kupikirin tadi," batin Alena sambil menatap pintu balkon di samping nya yang nampak tertutup rapat.

" Kamar Fahmi ya," gumam nya sambil membalikkan badan sepenuhnya ke arah pintu balkon tersebut.

" Baiklah, jika itu maumu," batin Alena sambil melangkah kaki mendekat ke arah pintu balkon kamar Fahmi.

Dengan seringaian, Alena mengetuk pintu dari kaca dengan ketukan agak kasar. Berharap agar Fahmi yang berada di dalam kamarnya saat ini dapat mendengar ketukan tersebut.

" Fahmi, bu---" ucap Alena yang mulai kesal dan ingin memaki tak berselang lama kemudian terhenti, kala melihat seseorang tengah membalikkan badannya ke arah dirinya dengan pandangan mematung.

" Alena...AleNA...ALENA!" Ucap Fahmi yang awalnya hanya bergumam pada diri sendiri kemudian berteriak senang saat melihat orang yang sejak tadi ada di pikirannya kini ada di sana. Di balik pintu balkon dengan pandangan tersenyum ke arah nya.

Tak perlu menunggu waktu lama, Fahmi pun bergegas ke arah pintu balkon secepatnya. Membuka pintu tersebut dengan cepat-cepat sambil sesekali menatap wajah Alena yang sedang terheran akan aksinya.

" Hei, apa kam---" ucap Alena yang ingin bertanya tiba-tiba terhenti kala sebuah lengan menariknya mendekat, memeluknya erat seperti tak akan pernah Ia lepaskan lagi.

" Alena. Maafin aku... Jangan pergi, tolong." Ucap Fahmi terdengar serak sambil memeluk Alena erat, membenamkan wajahnya pada lekuk leher Alena.

" Jangan pergi..." ucap Fahmi lagi semakin mengeratkan pelukannya.

Alena sedikit terkesiap kala bahu nya terasa basah, diliriknya sedikit Fahmi yang ada di samping nya, " Dia... menangis?" Batinnya pelan.

Sesaat kemudian, tangan Alena bergerak perlahan, membalas pelukan Fahmi pelan, " Tenang lah. Jangan cengeng seperti ini. Astaga," ucapnya.

Mendengar hal tersebut, Fahmi terdiam sesaat. Matanya berkedip cepat kala menyadari ada sesuatu hal yang salah. " K---kamu, kamu bukan Alena," ucap nya sambil melepas pelukannya dengan cepat.

" Aku Alena, dasar bodoh." Ucap Alena sambil menyentil jidat Fahmi dengan cukup keras, agar lelaki tersebut sedikit mundur kebelakang, memberi ruang biar Alena bisa masuk ke dalam kamar Fahmi.

" Kenapa menatap ku seperti itu?" Tanya Alena sambil menaikkan sebelah alis matanya kala Fahmi memandang nya takut namun terlihat juga setitik kebencian mendalam di sana.

" Kamu bukan Alena. K---keluar kamu dari kamarku," ucap Fahmi mencoba memberanikan diri sambil menatap makhluk yang haus darah di hadapannya.

Alena tertawa kala melihat wajah lucu dari seorang manusia di hadapannya yang coba memberani kan dirinya berkata seperti itu  padahal sesungguh nya Ia merasa takut.

" Bukankah dari awal sudah ku bilang kalau namaku adalah Alena Antonio Rousseau? Bukankah sudah jelas kalau aku itu Alena. Suka atau tidak, nama panggilanku akan tetap menjadi Alena." Ucap Alena sambil berjalan ke sisi ranjang King Size milik Fahmi dan duduk di sana.

" Dan oh ya, siapa kamu bisa memerintahku untuk pergi dari sini,hmm?" Imbuh Alena sambil menyeringai.

Fahmi terdiam, menatap Alena tajam. Perasaan kesal, benci, marah, dan  sedih pun kini tak dapat Ia tahan lagi kala melihat seringaian dari Alena." Kumohon pergi dari sini. Aku tak ingin melihat wajah mu,"

" Jangan begitu dong, setelah kamu memelukku tadi sekarang kamu mengusir ku? Tak berperasaan sekali, aku di buang begitu saja setelah kamu menyentuh ku," ucap Alena enteng tanpa menyadari bahwa itu terdengar sedikit vulgar bagi Fahmi.

" Apa kamu tak bisa memilih kata yang tepat,hmm? Kata-kata mu terdengar menjijikkan," balas Fahmi menatap Alena tak percaya.

Alena mendengus tak percaya kala mendengar ucapan Fahmi. " Salah kan saja pemikiran jorok mu itu. Kata-kata ku tak ada yang salah kok,"

" Apa?" Fahmi membulatkan mata nya.

" Sudah lah, aku tak ingin berdebat saat ini. Perasaan ku sedang kacau sekarang." Ucap Alena sambil melirik Fahmi sekilas lalu membaring kan tubuh nya di kasur, menatap langit-langit kamar Fahmi.

Fahmi membulatkan matanya kala melihat hal tersebut, " H---hei, cepat duduk."

" Apaan lagi sih. Astaga. Kayaknya detik demi detik kamu lupa kalau aku bisa menghabisimu kapan saja aku mau." Ucap Alena sambil melirik Fahmi kesal.

Namun sayang, Fahmi tak mendengar gerutuan Alena tersebut sama sekali karena lelaki tersebut kini malah melempar nya selimut tebal yang baru saja Ia ambil dari lemari.

" Kamu itu wanita, bisa-bisa nya kamu tidur di kamar laki-laki dengan rok sependek itu. Tutupi." Perintah Fahmi sambil mengalihkan pandangannya lalu keluar dari kamarnya.

" Apaan sih, nggak jelas banget. Otaknya mulai rusak kali ya gara-gara tiga hari nggak masuk sekolah." Ucap Fahmi yang tanpa sadar mengikuti ucapan Fahmi untuk mengenakan selimut tersebut.

👿👿👿

See You Next Chapter

Sudahkah anda meninggalkan jejak di cerita ini?

13 Agustus 2018

Follow ig ku allifaaa99

Author Sangat menerima kritik dan saran yang membangun :)

Terimakasih


Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now