36👿

1.1K 110 22
                                    

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya readers :))

Canda gurau


Para murid-murid yang melangkahkan kaki memasuki gerbang menghentikan langkah mereka kala melihat Alena yang sedang di bonceng Fahmi dengan tertawa jahil menggoda lelaki tersebut.

Pandangan mereka tak lepas sedetik pun terhadap Alena terutama kaum laki-laki yang sejak tadi berbisik-bisik dengan teman dengan yang ada di sampingnya. Bahkan beberapa bisikan dapat terdengar jelas ditelinga Alena. Antara lain,

" Eh itu siapa yang lagi di bonceng Fahmi? Masak iya Alena?"

" Eh itu Alena bukan sih? Cewek kelas 12IPA yang cupu itu?"

" Itu beneran Alena ya? Kok jadi kelihatan beda sih?"

Atau

" Eh siapa tuh? Cantik. Aku kayaknya belum pernah lihat dia di sekolah ini. Apa murid pindahan baru ya?"

Dan juga yang lebih parah,

" Eh, Fahmi punya pacar baru? Cantik ih. Pantesan sama ini daripada sama si cupu Alena itu,"

Bisikan-bisikan yang terdengar jelas di telinga Alena itu membuat senyum mereka di bibir gadis itu pun terpahat jelas saat baru saja turun dari motor Fahmi. Sebuah senyum kebanggaan karena pertama kali di dalam hidupnya Ia di puji cantik oleh murid yang ada di SMA Felix ini. Pujian yang Alena tau itu adalah benar-benar pujian dan bukan sindiran semata seperti biasanya.

" Untung Pak satpam nya belum nutup gerbang," gumam Fahmi bernafas lega sambil melepas helm yang Ia kenakan.

" Kamu ngapain ngelihatin aku sambil senyum-senyum gitu?" Tanya Fahmi saat Ia merasa bahwa gadis di sampingnya saat ini terus menatapnya dengan senyuman lebar.

" Seneng aja," jawab Alena sambil mengikuti langkah Fahmi yang hendak meninggalkan tempat parkir.

Fahmi terdiam. Tak menghiraukan ucapan Alena. Membuat gadis itu menyenggol lengan Fahmi pelan, " Tanya atuh aku seneng kenapa, gitu."

" Buat apa?" Lirik Fahmi sekilas terhadap gadis yang ada di sampingnya, Alena.

" Tanya aja ih. Apa susahnya sih nanya." Gerutu Alena memandang jengkel ke arah Fahmi, ingin rasanya menhantam kepala lelaki itu tersebut ke tembok agar barangkali itu membuat sikap Fahmi berubah.

" Tsk. Seneng kenapa?" Ucap Fahmi pasrah, enggan juga berdebat lama-lama dengan Alena yang sekarang ini menjadi keras kepala. Rasanya percuma.

Fahmi mau marah pun Alena tetap akan datang kepadanya dengan senyuman di wajah seolah semuanya baik-baik saja. Cuek atau tak menanggapi pun sekarang ini rasanya juga percuma. Karena Alena selalu seperti ini. Merengek agar tanpa sadar Fahmi mau tak mau mengalah kepada Alena.

Kenapa Fahmi bisa menyimpulkan begitu? Karena itu semua sudah terjadi belakangan ini. Jujur saja, ada kalanya Fahmi merasa lelah akan sikap Alena yang keras kepala dan seolah menginginkan apa yang dikatakan itu harus terpenuhi.

Namun, Fahmi pun juga tak dapat memungkiri, bahwa di dalam relung hatinya yang terdalam. Entah kenapa bersama dengan Alena yang memiliki sifat seperti ini terasa seperti Fahmi bertemu dengan Alena yang terlahir kembali dalam wujud yang mampu membuat Fahmi kadang menggelengkan kepala pelan, tersenyum kecil akan tingkah manja dan ceria nya Alena.

" Kamu tau nggak. Kayaknya kamu perlu bangga punya pacar seperti aku," ucap Alena tersenyum sombong.

Fahmi mengangkat sebelah alisnya, " Kok gitu?"

" Iya lah. Emang kamu nggak denger apa dari tadi murid-murid lagi berbisik gitu. Katanya penampilan ku yang beda ini terlihat cantik. Bahkan ada yang sampe ngira aku murid pindahan," jelas Alena.

Mendengar hal tersebut, Fahmi memerhatikan detail wajah Alena dan penampilan gadis itu lagi. Yah memang benar sih, cukup beda dari yang biasanya. Tapi kalau dibilang murid pindahan karena saking pangling nya itu cukup berlebihan bagi Fahmi.

" Oh," jawab Fahmi memberi komentar.

" Kok oh doang sih, kamu nggak percaya ya sama kata-kata ku," ucap Alena kesal.

" Iya," ungkap Fahmi to the point.

" Kok gitu?" Alena memandang Fahmi lekat.

" Yah mana mungkin kamu bisa denger bisik-bisik anak-anak tadi. Aku tau mereka kayak berbisik. Tapi kan kamu nggak mungkin denger apa yang mereka bisikkan," jelas Fahmi sambil memandang sekilas ke arah murid-murid yang sedang berbisik kala Ia dan Alena lewat di hadapan mereka.

" Ih. Aku serius tau, Fahmi. Aku bisa denger bisikan mereka. Jelas banget malahan." Kekeuh Alena.

" Itu mungkin kesimpulan kamu Al. Kalo kamu denger aku juga pastinya denger. Nggak mungkin kamu denger trus aku nggak denger," jawab Fahmi menghela nafas pelan.

" I--itu..." Alena hendak memberi pembelaan lagi. Namun, Ia detik selanjutnya hanya bisa terdiam. Seolah secara bersamaan Ia antara tau dan tidak tau alasan kenapa Alena bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang murid lain bisikkan mengenai dirinya.

" Aku nggak suka kamu bohong atau sebagainya," ucap Fahmi tegas.

" Aku nggak bohong, ugh" rengut Alena.

" Aku nggak suka kamu udah bohong tapi nggak mau ngaku," ucap Fahmi lagi memberi tambahan, membuat Alena yang mendengar hal tersebut geregetan sendiri.

" Eh kok gitu. Aku serius loh ini," Alena menarik lengan baju Fahmi pelan agar Fahmi mau memelankan langakahnya sedikit.

" Aku juga serius," jawab Fahmi melepaskan tangan Alena.

" Ih Fahmi, beneran tau," jawab Alena jengkel.

" Terserah," Fahmi menatap Alena sembari menghembuskan nafas lelah.

" Ih ngambekan," tawa Alena sambil mencolek pipi Fahmi karena wajah pacarnya itu terlihat serius.

Vanesha yang melihat tingkah Alena seperti itu pun mengepalkan tangannya, memandang penuh kebencian terhadap Alena. Awas aja ya nanti " Cih. Dasar keganjenan sama Fahmi," geramnya.

See You Next Chapter

28 Juli 2018

Sudahkah anda meninggalkan jejak?

Terimakasih

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now