1

4.1K 281 60
                                    

H-3
Kehidupan Alena dan Fahmi
🌱🌱🌱

Alena menatap pantulan dirinya di cermin.

Gadis itu tersenyum simpul saat rambutnya yang baru saja Ia kelabang baru saja Ia beri pita merah nan cantik.

"Alena, nak Fahmi sudah jemput tuh," ucap Alisya, Ibunda Alena.

"Iya bun, bentar," sahut Alena seraya mengambil kacamata bundar yang ada di meja rias.

Seraya berjalan menuruni anak tangga Alena mengenakan kaca mata itu.

Tak berselang lama senyuman hangat menyapa Fahmi kala tampak lelaki itu menatap Ia tengah menuruni anak tangga.

"Alena berangkat dulu ya," pamit Alena saat sudah berada di depan Asyila.

"Hati-hati ya Nak,"

"Iya Bun," balas Alena.

"Fahmi sama Alena pergi ya Tan," pamit Fahmi seraya mengamit tangan Asyila, mencium hormat Ibunda dari sahabat sekaligus pacarnya itu.

"Iya. Jaga dia ya Nak. Jangan ngebut-ngebut," tutur Asyila seraya menatap putrinya sekilas.

Fahmi hanya tersenyum menanggapinya.

Tak berselang lama kemudian, Fahmi pun keluar rumah diikuti Alena dibelakangnya.

"Nih pakek," perintah Fahmi seraya menyodorkan helm bewarna hitam kepada Alena.

Alena mengambilnya, mengenakannya secepat mungkin, gadis itu tak ingin pacarnya marah-marah karena sikap Alena yang kadang lemot dalam melakukan sesuatu.

"Udah?" Tanya Fahmi memastikan Alena telah duduk.

"Iya,"

Setelah percakapan singkat itu, Fahmi pun melajukan motornya menuju SMA Felix.

Yap, Alena dan Fahmi bersekolah di SMA Felix, sekolah yang jaraknya terbilang cukup jauh dari rumah mereka.

Mereka berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat datang kesana.

Karena baik Alena dan Fahmi sangat menghindari yang namanya dihukum.

"Fahmi," panggil Alena seraya menatap pejalan kaki yang baru saja Ia lewati.

"Hm,"

"Kamu tadi lihat yang diujung dekat kursi taman nggak?"

"Nggak," balas Fahmi mencoba berkonsentrasi dengan jalanan.

"Yah, padahal aku mau tanya itu kamu kenal apa nggak,"

"Bisa diem nggak Al? Aku tuh lagi nyetir. Kalo kamu ngajak ngomong terus konsentrasiku buyar," peringat Fahmi membuat Alena memaksakan senyumnya.

"Iya maaf," balas Alena menggigit kecil bibir bawahnya.

Gadis itu sedikit terluka perasaannya.

Ia tau, Fahmi berkata seperti itu agar keselamatannya dan keselamatan Fahmi tidak terancam dengan adanya tabrakan beruntun jika sampai konsentrasi Fahmi buyar.

Ia tau, bahwa pacarnya itu memang seperti itu karakternya, dingin nan kaku akan tetapi perhatian.

Ia tau, Ia harusnya terbiasa dengan sikap Fahmi yang setiap hari memang seperti ini.

Hanya saja, meski Alena itu pendiam dan cuek terhadap sekitar, Alena tetap saja wanita kan?

Yang tidak dapat dipungkiri Ia juga ingin Fahmi bersikap lembut kepadanya.

Mengatakan rasa sayang setiap hari.

Mengirim pesan perhatian seperti mengingatkan makan, tidur, dan lain-lain.

Dan bersikap manis kepadanya seperti pasangan normal lainnya.

'Wake up Alena,' batin Alena seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Mencoba mengenyahkan angan-angan khayalannya itu jauh-jauh.

"Cepetan turun," ucap Fahmi membantu membangunkan Alena dari khayalannya.

Alena mengerjapkan matanya.

Memandang kearah sekitar.

Tampaknya Ia tenggelam dalam khayalan terlalu lama hingga Ia tak sadar telah berada di parkiran SMA Felix.

"Al, kamu jangan kebanyakan ngelamun gitu dong. Kurangin sifat jelekmu itu. Kalo kamu ngelamun saat pelajaran bisa-bisa nilaimu turun," tutur Fahmi sedikit kesal.

"Iya-iya maaf, aku usahain gak gitu lagi," balas Alena seraya turun dari sepeda motor dan membenahkan helmnya, memberikan kepada Fahmi.

"Jangan cuma janji doang. Tapi buktiin," ucap Fahmi seraya menerima helm dari Alena.

"Iya,"

"Yaudah ayo temenin aku ke ruang baca, aku mau nyari buku ensiklopedi sejarah disana,"

Alena pun mengangguk, mengikuti langkah kaki Fahmi didepannya.

Tampak tatapan murid-murid perempuan menatap kearah Alena tak suka.

Ya meski bisa dibilang Fahmi adalah seperti kutu buku kebanyakan.

Yang hari-harinya bisa dibilang hanya buku dan buku.

Dan jangan lupa kacamata yang menggantung indah di hidungnya.

Ataupun sifat angkuh nan cueknya kepada sekitar,

Akan tetapi, beruntunglah laki-laki itu karna di anugrahi wajah yang bersih nan bisa dibilang cukup good looking .

Alena tampak beringsut tak peduli.

Mengabaikan tatapan tak suka yang sudah menjadi kesehariannya.

Sama halnya Fahmi yang juga tak peduli dan terus melanjutkan langkah kakinya.

🌱🌱🌱

Author's note :

Ini adalah chapter perkenalan dan begitupula beberapa chapter kedepannya.

Soalnya ada tulisannya H-3

Yang berarti sebelum sifat Alena berunah.

Jadi aku mau jelasin ato menggambarkan dikit gimana hubungan Alena dan Fahmi sebelum kisah ini bener" kumulai saat Fahmi merasa Alena berbeda.





Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now