15.

1.9K 150 19
                                    

Balkon kamar.

Fahmi mengusap matanya, sesaat kemudian melirik pada sebuah jam weker kecil yang bercustom superman pada nakas dekat tempat tidurnya.

" Masih malem," ucapnya kecil kala melihat jam tersebut menunjukkan pukul satu malam.

Kaki Fahmi segera turun dari ranjang King Size nya setelah mengumpulkan nyawanya agar tak kehilangan keseimbangan lalu jatuh saat berdiri nantinya.

" Tsk. Abis lagi..." decak Fahmi sambil meraih gelas yang kosong.

Tenggorokan Fahmi terasa sangat kering saat ini. Mau tak mau pun meskipun ada rasa ngantuk yang masih menggelayuti matanya untuk segera berbaring dan terpejam lagi, Fahmi mencoba melawan rasa kantuknya untuk keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga untuk menuju dapur.

" Alena tadi kenapa tiba-tiba pulang ya? Aku nyampe UKS dia dah nggak ada. Mana nggak ngabari lagi...Tumben...Kenapa ya?" Batin Fahmi sembari mengisi gelas kosong yang Ia bawa tadi dengan air panas setelah sebelumnya mengisi setengah gelas dengan air dingin.

Lelaki itu---Fahmi tak sadar bahwa kakaknya, Farah tengah memerhatikan dirinya sejak tadi dengan pandangan 'Dasar idiot'.

" Dek..." panggil Farah sambil menyenderkan tubuhnya pada kulkas yang ada di sampingnya sambil terus menatap Fahmi.

" Hoi," ucap Farah sambil menyaduk kaki Fahmi.

Fahmi yang sedang melamun karena memikirkan keanehan Alena pun seketika terlonjak kaget.

" Kak Farah? Sejak kapan..." ucap Fahmi kaget kala melihat kakaknya yang entah sejak kapan sudah berada tepat di sampingnya.

" Sejak kapan...Sejak kapan... Kebanyakan ngelamun sih, mangkanya nggak tau kalo kakak sudah ada di sini sejak tadi," sindir Farah sambil sesekali menguap karena mengantuk.

Fahmi mendengus sembari menatap kakaknya malas.

" Eh dek, abis ini sebelum kembali ke kamar pel dulu ya," ucap Farah sambil membuka kulkas dan mengambil botol air dingin.

" Tuh, air dispenser tumpah gara-gara kamu ngelamun sambil ngisi air," ucap Farah menjelaskan saat melihat pandangan Fahmi seolah berkata, 'Ngapain nyuruh aku ngepel jam segini? Yang bener aja'.

" By the way, tangan kamu tahan panas juga ya. Wow," imbuh Farah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum.

Mendengar hal tersebut, Fahmi segera melirik ke arah tangannya yang masih memegangi gelas dengan air panas dari dispenser yang masih mengucur bahkan melewati tangannya dan menetes ke lantai karena air yang ada di dalam gelas terisi penuh.

" Argh!" Pekik Fahmi tertahan sembari mematikan air dispenser dan menaruh gelas yang telah berisi air tersebut pada meja makan yang berada tepat di belakangnya.

" Ssssh, tsk," decak Fahmi sambil meniup tangannya yang kepanasan.

" Dek..." panggil Farah dari balik tembok, mengintip Fahmi.

" Apaan?" Ucap Fahmi tanpa menoleh.

" Jangan lupa pel," ucap Farah dengan tegas.

" Iya-iya bawel," kesal Fahmi yang terfokus pada rasa sakit ditangannya.

" Bicara apa barusan?" Tanya Farah meminta Fahmi mengulangi kata-kata nya.

" Bukan apa-apa," balas Fahmi cuek.

Farah merengut. Mengendikkan bahu lalu dengan tak acuh pun segera berjalan meninggalkan adiknya.

** PURE BLOOD **

" Ah bener-bener, ngantuk ku hilang kan jadinya," gerutu Fahmi saat sudah menyelesaikan acara mengepel untuk membersihkan air yang Ia tumpahkan.

Sejak kecil, lelaki itu---Fahmi sudah diajarkan cara hidup disiplin dan bertanggung jawab. Jadi, hal seperti tadi sebenarnya bukan masalah besar untuknya mengepel ruang makan tengah malam.

Hanya saja, Fahmi tak suka efek nya. Karena sekali rasa kantuknya hilang saat tengah malam, sampai pagi pun Fahmi akan sulit tidur.

Fahmi menaruh gelas yang saat ini sudah hangat ke atas nakas, hendak mengambil buku pelajaran yang ada di laci nakas, untuk menemani malamnya yang sudah dipastikan tidak bisa tidur agar tak terbuang sia-sia.

" Waktu itu berharga," begitu keyakinan Fahmi.

Kaki lelaki itu melangkah kecil ke arah pintu balkon, hendak membuka sedikit pintu tersebut agar udara malam dapat berhembus ke kamarnya.

" I...itu siapa?" Gumam Fahmi saat Ia telah membuka pintu balkon dan mendapati pintu balkon seberang jalan, yakni kamar Alena tengah terbuka lebar dan terdapat sosok yang Fahmi yakini merupakan seorang pria tengah bersender pada pintu balkon sambil menatap ke arah langit.

Merasa kurang jelas siapa sosok pria tersebut, Fahmi segera melangkah mendekati ujung balkon agar dapat melihat siapa laki-laki yang sedang ada di balkon pacarnya.

Padahal setau Fahmi, Alena adalah anak tunggal. Dan bahkan dia tidak mempunyai saudara ataupun sepupu sama sekali.

" I...tu kan. Laki-laki yang aku temui waktu di UKS tadi," gumam Fahmi mengeratkan pegangannya pada pembatas balkon sambil terus menatap pria tersebut. " Kenapa dia bisa di kamar Alena? Apalagi pada jam segini..."

" Apa yang sebenernya terjadi," tatap tajam Fahmi tak lepas dari Alaric.

Alaric yang sudah tau Fahmi sejak tadi memperhatikannya dan terus-terusan bergumam menyebut nama Alena hanya bisa tersenyum sesaat sambil memandang Fahmi sebelum Ia melangkahkan kaki masuk ke kamar Alena.

" Tsk, siapa dia? " decak Fahmi bertanya-tanya sambil menatap pintu balkon kamar Alena yang perlahan tertutup.

See You Next Chapter

19 Juni 2018

Baca karya ku yang lain juga ya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Sebagai penyemangat penulis buat ngetik cerita :)

Thanks.

#PureBlood_

Pure Blood (COMPLETE)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt