13.

2.1K 169 18
                                    

Kamar Alena
❤❤❤

Alena mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Di coba nya untuk bangkit duduk namun tak bisa karena entah mengapa kepalanya terasa sangat pusing sekali dan seluruh badannya terasa lemas.

Ditatapnya kesekeliling, tampak kamarnya yang sedikit gelap dan hanya berlampu cahaya sinar rembulan yang masuk lewat balkon kamarnya yang terbuka lebar.

" Tunggu, bukannya aku tadi ada di sekolah ya," gumam Alena tersadar akan keanehan yang terjadi apakah Ia hanya mengihay saja bahwa dirinya tadi ada di sekolah ataukah memang itu kenyataan yang ada.

Sesaat Alena terdiam. Memaksa ingatannya untuk memutar kembali memori yang ada. Dan benar saja, tak berselang lama wajah Alena tersentak kaget menatap sekitar.

" Loh, aku kan tadi ada di gerbang sekolah," gumam Alena tak mengerti dan terus berusaha mengingat bagaimana Ia bisa sampai di kamarnya, " Tapi kenapa aku ada di sini? Ini juga udah malam. Sebenarnya apa yang terjadi sih?"

Alena mencoba bangkit berdiri, hendak menanyakan kepada Bunda nya kenapa dirinya bisa terbaring di kamar meski kepala Alena yang terasa amat sakit menyiksa gadis tersebut.

Gadis tersebut mencoba berpegangan pada pinggiran nakas agar menjaga keseimbangannya. Namun sayang, tangannya saat mencoba menggenggam erat pinggiran nakas tak sengaja sedikit menyenggol gelas hingga isi dalam gelas tersebut tumpah.

" Duh aku pakek numpahin segala lagi," gerutu Alena sambil mencoba terus berjalan di tengah gelapnya kamarnya.

" Eh? Ini apaan nih?" Tanya Alena pada diri sendiri saat menyentuh nakas yang terasa pekat. " Ini air tumpahan yang tadi ya? Tapi kok agak aneh ya?"

" I...ini apa?" Tanya Alena sedikit berteriak saat tangannya yang terkena air tumpahan Ia endus aroma nya karena penasaran.

" Udah bangun?" Tanya Alaric yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Alena.

Alena segera membalikkan badannya, menatap Alaric yang duduk santai di atas ranjang Queen size milik Alena.

" Ka...kamu? Kamu sejak kapan ada di sana?" Tanya Alena kaget sambil memegangi kepalanya karena rasa sakitnya masih tak kunjung sirna.

" Barusan," jawab lelaki tersebut santai.

" Trus kamu ngapain ada di kamar ku?" Tanya Alena waspada dengan memundurkan langkahnya.

" Ada yang salah?" Tanya Alaric balik.

" Kamu nggak seharusnya di sini! Kamu ngapain di sini!" Teriak Alena takut.

Bagaimana tidak? Laki-laki yang tidak dikenalnya itu dengan santainya duduk di atas ranjang kamarnya dengan santainya. Ditambah lagi kamar Alena saat ini dalam keadaan gelap padahal rumah lain sedang dalam keadaan terang. Tentu saja, Alena mengira ini bukanlah mati lampu karena rumah seberang yakni rumah Fahmi sedang terang benderang. Dan juga Alena yakin seratus persen bahwa Bunda nya rajin membayar listrik, jadi tidak mungkin listrik di rumahnya di cabut.

" Gak usah teriak elah. Dikira aku ngapa-ngapain kamu tau nggak," ucap Alaric memandang gadis yang berdiri tak jauh dari nya dengan tatapan malas.

Mendengar hal tersebut, bukannya Alena tenang, ketakutan gadis tersebut malah semakin menjadi. " Bunda!!! Ada pria asing di---hmph"

Alena meronta kala bibirnya di bekap dengan tangan Alaric. " Astaga, keras kepala banget sih. Sudah dibilang jangan teriak," ucap Alaric sembari memandang mata Alena yang sedikit berair.

Lelaki tersebut menghembuskan nafas jengah tak berselang lama kemudian, " Mau aku lepas kan?"

Alena mengangguk cepat kala mendengar pertanyaan dari Alaric. Jantung nya kini sudah sangat berdegup sangat cepat seolah ingin keluar dari tubuhnya karena terlalu takut dengan ucapan Alaric yang terdengar bulu kuduknya berdiri.

" Oke, akan aku lepas. Tapi, awas aja kalo teriak lagi," ucap Alaric melepaskan bekapan tangannya dari Alena.

Alaric memundurkan dua langkah kaki, melihat reaksi Alena yang masih bergetar ketakutan dan mencoba memegangi pinggiran nakas sebagai penyangganya agar tak sampai terjatuh.

Perlahan-lahan, Alena mencoba memberanikan diri menatap mata Alaric, untuk bertanya lagi kenapa lelaki tersebut masih berada di rumahnya dan juga dimana Bunda nya saat ini berada. Karena sungguh aneh, biasanya saat Bunda nya mendengar teriakan Alena, wanita itu langsung menghampiri putrinya. Namun sekarang? Bahkan meski Alena tadi sudah berteriak kencang, Bunda nya sama sekali tak menghampirinya.

" Ada apa?" Tanya Alaric saat melihat reaksi kaget Alena.

" Bu...bukan apa-apa," ucap Alena sambil menyentuh degup jantung nya yang hampir meloncat lagi dari tempatnya.

" Itu pasti cuma perasaan aku aja. Nggak mungkin mata dia berkilat merah," batin Alena mencoba menenangkan dirinya saat sesaat yang lalu melihat pantulan dari cahaya rembulan memperlihatkan warna mata Alaric di gelapnya kamar Alena.

" Hmm... anu... bisa minta tolong?" Tanya Alena lirih sembari mencengkram kuat pinggiran nakas karena kepalanya semakin terasa berat.

" Cih... emang aku pembantu mu apa?" Ucap Alaric dengan nada sedikit kesal.

Alena terdiam.

" Tsk. Minta tolong apa?" Ucap Alaric sesaat kemudian.

" Bisa nyalain lampu nya? Aku ng---nggak suka kegelapan." Ucap Alena menatap mata Alaric.

" Tuh kan bener. Mungkin tadi cuma perasaanku saja," batin Alena saat menatap mata Alaric.

" Kenapa?" Tanya Alaric.

" Apanya?" Alena merengut tak mengerti.

" Kenapa nggak suka kegelapan? Bukannya enak ya." Ucap Alaric menatap gadis yang kini nampak memegangi kepalanya.

" Uhm---mungkin karena kegelapan membuat aku nggak bisa lihat apa-apa. Itu sungguh nggak nyaman dan membuatku takut," lirih Alena.

Alaric terdiam. Di dekatinya Alena, diangkatnya tubuh kecil Alena segera membuat Alena hampir menjerit sebelum Alaric menjelaskan.

" Kalo masih sakit nggak usah bandel mau jalan kemana-mana. Tiduran aja. Nanti kalo kamu tambah sakit, aku makin repot tau nggak," ucap Alaric menggendong Alena untuk dibaringkan.

" By the way, bunyi jantung kamu kenceng banget. Bikin telinga ku sakit tau nggak," ucap Alaric setelah membaringkan Alena.

See You Next Chapter

30 Mei 2018

Baca juga karya ku yang lain ya. Termasuk Di Kejar Rasa Baper, Menakhlukkan Makhluk Abu-Abu, dll

Vote, Comment, Share

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now