10.

2.3K 210 20
                                    

Budayakan^^

❤ Vote, sebelum baca

Comment, sembari baca dan sesudah baca

❤ Share, setelah baca.

H-1
Dinginnya Alena

Alena melangkahkan kakinya dengan santai, Ia berjalan melewati beberapa koridor untuk mencapai kelas nya diiringi siulan ringan yang keluar dari bibirnya.

" Ngapain juga aku masih pakek kaca mata, bikin pusing aja." Gumam Aluna sembari melepas kaca matanya, melihat kaca mata tersebut dengan membolak-balikkan sesaat sebelum memasukkan ke dalam saku yang ada di rok nya.

" Hei kamu! Kenapa masih berkeliaran di koridor jam segini!" Teriak Bu Ami, salah satu guru kesiswaan.

Alena tak mengacuhkan ucapan Bu Ami, Ia melanjutkan langkah kaki nya dengan santai dengan senandung ringan.

" Hei! Berhenti!" Teriak Bu Ami sembari berjalan cepat menghampiri Alena dengan penuh kekesalan.

Mendengar teriakam Bu Ami yang cukup memekakkan telinganya membuat Alena mendecak malas, Ia berhenti melangkah dan menatap Bu Ami datar, " Ada apa?" Tanya Alena kala Bu Ami sudah ada tepat di hadapannya.

" Apa?!" Bu Alena sedikit kaget, murid yang terkenal akan sifat pendiam dan juga mendapat sebagian besar perhatian dari para guru ini bisa bersikap demikian.

" Ada perlu apa? Mau ke kelas nih, udah telat." Ucap Alena dengan wajah tak sabar.

" Alena! Sejak kapan kamu ngelawan guru seperti ini," geram Bu Ami.

" Apaan sih, nggak jelas banget," gerutu Alena pelan nyaris seperti bisikan.

" Kamu barusan bilang apa? Sini ikut ibu ke kantor," Bu Ami yang mendengar ucapan Alena pun membulatkan mata tak percaya.

Ditariknya tangan Alena untuk Ia bawa ke kantor, namun, Alena menahannya. Membuat Bu Ami semakin terlihat emosi.

" Alena!" Geram Bu Ami menatap Alena tajam. " Ayo ikut ibu ke kantor. Kamu akan dihukum setelah ini,"

" Menghukum? Haha. Astaga," ucap Alena tertawa sembari menutup matanya sesaat. " Lucu banget ucapan manusia satu ini,"

" Alena, berhenti bersikap melawan dan tidak sopan seperti ini." Peringat Bu Ami yang terkenal akan tempramennya yang mudah emosi dan termasuk ke dalam jejeran guru killer di SMA Felix dengan tegas dan tak terbantah kan.

Alena mendecak lidah sesaat, sebelum udara disekitar nya yang tadi sudah dingin kini menjadi lebih dingin lagi
. Ditatapnya Bu Ami lamat-lamat, bola mata bewarna biru kini berubah menjadi merah darah dalam sekejap.

" Pergilah. Kali ini kuampuni nyawamu. Dan lupakan segala hal yang terjadi," ucap Alena dingin tak terbantahkan.

Setelah mengatakan hal tersebut, Bu Ami terdiam dengan tatapan kosong sesaat sebelum benar-benar pergi meninggalkan Alena tanpa ada sepatah kata pun yang keluar.

" Ck. Menyusahkan," dumel Alena sembari melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas.

Namun, setelah beberapa langkah, Alena merasakan kelelahan yang teramat sangat. Sehingga, saat Ia berada tepat berada di depan pintu ruang kelasnya, Alena jatuh tak sadar kan diri.

" Alena!" Teriak Bu Theo yang saat itu sedang mengajar.

Bu Theo segera berlari menghampiri Alena untuk mengecek kondisi anak muridnya tersebut. Telapak tangannya diletakkan pada dahi Alena, terasa dingin layaknya es batu saat menyentuhnya.

" Anak-anak, tolong dua atau tiga orang antar Alena ke UKS," perintah Bu Theo yang di anggap angin lalu beberapa murid di kelas. Bahkan ada yang terang-terangnya mengatakan rasa ketidaksukaannya.

' Dia cuma pura-pura tuh bu,'

' Dia sekedar caper Bu. Bentar lagi juga bangun sendiri,'

' Udah bu, lanjutin pelajaran yang tadi Ibu sampaikan saja,'

' Dia paling cuma kecapekan Bu, nggak perlu di bawa di UKS,'

bahkan sampai,

' Dia pasti pura-pura pingsan biar bisa modus di gendong murid cowok,'

Fahmi yang mendengar beberapa murid yang biasanya baik ke Alena kini mengatakan hal-hal tersebut menggertakkan giginya. Sungguh, Ia sebenarnya merasa kesal dengan mereka semua.

Kini Fahmi mengerti, mereka adalah tipe orang yang datang ketika butuh dan pergi ketika dibutuhkan. Dan juga sekaligus tipe orang baik di depan, tapi busuk di belakang.

" Giliran nyontek jawaban ke Alena aja pada sok baik semua ya ternyata," batin Fahmi mengepalkan tangannya.

Meski kemarin Alena dan Fahmi sempat bertengkar kecil, tak memungkiri fakta bahwa Fahmi masih peduli dengan Alena. Maka dari itu, saat yang lain melainkan wajah tak mau menolong Alena yang saat ini sedang pingsan, Fahmi langsung bangkit berdiri, mengangkat tangannya, sambil berucap. " Boleh saya saja yang mengantarkan Bu?" Tanya Fahmi sopan kepada Bu Ami.

" Jangan Bu! Ini pasti udah modus. Mereka pasti mau rencananya mau berduaan di UKS," ucap seseorang siswi yang dari dulu tak suka kedekatan antara Fahmi dengan Alena.

" Iya bu. Pasti begitu," ucap teman sebangku nya.

" Sudah-sudah diam. Kalian itu sebagai temen sekelas bukannya nolongin malah ngejelek-ngejelekkin temen sendiri," ucap Bu Ami menatap seluruh murid dengan pandangan tegas. " Tadi nggak ada yang mau nolongin, giliran ada yang sukarela nolongin malah seperti itu. Kalian mau nya apa?"

" Yaudah Bu, saya saja yang bawa Alena ke UKS," ucap siswi yang tadi ikut menjelekkan Alena.

Bagaimana pun, Ia terpaksa mengatakan hal tersebut. Dibanding harus melihat Fahmi membopong Alena. Lebih baik Ia dan teman-temannya yang membawa Alena ke UKS. Bukan apa-apa, alasannya adalah Ia ingin memperingatkan agae Alena tidak mendekat lagi ke Fahmi dan menjauhinya. Kurang lebih sama seperti perintah Vanesha kemarin terhadap Alena.

" Tidak usah. Sudah kamu disini saja, kamu.tadi minta Ibu ngelanjutin pelajarannya kan," ucap Bu Ami tak terbantahkan.

" Dan kamu Fahmi, silahkan bawa Alena ke UKS. Setelah itu kembali kesini secepatnya," imbuh Bu Ami sembari menatap Fahmi.

" Baik Bu," ucap Fahmi mendekat ke arah dimana Alena tergeletak pingsan.

Ia mulai membopong Alena. Sesaat, Fahmi sempat sedikit terkejut. Karena tubuh Alena sedingin es batu. Namun, mengingat bahwa saat ini banyak yang melancarkan tatapan tak suka ke arah dirinya, membuat Fahmi tak ingin memikirkan hal tersebut sekarang dan langsung keluar dari kelas secepatnya.

See You Next Chapter

Add temen kalian tuk ikutan baca Pure Blood.

13 Mei 2018

Kalo gak sibuk, sempatkan vommentsnya ya 😗

#TeamAlFa




Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now